REPOST
Setelah menyelesaikan ritual membersihkan wajah dan memakai skincare malamnya, Adinda duduk bersila di tengah ranjang sementara Clara memutar musik dari radio kuno yang ada di sana. Clara bilang, radio itu adalah kesayangan Pop, dan sudah menemani Clara sejak dia masih bayi. Setiap ia menginap, radio kuno itu akan berpindah dari kamar Pop ke kamarnya.
Dilihat dari bentuknya, radio itu memang terlihat sangat tua, mungkin lebih tua dari usia mereka, tetapi masih berfungsi dengan sangat baik.
Tempat ini terasa seperti memiliki dunianya sendiri. Dunia di mana orang-orangnya seperti berada di tahun lima puluhan atau sebelum itu, ketika koboi dan kuda adalah sesuatu yang wajar.
Adinda merasa seperti terlempar ke dalam mesin waktu dan hidup di masa lampau. Dan sejujurnya, itu bukan sesuatu yang buruk. Di sini, semua orang saling mengenal dan berbicara dengan akrab. Satu hal yang hampir hilang di masyarakat perkotaan, bahkan di tempatnya berasal.
"Cepatlah, Clara, kau sudah terlalu banyak menunda janjimu untuk bercerita!" ucap Adinda dengan tidak sabar sambil menepuk kasur di sampingnya.
Clara mengangkat alisnya sambil duduk di hadapan Adinda. "Tampaknya tadi siang kau bilang ingin mendengar cerita tentang orang tuaku dan bukannya pamanku."
"Itu sebelum aku bertemu dengan pamanmu." Adinda menyeringai tanpa rasa bersalah. "Pria semuda itu tidak pantas dipanggil paman, dan apa kau tahu bahwa Chase lebih cocok menjadi adiknya daripada anaknya? Umur berapa sebenarnya Jesse? Atau dia hanya anak angkat?"
"Whooaa...sabar, girl! Sebelum aku bercerita, aku harus bertanya kepadamu. Apa kau tertarik pada pamanku? Kau tidak pernah seperti ini pada seorang pria sebelumnya." Clara menatapnya dengan seksama.
Adinda mengangkat bahunya. "Aku..."
Bagaimana Adinda menjelaskan pada Clara? Ia memang tertarik pada Jesse, tetapi itu mungkin hanya karena dirinya penasaran dengan apa yang terjadi pada Jesse. Getaran listrik yang Adinda rasakan setiap kali Jesse menyentuhnya, itu pasti bukan apa-apa. Itu pasti hanya karena ia gugup di dekat Jesse.
"Oh, Adinda...kau jatuh cinta padanya..." lanjut Clara saat Adinda tidak juga menjawab pertanyaannya.
"Tidak!" jawab Adinda dengan terlalu cepat. "Kau tahu aku sudah memiliki daftar hal-hal yang ingin kulakukan sebelum usia tiga puluh, dan jatuh cinta tidak termasuk salah satunya."
"Tetapi jatuh cinta tidak bisa direncanakan, Sayang," ucap Clara dengan lembut. "Daftar hidupmu itu tidak memiliki kekuatan di hadapan panah cupid."
"Aku hanya ingin tahu apa yang terjadi padanya," lanjut Adinda dengan tegas. "Cepat ceritakan padaku apa yang terjadi. Lagipula, dia 'kan pasti sudah punya istri jika dia sudah punya anak. Aku tidak akan jatuh cinta pada suami orang."
Clara menatapnya dengan sendu selama sejenak, sebelum gadis itu membuka mulutnya lagi.
"Dia tidak punya istri."
Oke, ini di luar dugaan Adinda. Pria itu lajang. Duda? Atau tidak pernah menikah? Apa Chase seorang anak angkat? Tetapi pria itu agak mirip Jesse, jadi tidak mungkin anak angkat. Mereka jelas memiliki warna mata yang sama, dan entah bagaimana, ada bagian dari wajah Jesse yang menjadi milik Chase.
"Maksudmu? Ibu Chase dan pamanmu tidak pernah menikah sebelumnya?"
"Pamanku dulu seorang penyanyi." Clara memulai ceritanya dengan pelan.
Oh Tuhan! Pukulan itu pasti sangat berat bagi Jesse. Suara adalah asset terbesar seorang penyanyi. Kehilangannya pasti adalah neraka dunia yang benar-benar nyata. Apa Jesse masih menyesalinya sampai sekarang? Apa itu yang membuat pria tersebut menjadi murung dan pemarah?
KAMU SEDANG MEMBACA
Sorry, I Love Your Daddy! (TAMAT)
RomanceVERSI LENGKAPNYA SUDAH BISA DIBACA DI KARYAKARSA dan PLAYSTORE Seumur hidupnya, Adinda Abimanyu selalu menjadi yang terabaikan di keluarganya. Ia tidak pernah terlalu dipedulikan karena ia adalah anak kedua. Karena itulah ia memutuskan pergi untuk m...