REPOST
What the hell? Tidak mungkin pria seksi dan tampan itu adalah ayah Chase. Bahkan jika iya pun, pria itu masih tampak terlalu muda untuk menjadi ayah dari seorang remaja, oke pemuda, berumur sembilan belas.
Umur berapa pria itu menikah dan memiliki Chase? Papanya saja sudah berumur lebih dari empat puluh ketika Adinda seusia Chase. Pria itu jauh lebih cocok menjadi kakak Chase daripada ayahnya.
Clara berlari menghampiri pria seksi itu, sementara Adinda hampir melongo menatapnya. Memang, itu sangat tidak sopan, ia sendiri juga tidak senang saat orang memandangnya, tetapi Adinda benar-benar tidak bisa memalingkan wajahnya dari pria itu.
Pria itu sangat... indah. Ia tahu kata tersebut tidak cocok untuk menjabarkan seorang pria yang sangat tinggi, besar, dan memiliki tubuh menggiurkan itu.
Akan tetapi, Adinda tidak bisa menemukan padanan kata yang lebih cocok untuk koboi seksi itu selain indah. Dan hanya itu satu-satunya kata yang terlintas di pikirannya. Indah. Oke, dua kata. Sangat indah. Baiklah, tiga kata. Amat sangat indah.
Bahu lebarnya tampak serasi dengan punggung yang tegap dan menyempit di bagian pinggang, kemudian melekuk dengan sangat maskulin di atas celana jins yang dipakainya. Dan di balik denim pudar itu, pastilah tersembunyi sepasang kaki yang kuat juga kekar. Kaki yang sudah menunggangi berbagai jenis kuda dan sudah berjalan melintasi peternakan luas ini.
Oh, otak Adinda berkelana, dan untuk pertama kali sepanjang dua puluh dua tahun usianya, Adinda membayangkan tubuh seorang pria yang sangat tegap dan bugar. Ia juga membayangkan bagaimana rasanya dipeluk oleh tubuh itu. Seperti yang saat ini sedang dialami oleh sahabatnya.
Saat ini, Clara dan pria itu berpelukan dengan sangat erat. Si seksi itu hampir bisa dikatakan mengangkat tubuh Clara ke udara saat menggoyangkan tubuh keponakannya itu. Kemudian, ia mencium puncak kepala Clara dengan penuh kasih sayang.
Lagi-lagi, sengatan rasa iri muncul dalam dirinya. Clara begitu dicintai di sini, dan semua orang senang dengan kepulangannya kemari. Seandainya, dirinya dicintai seperti itu, ia akan pulang satu bulan sekali ke rumah meskipun biayanya akan sangat membengkak.
Namun, tentu itu tidak pernah terjadi. Dirinya hanyalah anak kedua yang tidak pernah diharapkan. Ia tidak yakin ada yang merindukan kepulangannya ke rumah.
Adinda masih memperhatikan Clara dan pamannya yang tengah berpelukan. Paman? Astaga, pria itu sangat tidak layak disebut paman. Mungkin, ia lebih pantas disebut Om atau Sugar Daddy. Adinda terkikik dengan pemikirannya.
Clara melepas pelukannya pada paman seksinya, pria itu masih tersenyum mengamati keponakan cantiknya, lalu kedua tangan pria bergerak-gerak seolah mengatakan sebuah sandi.
Apa itu?
Mata Adinda menyipit saat Clara juga ikut menggerakkan tangannya, dengan kode yang berbeda, tetapi mirip. Lalu, Adinda terkesiap saat sebuah fakta merasuki otaknya.
Pria itu... tuna wicara?
Sekarang, Adinda memalingkan wajahnya dan berpura-pura menatap ke arah lain. Sebenarnya, ia tidak ingin berpaling, tetapi setelah sekarang mengetahui jika pria itu seorang tuna wicara, akan sangat tidak sopan jika Adinda terus mengamati mereka.
Orang-orang spesial seperti itu, akan merasa canggung, atau bahkan malu, saat kita sebagai orang yang 'normal', mengamati mereka dengan terlalu seksama. Orang-orang itu tidak ingin menarik perhatian dengan keadaan mereka yang spesial. Mereka hanya ingin dipandang sama seperti orang-orang lainnya yang tidak memiliki kelebihan itu.
Namun, beberapa orang yang mengklaim diri mereka sempurna secara fisik, tidak mengetahui itu. Kadang, si orang normal justru merasa aneh dengan keistimewaan yang dimiliki para penyandang disabilitas itu, dan itulah yang membuat para peyandangnya sering merasa malu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sorry, I Love Your Daddy! (TAMAT)
RomanceVERSI LENGKAPNYA SUDAH BISA DIBACA DI KARYAKARSA dan PLAYSTORE Seumur hidupnya, Adinda Abimanyu selalu menjadi yang terabaikan di keluarganya. Ia tidak pernah terlalu dipedulikan karena ia adalah anak kedua. Karena itulah ia memutuskan pergi untuk m...