37. Semua Sudah Terlambat

659 181 7
                                    

Hati Chase terasa begitu sakit saat melihat Adinda menenggelamkan dirinya dalam anggur di siang bolong begini. Ia dan Clara hanya berpandangan sementara gadis itu menghabiskan satu botol anggur yang dipesannya sendirian. 

Ya Tuhan, Chase bukannya tidak mencoba untuk menghentikannya, tetapi setiap kali ia meraih botol anggur dari sisi Adinda, gadis itu akan berteriak histeris hingga membuat orang-orang menatap mereka dengan ingin tahu.

Pada akhirnya, Chase hanya bisa pasrah menunggu hingga Adinda selesai minum sebelum membawanya pulang.

Adinda benar-benar tidak bisa minum. Wajahnya memerah seperti kepiting yang direbus cukup lama, dan gadis itu langsung tak sadarkan diri begitu tubuhnya menempel di jok belakang mobilnya. Adinda tidak terbangun hingga mobilnya memasuki halaman peternakan.

Jemari Chase mencengkeram setir dengan kuat saat melihat sepeda motor Jesse sudah terparkir di depan rumah. Ia pikir, pria itu masih akan di kota lebih lama lagi.

Sialan! Hal terakhir yang ia inginkan adalah pria itu melihat keadaan Adinda sekarang. Tampaknya Clara memiliki pikiran yang sama karena sepupunya itu menatap dengan sama kesalnya seperti dirinya.

"Aku tidak ingin Paman Jesse melihat Adinda dalam keadaan seperti ini. Apa kau bisa membawanya ke kabinmu, dan membiarkannya tidur di sana?"

Kabinnya dekat dengan milik Jesse, tetapi akan jauh lebih baik bagi Adinda untuk berada di sana karena Jesse tidak bisa masuk sembarangan seperti di rumah itu.

Chase mengangguk, dan berkata, "aku akan menunggunya bangun."

Clara menggeleng. "Kau akan ke rumah utama dan menemui ayahmu dan wanita itu. Kau tidak berpikir ayahmu pulang sendirian kan?"

"Kau pikir aku peduli dia pulang sendirian atau tidak?"

"Chase..."

"Turunlah, Clara. Aku tidak ingin dia melihat Adinda sekarang."

Mereka sudah mendebatkan hal ini sepanjang perjalanan pulang. Clara ingin Chase menemui wanita itu, sementara Chase bersikeras menolaknya. Tadi, ia berencana untuk pergi ke istal jika Adinda dibawa masuk ke rumah utama.

Apa gunanya wanita itu kembali sekarang? Menjelaskan tentang apa yang terjadi? Mencari pembenaran atas apa yang dilakukannya dulu dengan meninggalkan Chase begitu saja? Bahkan seekor hewan pun tidak akan setega itu kepada darah dagingnya sendiri.

Benar memang ia ditinggalkan di keluarga ayahnya, tetapi apa wanita itu tidak berpikir bahwa ada lebih banyak hal yang ia butuhkan dari seorang ibu daripada yang lainnya?

Tidak. Apapun alasan yang diberikan wanita itu sekarang tidak akan membuat Chase memaafkan apa yang sudah pernah ia perbuat. Dosa wanita itu sudah kelewat besar padanya.

Lagipula, siapa yang tahu jika ia memiliki maksud tertentu dengan kembali kemari? Chase bisa melihat jika wanita itu bukanlah wanita baik-baik. Mungkin saja dia kembali hanya demi uang?

Clara tampak ingin membantahnya, tetapi wajah Chase yang mengeras membuat gadis itu mengalah. Begitu Clara menutup pintu, Chase kembali menghidupkan mobilnya, dan berbelok menyusuri jalan menuju kabin.

Hari sudah cukup sore, beberapa koboi sudah kembali dari pekerjaan mereka, dan sedang bersiap-siap untuk membersihkan diri sebelum makan malam.

Ia membalas sapaan mereka sambil melambai saat keluar dari mobil, dan bergegas membuka pintu belakang, di mana Adinda masih tergeletak di sana dengan beberapa belanjaan Clara yang belum sempat diangkut. Entah gadis itu tertidur atau pingsan, Chase tidak tahu.

Ia menggendong Adinda dengan mudah menuju kabin. Adinda begitu ringan seakan semua makanan yang disantapnya tidak pernah menjadi daging. Betapa beruntungnya. Atau, itu karena beban batin yang ditanggungnya? Pikiran yang tidak bahagia yang tidak bisa membuatnya gemuk?

Sorry, I Love Your Daddy! (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang