"Aku mengakui perasaanku pada Jesse," aku Adinda saat ia sudah kembali lagi ke rumah, dan berada di kamar bersama tiga sahabatnya.
Ia menolak pulang bersama Chase, dan tidak peduli meskipun pria itu tampak marah padanya saat melihatnya berkuda bersama Jesse. Bahkan jika dunia ini berakhir, Adinda tidak akan mau pulang bersama Chase. Pria itu sudah merusak semua yang ia miliki bersama Jesse hari ini.
"Kami berciuman," ucapnya lagi saat tidak ada satupun yang membuka mulut.
"Kau pasti sudah gila, Abimanyuuu?? Katakan pada kami itu tidak serius??" Clara berteriak dengan histeris.
Adinda terbahak melihat wajah ketiga sahabatnya yang melotot tak percaya pada apa yang telah ia katakan. Mereka semua jarang terlihat jelek, dan sejujurnya, tidak pernah mau terlihat jelek, tetapi siang ini, pasti ada salah satu babi yang bisa terbang hingga keajaiban ini terjadi.
Keajaiban melihat wajah shocked ketiga sahabatnya, juga keajaiban akan apa yang terjadi padanya dan Jesse.
Oke, memang belum ada keajaiban lain seperti Jesse yang menyatakan perasaannya juga, atau pria itu menciumnya lagi. Oh, itu semua karena pengganggu bernama Chase yang harus tiba-tiba datang di saat yang paling penting. Dan hal itu mengingatkannya bahwa ia seharusnya marah pada tiga gadis yang masih melotot dan melongo di hadapannya ini.
"Kalian tidak bisa menjaga Chase. Bagaimana dia bisa lolos darimu??" Mata Adinda menyipit pada Vic. "Dia merusak semua momen sempurna yang seharusnya tercipta."
"Kau benar-benar serius jatuh cinta pada pamanku?" Clara tidak memedulikan pertanyaan Adinda.
Adinda mengangguk mendengar pertanyaan itu. Kenapa ia harus mengelak saat ia bahkan sudah mengakuinya pada Jesse?
"Dan kau benar-benar menciumnya?" tanya Clara lagi masih dengan nada tidak percaya yang sama.
Kembali Adinda mengangguk. "Sebenarnya, dia yang menciumku lebih dulu. Jadi kurang tepat jika kau bertanya aku menciumnya."
"Aku harus menanyainya. Dia tidak pernah mencium wanita selama tujuh belas tahun!!" Clara mondar mandir di kamarnya yang sempit.
Lagi-lagi Vic dan Britt hanya menampilkan wajah konyol mereka.
"Kau yakin? Pria seseksi itu?" Britt mengumamkan pertanyaan itu dalam bisikan tidak percaya.
"Sangat yakin." Clara berkacak pinggang sambil tetap mondar-mandir. "Tidak pernah ada satu wanita pun yang pernah ia dekati, atau ia ajak kemari setelah hubungannya dengan wanita iblis itu berakhir."
"Mungkin dia menemuinya di tempat lain." Vic menggumamkan dugaannya.
Meskipun tidak ingin memikirkan itu, tetapi Adinda juga tidak melihat adanya opsi lain tentang mengapa tidak pernah ada yang tahu mengenai wanita yang dekat dengan Jesse.
Tidak mungkin Jesse sesuci itu kan? Atau, yang paling tidak mau Adinda pikirkan, tidak mungkin Jesse masih mencintai Chassidy selama itu kan?
Tentu saja itu kemungkinan yang paling benar. Jesse tidak mungkin tahan hidup sendirian selama belasan tahun jika bukan karena cinta yang terlalu besar pada wanita itu.
Sekarang Adinda ingin menampar kata hatinya sendiri karena mengatakan itu. Namun, ia benar-benar tidak bisa memiliki alasan lain yang lebih masuk akal. Jesse tidak mungkin betah melajang selama itu.
"Pamanku sangat jarang, bahkan bisa dikatakan, tidak pernah meninggalkan peternakan."
"Kehidupannya pasti sangat membosankan," timpal Britt sambil menyeringai tanpa rasa bersalah pada Adinda.
Adinda tidak akan memprotes apa yang Britt katakan karena itu memang benar. Jesse pria dewasa, dan ia pasti punya kebutuhan. Justru aneh memang jika pria itu tidak pernah keluar dari peternakan.
"Jika kau terkena kanker dan pacarmu meninggalkanmu, lalu menyuruhnya membesarkan seorang anak, mungkin kau baru akan tahu seperti apa rasanya," jawab Clara sinis yang langsung membuat Britt menampakkan wajah bersalah.
Jesse adalah satu-satunya paman yang Clara miliki, jadi wajar jika ia berkata seperti itu tentang orang yang disayanginya.
"Tetapi dengan wajah tampannya itu, aku rasa tidak ada wanita yang sanggup menolaknya. Kau ingat bagaimana Chase berkata tentang gadis-gadis yang dibawanya kemari dan malah mendekati Jesse?" Adinda bertanya untuk mencoba menghilangkan rasa bersalah dari wajah Britt. "Aku rasa, dia hanya tidak mau mencoba."
"Kau benar. Dia memang tidak pernah mau mencoba lagi." Clara memandangnya. "Jadi rasanya aneh jika sekarang dia menciummu. Apa kau menggodanya??"
Sekarang Adinda merasa marah mendengar pertanyaan itu. Clara tahu seperti apa dirinya, dan menggoda seorang pria jelas tidak masuk ke dalam daftar hidup teratas seorang Adinda Abimanyu. Sejujurnya, hal itu tidak akan pernah masuk daftar nomor berapapun di hidupnya. Ia mungkin akan menjadi perawan suci yang tidak memikirkan hawa nafsu dunia. Setidaknya sebelum ia bertemu Jesse. Juga, sebelum ciuman dan pelukan Jesse yang akan selalu diingatnya.
"Kau pasti sengaja menggodanya dengan pakaian itu kan?" Mata Clara menyipit menatapnya.
"Kau tahu aku tidak seperti itu!! Kau bilang kau sahabatku, tetapi menuduhku seperti itu??" Teriak Adinda dengan marah sebelum ia berlari keluar dari kamar. Ia tidak peduli jika semua orang yang ada di rumah ini mendengarnya.
Sialan, ia tidak pernah lepas kontrol seperti ini sebelumnya. Dan yang jauh lebih buruk, semua terjadi dalam satu hari!
Ini semua gara-gara telepon dari Aidan. Adiknya itu telah merusak seluruh harinya. Dan kini, ia benar-benar merasa membenci semua keluarganya. Juga Clara karena telah menyalahkannya.
Adinda pikir, Clara mengetahui dirinya dengan sangat baik. Adinda pikir, Clara adalah seseorang yang selalu bisa didatanginya apapun masalah yang ingin ia ceritakan. Baik itu senang ataupun susah. Namun, tenyata ia salah. Clara jelas tidak senang dengan kebahagiaan yang dirasakannya hari ini.
Kenapa selalu ada hal yang merusak kebahagiaannya? Kenapa tidak ada satu hal pun yang berjalan dengan sempurna di hidupnya seperti yang selalu orang lain alami. Salah. Seperti yang selalu Aidan dan Ananda alami.
Mereka berdua selalu beruntung dalam hal apapun semenjak terlahir ke dunia ini. Mendapatkan kasih sayang penuh, kehidupan yang selalu bahagia, dan juga bertemu orang yang tepat.
Oke, mungkin Ananda belum menemukannya, tetapi tetap saja hidup kakaknya itu sudah sempurna. Menemukan seseorang yang tepat akan menjadikan hidup Ananda sangat sempurna.
Sedangkan ia? Jika ada yang bisa dibanggakannya, mungkin itu otak pintar dan wajah cantiknya. Adinda tahu ia jauh lebih cantik daripada Ananda. Para pria akan menatap mereka berdua, tetapi pria-pria itu akan menatapnya jauh lebih lama, karena ia jauh lebih cantik daripada Ananda.
Namun, bukan itu yang Adinda inginkan. Ia hanya ingin dicintai! Seperti Mama selalu memprioritaskan Aidan di atas segalanya. Juga seperti Papa yang selalu ada untuk Ananda setiap saat tidak peduli sebesar apapun usia kakaknya itu sekarang. Sayangnya, sampai kapanpun, Adinda tahu jika ia tidak akan pernah mendapatkan itu.
Stay safe and healthy!
Mamak sayang klean.
Big hugs and kisses,
🤗🤗😘😘❤❤
Mamak Nik
#250421#

KAMU SEDANG MEMBACA
Sorry, I Love Your Daddy! (TAMAT)
RomanceVERSI LENGKAPNYA SUDAH BISA DIBACA DI KARYAKARSA dan PLAYSTORE Seumur hidupnya, Adinda Abimanyu selalu menjadi yang terabaikan di keluarganya. Ia tidak pernah terlalu dipedulikan karena ia adalah anak kedua. Karena itulah ia memutuskan pergi untuk m...