41. Alasan Untuk Pergi

689 190 21
                                    

Apa yang Gram katakan ternyata memang benar adanya. Setelah lelah menangis, Adinda bisa tertidur dengan sangat nyenyak, dan bangun dengan perasaan yang lebih baik.

Sakit kepalanya menghilang, perutnya tidak lagi mual, dan hatinya terasa jauh lebih ringan.

Apa sehebat itu efek dipeluk oleh seorang ibu meskipun ia bukan ibu kandungmu?

Namun, mengapa Adinda justru merasakan kerinduan dipeluk oleh Gram lagi alih-alih Mama?

Apa karena selama ini Mama tidak pernah memeluknya seperti cara Gram memeluknya tadi malam? Atau karena sekarang ia justru merasakan keterikatan lebih dengan Gram?

Clara sudah tidak ada di sampingnya ketika ia membuka mata, dan itu bagus. Adinda sedang tidak ingin ditanyai macam-macam.

Tadi malam, ia juga sudah tidur sebelum gadis itu masuk. Rupanya Gram benar-benar membuatnya nyaman dan bisa tertidur dengan mudah.

Mata Adinda kembali memanas saat mengingat apa yang Gram katakan padanya tadi malam.

Keluarga.

Tidak peduli dari mana dirinya berasal, atau betapa asingnya ia sebelum datang kemari, dan juga apapun hubungan yang mungkin, dan tidak mungkin, terjadi antara dirinya dan Jesse, ia akan selalu menjadi bagian dari keluarga ini.

Seharusnya itu cukup kan? Ia tidak perlu mengharapkan perhatian dari orang yang tidak akan pernah memperhatikannya.

Sayangnya, manusia tidak akan pernah merasa cukup kan?

Adinda bertanya-tanya mengapa masih ada sudut hatinya yang terasa kosong meskipun ia sudah mendapatkan sebuah janji dari Gram tadi malam.

Dan ia tahu jawabannya, itu karena apa yang paling diinginkannya masih belum terjadi walaupun ia telah merasa sangat dekat dengan Gram sekarang.

Ia mengerang sambil duduk di atas tempat tidur, dan memandang jendela yang sudah terbuka. Hari tampaknya cukup mendung, jadi Adinda tidak tahu ini jam berapa.

Satu lirikan singkat di jam beker samping meja, membuat Adinda melompat turun dari kasur seakan bokongnya tersengat.

Ini sudah pukul delapan! Bagaimana ia bisa tidur selama itu dan tidak terbangun sekalipun sebelumnya?

Ia pergi ke kamar mandi untuk mencuci muka dan menggosok gigi dengan cepat. Adinda merasa tidak enak. Tadi malam ia sudah tidak membantu beres-beres, dan sekarang ia bangun kesiangan. Tamu macam apa dirinya?

Setelah selesai mengikat rambut panjangnya, Adinda hendak bergegas keluar dari kamar ketika ponselnya di atas meja bergetar. Ia meraih benda itu, melihat nama yang ada di layar, dan kembali terduduk. Ada gerangan apa Ananda meneleponnya?

Kepalanya mengingat-ingat kapan terakhir kali dirinya dan Ananda bicara. Sebelum ia berangkat kemari? Tidak, sudah jauh lebih lama daripada itu.

Ia bicara dengan Aidan saja sudah lewat dari dua minggu lalu. Apa Ananda memang rindu padanya sehingga meneleponnya?

Atau, sama seperti yang Aidan lakukan dulu saat meneleponnya, kakaknya itu hanya ingin memamerkan sesuatu?

Proyek baru? Keberhasilan merger baru? Kesenangannya karena akan memiliki calon saudara ipar yang tidak lain adalah sahabat baik Ananda sendiri? Atau, Ananda berhasil mendapatkan kekasih dan bisa menikah sebelum Aidan seperti yang diinginkan Mama?

Ponselnya berhenti bergetar hanya untuk beberapa detik, sebelum nama Ananda kembali muncul di sana.

Adinda berdeham kecil, lalu menekan tombol hijau, dan mencoba memperdengarkan suara ceria.

Sorry, I Love Your Daddy! (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang