Melihat Adinda begitu sedih, rasanya seakan ada pisau tak kasat mata yang mengoyak jantung Jesse. Ia pernah melihat Adinda menangis beberapa kali. Di sungai, saat melihatnya tidak membalas pernyataan cinta gadis itu, juga saat Adinda melihatnya bersama Chassidy. Akan tetapi, Jesse tidak pernah melihat Adinda menangis selama itu, dan dengan tangisan yang menyedihkan.
Melihat ibunya saja, Jesse tahu jenis wanita macam apa dia. Terlebih, setelah mendengarnya bicara. Wanita itu mungkin terlihat seperti seorang yang welas asih di luar, juga di mata orang lain. Namun, Jesse bisa melihat matanya yang sama sekali tidak hangat dan penuh dengan siasat. Bagaimana seorang ibu bisa seperti itu kepada anaknya?
Dan tentu saja, pertanyaan-pertanyaan di kepala Jesse terjawab ketika akhirnya Adinda bercerita apa yang mereka pertengkarkan di rumah. Gadis itu bukan anak kandung keluarga tersebut. Jesse bisa membayangkan betapa hancurnya perasaan Adinda sekarang. Apalagi setelah kedatangan ayahnya kemari.
Pria itu, bukannya menyelesaikan masalah, malah membuat semuanya menjadi semakin rumit dan menyesakkan bagi Adinda. Ini semua jelas kesalahan ayah Adinda, tetapi pria itu sama sekali tidak memikirkan perasaan putrinya dan hanya peduli kepada istri juga dua anak dari perkawinan sahnya. Bagaimana bisa ada keluarga yang seperti itu?
Melihat hal tersebut, tekad Jesse untuk menikahi Adinda dan membawanya pergi dari sini semakin bulat. Ia tidak akan pernah membiarkan gadis yang dicintainya diabaikan lagi seperti itu. Persetan dengan restu ibunya yang egois itu. Toh, wanita itu juga bukan ibu kandung Adinda. Jadi, restunya bukan sesuatu yang mutlak.
Baginya yang penting adalah Adinda menyingkir dari semua kekacauan itu. Jesse bisa membayangkan keluarga seperti apa yang ingin diciptakan oleh ibu Adinda. Wanita itu menginginkan kesempurnaan, dan juga penghormatan dari masyarakat tentang keluarga mereka. Jesse jelas tidak akan membiarkan Adinda menjadi bagian dari kebohongan itu lagi.
Sambil mendesah, Jesse membuka pakaiannya, dan mengerang saat melihat juniornya yang masih membengkak. Adinda ingin mereka bercinta, dan begitu juga yang Jesse inginkan. Akan tetapi, tidak peduli sebesar apapun ia menginginkan Adinda, Jesse tidak akan meniduri gadis itu. Tidak sebelum gadis itu menyandang nama belakang keluarganya.
Jesse membuka selimut dan menyusup di baliknya dalam kondisi telanjang. Ia terbiasa tidur tanpa pakaian, dan sekarang pun ia juga tidak memakai sehelai benang pun. Selimut tersampir di sekeliling pinggangnya saat ia berbaring di atas kasur yang empuk itu.
Ia baru saja akan memejamkan mata saat pintu kamarnya terbuka. Tentu saja tidak ada orang lain yang melakukan itu selain Adinda. Sialnya, Adinda yang ada di depan pintunya, tidak seperti Adinda yang selama ini ia lihat.
Gadis itu hanya mengenakan gaun tidur super tipis hingga Jesse bisa melihat bra dan celana dalam di baliknya. Bahunya yang mulus hanya tertutup tali spaghetti yang juga begitu tipis hingga membuat Jesse menelan ludahnya dengan kelu. Dari mana Adinda mendapatkan baju seperti itu?
Tanpa menunggu Jesse sadar dari kekagetannya, Adinda menutup pintu dan berjalan mendekati tempat tidurnya. Tangan Jesse mencengkeram selimutnya dengan erat seakan itu adalah satu-satunya pelindung yang dimilikinya. Terlebih, kejantanannya semakin membesar ketika melihat lekuk mulus tubuh Adinda di balik kain pendek dan tipis itu.
'Apa yang kau lakukan di sini?' tanya Jesse tanpa suara. Matanya mencoba untuk menatap bibir Adinda dan bukan tubuh seksi gadis itu.
"Aku tidak menyangka kau sejahat itu dengan meninggalkanku seperti tadi!" bentak Adinda sambil melotot.
"Apa aku tidak cukup seksi bagimu hingga kau tidak tertarik sama sekali padaku?" lanjutnya lagi dengan bibir yang cemberut.
Jesse menghela napas. 'Kau tahu bukan itu alasannya.'
KAMU SEDANG MEMBACA
Sorry, I Love Your Daddy! (TAMAT)
RomanceVERSI LENGKAPNYA SUDAH BISA DIBACA DI KARYAKARSA dan PLAYSTORE Seumur hidupnya, Adinda Abimanyu selalu menjadi yang terabaikan di keluarganya. Ia tidak pernah terlalu dipedulikan karena ia adalah anak kedua. Karena itulah ia memutuskan pergi untuk m...