[Sebelum baca, mending vote, sama add author dulu><]
Dari keluarga sederhana dengan mempunyai satu putri, yaitu Zaila Latifah. Panggil saja Zila.
Ibunya sudah meninggal, dan ayahnya mempunyai sikap kejam. Putri semata wayangnya akan di jodohkan oleh seorang pria yang kelakuannya bersifat brengsek!
Apakah Zila sanggup olehnya? Jika benar, dia hebat. Tetapi di dalam hatinya yang paling dalam, Zila tidak terimah dengannya. Maka dari itu, Zila menolak lamaran dari sang pria tersebut. Membuat ayahnya marah tak karuan.
Ayahnya sudah tidak tahan oleh sifatnya Zila yang semena-mena menolak begitu saja, tanpa ada kata satupun yang keluar dari mulut ayahnya.
"Pergi kamu!" bentak ayahnya, menatap tajam ke arah Zila yang tengah menangis di lantai.
"Ayah aku mohon, jangan usir Zila. Zila gak ada tempat tinggal lagi," mohon Zila bangkit, memegangi lengan ayahnya.
"Ayah tidak sudih kau di sini, pergi! Dasar anak pembawa sial!" bentak ayahnya Zila--Reno.
"Ayah ... Zila mohon, jangan usir Zila," pungkas Zila, Reno tak menggubris perkataan dari anaknya.
Dia menyeret Zila keluar rumah, melempar tubuh gadis itu di teras. "Dasar anak pembawa sial!" gertak Reno menutup pintu dengan kasar.
Zaila Latifah, gadis berumur 19 tahun terpaksa pergi dari rumah ayahnya. Sifat ayahnya memang kejam, keturunan dari sang kakek Zila.
Zila menenteng tasnya menyelusuri jalanan, ia menangis sesenggukan. Tak ada kah yang mau menolong dirinya? Yang pasti kami tidak tahu!
"Ayah jahat! Ayah sudah mengusir Zila. Ibu ... ayah jahat, Buk," lirih Zila mengusap kasar air matanya.
Duar!
Petir bergemuruh, hujan pun akan turun. Zila masih setia berjalan, ia tak tahu harus tinggal di mana. Saudara pun tidak ada.
Satu persatu air hujan turun membasahi seisi bumi. Kendaraan berlalu lalang menembus derasnya hujan agar cepat-cepat sampai di rumahnya, tapi tidak dengan Zila. Kini pakaian Zila basa kuyub akibat hujan, ia tak memperdulikannya.
"Di - dingin," gumam Zila menggigil. Zila berlari mendekati gubuk tua di tepi jalan. Ia berteduh di situ, kedua tangannya di gesekan untuk mencari kehangatan.
"Zila ha-harus tinggal dimana?" monolog Zila. "Rumah saja tidak punya," sambungnya.
"Ibu, ayah jahat." tangis Zila terdengar lagi, tumbuhnya meringkuk.
_
"Umi!" panggil Vero dari ruang tengah.
"Iya, Bi," sahutnya menatap Vero antuasias.
"Gibran besok akan pulang dari Perancis, tugasnya sudah selesai di sana," kata Vero, Bianca mengangguk.
"Umi akan persiapkan kepulangan putra kita, Bi," timpal Umi bahagia.
Bianca dan Vero duduk berdampingan, memakan cemilan sembari menonton Drakor dari ponsel. Sudah kebiasaan Bianca sejak masih mudah, suka sekali dengan film korea.
Tok, tok!
"Bi, ada tamu noh. Bukain gih," pintah Bianca, matanya terfokus dengan layar ponsel.
Vero bangkit dari sofa berjalan mendekati pintu. Pintu di buka, nampaklah seorang lelaki tampan.
"Ehh, Rizan," ujar Vero, Rizan tersenyum kepada Vero.
"Gibran belum datang, om?" tanya Rizan melirik-lirik ke dalam.
"Belum, nak," jawab Vero. Rizan di persilakan masuk, dirinya duduk di sofa berhadapan dengan Uminya Gibran.
"Hallo, tante," safa Rizan. Bianca hanya membalas senyumannya, tanpa mengatakan sepata kata.
Pelayan mendekati mereka, membawa minum untuk Rizan. Setelah menaruh minuman itu, pelayan kembali lagi.
Rizan mengambil minumnnya, ia minum sampai habis dan tidak tersisah lagi. Bianca dan Vero yang melihatnya hanya bisa diam.
"Kamu haus, Rizan?" tanya Bianca.
"Iya tante," balas Rizan, menyengir tanpa dosa.
_
Hujan telah berhenti, Zila yang tertidur pun terbangun. Ia mengucek-ngucek matanya, melirik kesana kemari.
"Sudah berhenti rumahnya," gumam Zila bangkit. Zila menghembuskan nafas kasar, ia kembali lagi menelusuri jalanan yang masih ramai.
Hari mulai sore, jam menunjukan pukul 05. Jalanan kota jakarta selalu padat dengan kendaraan beroda empat ataupun beroda dua.
Zila memegangi perutnya, cacing-cacingnya berdemo kalah belum di kasih makan oleh dirinya.
"Mau makan pake apa? Duit saja tidak ada," lirih Zila menunduk.
Wanita paru baya yang terlalu rumit membawa sayuran mendengus kesal. Zila menatap wanita itu, ia menghampirinya berniat untuk membantu.
"Buk, Zila bantu ya," tutur Zila, wanita itu mendongak dan menatap Zila.
"Tidak usah, nak. Nanti ngerepotin," larang wanita tersebut.
"Tidak ngerepotin, kok. Sini Zila bantu." Zila langsung mengambil sebagian sayurannya, melirik wanita itu dengan senyuman.
"Ayo nak ikut ibu, kerumah majikan ibu," sela wanita itu. Wanita tersebut adalah asisten rumah tangga.
Zila mengekor di belakang ibu itu. Sepanjang perjalanan, Zila bercerita tentang dirinya. Ibu yang mendengarnya meresa iba.
"Nama ibu, Rini. Zila bisa panggil Nini," jelas Nini, Zila hanya mengangguk.
Selang beberapa waktu, Nini dan Zila telah sampai di rumah besar nan mewah. Mereka masuk kedalamnya.
"Nini ... ini rumah majikan Nini?" tanya Zila, menatap setiap sudut.
"Iya, Nak. Ini rumah majikan Nini," jawab Nini.
"Kau sudah pulang, Ni," serkah Bianca dari anak tangga turun kebawah.
"Iya nyonya," balas Nini.
"Dia siapa?" tanya Umi menatap Zila dengan tatapan mengintrogasi.
"Ini anak sodara Nini, nyonya," balas Nini sedikit berbohong. Zila menunduk, ia tak berani menatap wajah Bianca.
"Nak, jangan menunduk. Wajahku gak nyeremin kok," ungkap Bianca. Zila kembali mendongak, melihat wajah Bianca.
"Nyonya, apa dia boleh kerja disini menjadi pembantu?" tanya Nini, Bianca mengangguk pelan.
Zila tersenyum, tak masalah dirinya menjadi pembantu. Bagi dia yang terpenting mempunyai tempat tinggal.
"Makasih, nyonya," ujar Zila mencium punggung tangan Bianca.
"Jangan panggil nyonya, panggil saja Umi," suruh Bianca.
"Iya nyonya, ehh, Umi maksudnya," balas Zila sedikit gugup.
"Siapa namamu?"
"Zaila bisa di panggil Zila, umi," jawab Zila. Bianca hanya tersenyum melihat tingkah Zila yang salting.
"Zila, besok kamu bereskan tempat tidur yang di atas. Kamu bersihin semua, karena putra saya akan pulang besok malam," jelas Bianca lalu pergi.
"Ayo nak, kita ke dapur," ujar Nini, Zila langsung mengikuti langkahnya menuju dapur.
oOo
Cerita ini lanjutan dari cerita
"Gadis Kaya PuraPura Jadi Pemulung"judulnya aku ganti, karena ceritanya tentang anak mereka.
Happy reading😉⭐
KAMU SEDANG MEMBACA
Bos Gantengku Galak
Fanfiction[FOLLOW SEBELUM BACA. JANGAN LUPA, TINGGALKAN BINTANG AKANG TETEH😉] Menjadi seorang pembantu bukan kemauan Zila. Akan tetapi, memang sudah jalannya untuk lebih maju dari sebelumnya. Siapa sangkah, kalau nanti dirinya akan berjodoh dengan majikanny...