"Kamu ngapain disini?" suara yang tidak asing lagi langsung membuat Bella terpakau kaku.
Perlahan memutar badan ke belakang. Matanya membola melihat Jin yang sudah di hadapannya sembari bersedakap dada.
"Aku tadi lagi nyari kamu," jawab Bella lembut sembari mencium pipi Jin sekilas.
"Kamu tadi kemana?" sambung Bella menggandeng lengan Jin.
Jin tersenyum kepada Bella sambil mengusap rambut Bella yang terurai panjang. "Ke toilet tadi," balas Jin.
Bella dan Jin pergi ke salah satu meja yang cukup jauh dari Gibran dan Zila.
Mata Bella terus melihat mereka dengan tatapan tidak suka olehnya. Ingin rasanya ia melabrak langsung.
Di sisi lain, Gibran sangat senang sembari tersenyum melihat Zila seperti anak kecil yang sedang makan.
Di ambil tisu selembar, lalu mengusap sudut bibir Zila yang sedikit belepot. Zila bergeming menatap Gibran dengan hati cenat-cenut.
"Jangan lihatinku seperti itu. Aku tau, aku ganteng," puji Gibran kediri sendiri.
Zila terkekeh geli melihat Gibran seperti itu. "Iya, bos ganteng," aku Zila tanpa sadar.
Gibran menggulum senyum malunya, mendapat akuan dari Zila benar-benar berbunga-bunga hatinya.
Sementara Zila menggigit bibir bawahnya, berusaha menetralisir detak jantung saat ia keceplosan mengucapkan kata itu.
"Balik yuu. Udah malam bangat," ajak Zila mencela pembicaraan.
Gibran hanya menggut dan berdiri, begitu pun Zila. Zila menyandang tas kecilnya sembari mendekati Gibran.
"Gandeng lenganku," kata Gibran menyerahkan lengannya, dengan senang hati Zila menerima dan langsung menggandengnya.
Mereka berjalan santai layaknya raja dan ratu. Sorotan mata mengundang untuk memperhatikan sepasang manusia.
"Kalian sangat cocok."
"Yang satu cantik, dan yang satunya lagi ganteng."
"Pemandangan yang sangat langkah."
"Seperti suami istri."
"Wow lah!"
Bisik demi bisik terdengar di telingah mereka masing-masing, yang membuat Zila menunduk malu.
Bella yang di samping Jin tepatnya melihat penampilan panas yang di depan itu, membuat Bella tercampur aduk hati serta otaknya yang mulai tidak terkontrol lagi.
Tangannya terkepal kuat, ia mendekati mereka namun langkahnya di tahan oleh Jin.
"Mau kemana?" tanya Jin dingin.
"Tidak," elak Bella kembali ke posisi awal.
Gibran membuka pintu mobil bagian depan untuk mempersilakan Zila masuk. "Silakan tuan putri," ujar Gibran sembari tersenyum.
Zila membalas senyumannya sambil masuk ke dalamnya. Setelah masuk, pintu di tutup kembali.
Gibran mengitari mobil dan masuk. Mesin dihidupkan, lalu dijalankan meninggalkan kediaman Airin.
Sepanjang perjalanan, Zila hanya diam yang wajahnya di hadapkan keluar jendela. Sementara Gibran, ia terpokus menyetir sembari menumpang dagunya.
"Zila ...," panggil Gibran pelan.
Zila menoleh kesumber suara. "Iya bos."
"Kau senang saat kepesta temannya bibiku?" tanya Gibran melirik Zila dan kembali fokus.
"Senang, bos. Banyak makanan!" jawab Zila kegirangan.
Gibran dibuat cengo oleh Zila. Makanan? Jadi Zila senangnya cuman hanya sama makanan saja? Gak sama Gibran.
"Dan Zila senang juga di dekat bos," sambung Zila to the point.
Bibir Gibran terangkat sempurna. Ternyata Zila juga senang jika dirinya saat dekat dengannya.
Sekian lamanya mobil Gibran menempuh perjalanan, Kini sudah sampai di depan gerbang rumahnya.
Zila keluar dari dalam dan segerah membuka gerbangnya. Gibran memperhatikan semua gerak-geriknya Zila yang lagi membuka gerbang.
Gibran memasuki mobilnya ke garasi, lalu dirinya keluar mendekati Zila yang sudah selesai menutup gerbangnya kembali.
"Ayoo kita masuk," ucap Gibran menggenggam jari-jemarinya Zila memasuki dalam rumahnya.
Zila hanya menurut dan mengekor dari belakang. Saat sudah di dalam, Gibran dan Zila berhenti di tengah ruangan.
Dilihat sekelilingnya yang sudah sepi seperti kuburan, mungkin sudah pada tidur. Pikir mereka berdua.
"Sana tidur, udah malam," kata Gibran melepas genggamannya. Zila manggut, secepatnya menuju kamar dia. Begitu dengan Gibran.
Gibran membuka pita dan jasnya, di tarus di atas meja. Ia masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan badannya yang terasa cape.
Selang beberapa menit, dirinya keluar sembari mengacak-ngacak rambutnya yang habis keramas. Badan sixpacknya terbentuk sempurna, otot-otot badannya benar-benar terlihat jelas.
Gibran mengambil kaos hitam dan celana pendek dan di pakainya langsung. Selesai itu, Gibran merebahkan tubuh dikasur empuknya.
Sebelum tidur, Gibran mengucapkan kata. "Selamat malam, Zilaku."
Perlahan matanya tertutup, dipeluknya bandal guling.
***
Sory for typo!!
Tekan bintang⭐
KAMU SEDANG MEMBACA
Bos Gantengku Galak
Fanfiction[FOLLOW SEBELUM BACA. JANGAN LUPA, TINGGALKAN BINTANG AKANG TETEH😉] Menjadi seorang pembantu bukan kemauan Zila. Akan tetapi, memang sudah jalannya untuk lebih maju dari sebelumnya. Siapa sangkah, kalau nanti dirinya akan berjodoh dengan majikanny...