Gombal

325 45 10
                                    


"Bos jangan bercanda, dong. Nanti Zila anu," lirih Zila nunduk.

"Anu apa?" goda Gibran.

"Masa bos gak ngerti sih!" kesal Zila membuang muka ke tempat lain.

"Cie ngambek," ledek Gibran melihat Zila.

"Au ah! Zila mah kesel!" marah Zila menatap tajam ke Gibran.

Gibran terkekeh geli, melihat tingkah Zila yang malu-malu akibat dirinya menggoda. Gibran menangkup kedua pipi Zila, lalu digesekan hidungnya dengan hidung dia.

"Geli tau!" ketus Zila mendorong dada Gibran.

Gibran hanya tersenyum manis menatap Zila. Ia memperhatikan terus wajahnya yang cantik itu. "Sini-sini aku peyuk." Gibran merenggangkan kedua tangannya kembali.

"Gak mau! Bos bau,"kata Zila meledek.

"Bau apa?" tanyanya.

"Bau ketek," jawab Zila tanpa berdosa.

Muka Gibran mendadak jadi dingin mendengar ledekan dari Zila. Sang empu melihatnya langsung bingung.

Greb!

Zila sontak memeluk Gibran dengan erat, seraya takut kehilangan. Gibran pun tersenyum, melihatnya. Ia membalas pelukan itu.

"Bos, jangan marah lagi ya. Zila minta maaf," cicit Zila menyembunyikan wajahnya di dadanya.

"Iya ... aku gak marah," sahut Gibran mengusap rambut Zila yang terurai panjang.

"Kita balik yu, udah sore," ajak Gibran melepas pelukannya.

Zila hanya mengangguk, ia berdiri dan merapikan pakaiannya. Gibran mengulurkan tangan, meminta bantuan untuk berdiri.

Zila menerimah, ia menarik keras tangan Gibran. Akan tetapi, kekuatannya tidak mampu untuk menariknya.  Dan alhasil, Zila terjatuh di atas tubuh Gibran.

Pandangan mereka bertemu, tanpa berkedip pun. "Pyuu!" dengan jahilnya Gibran meniup wajah Zila yang membuat ia tersadar.

Saat hendak mau bangun, pinggang Zila tertahan oleh tangan kekarnya Gibran. Zila memberontak keras, namun usahanya nihil.

"Bos lepasin dong!" ketus Zila berusaha bangun.

"Kiss dulu," jawab Gibran terkekeh.

"Nyari kesempatan dalam kesempitan, dih!" cibir Zila melihat kebawa yang dimana ada Gibran.

"Cium atau kita tetap begini, pilih mana?" tanya Gibran menaiki alisnya.

"Iya-iya, Zila cium nih. Tapi tutup mata," sahut Zila malas.

Cup!

Secepat kilat, ia menciumnya. Sontak membuat Gibran mengkerutkan dahinya. "Gak berasa," ujar Gibran remeh.

"Tadi, 'kan udah!" ketus Zila.

"Bos ... lepasin dong," sambung Zila terus memberontak.

"Iyadah, aku lepas," pasrah Gibran melepas pelukannya.

Zila cepat-cepat bangun, mengatur napasnya yang sudah memburu seperti lari maraton.

"Ayo balik," ajak Zila.

"Iya, ini balik," ucap Gibran.

Tanpa sepengetahuan mereka berdua, Bella melihat semuanya. Tangan Bella terkepal kuat, ingin rasanya menonjok wajah Zila namun diurungkan karena ada Gibran di sisinya.

"Awas kamu!" murka Bella.

___

"Kamu dari mana?" tanya Nini yang melihat Zila baru kelihatan.

"Dari taman, Ni. Ngajak bos, katanya dia bosen," jawab Zila ramah.

"Zila motong yang ini ya?" tanya Zila melihat Nini.

"Iya. Kita mau buat sup untuk tuan muda," sahutnya.

Zila mulai mencincang daging sehingga menjadi bagian kecil-kecil. Setelah itu, ia memotong cabe serta bawang.

"Masak apa?" tanya Gibran dari belakang.

"Ehh ... bos. Zila mau masak sup," balas Zila kembali fokus memotongnya.

"Aku bantuin ya," ucap Gibran duduk di samping Zila.

"Gak usah, bos. Zila bisa sendiri, lagian ada Nin," timpal Zila langsung.

"Gak papa," sahutnya.

Zila pasrah, ia mulai menyuruh Gibran untuk memotong sayurannya. Gibran mengupasin kol serta wortel, lalu di potong kecil-kecil.

"Uhuk! Uhuk!" batuk Gibran saat merasakan hidungnya gatel.

Zila menengok. "Kenapa, bos?" tanya Zila khawatir.

"Gak papa, cantik," jawab Gibran tersenyum.

'Gombal!' batin Nini melihat mereka.

____

Sorry for typo.

Bos Gantengku GalakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang