Pencuri?

669 86 5
                                    

Setelah makan malam, Gibran memilih diam di kamar karena dirinya masih terlalu cape.

_

Lenah yang tengah duduk di ruang tamu bersama anaknya sedang merencanakan balas dendam di masa lalu.

"Mengerti,'kan Bella?" Bella mengangguk patuh sembari tersenyum miring.

Bella Laura, anak semata wayangnya Lenah dan Jackson. Lelaki keturunan bule.

Selama ini, Lenah tinggal di Amerika dan dia juga menikah dengan lelaki itu. Mila sudah meninggal 15 tahun yang lalu, lantaran darah tinggi.

"Oke! Besok Bella pergi ke Indonesia," sahut Bella semangat 86.

Lenah tersenyum kemenangan, balas dendam akan di mulai melalui anaknya. Sasarannya adalah anaknya Bianca yaitu Gibran.

Lenah tahu nama Gibran dari mata-matanya yang di Indonesia, Lenah juga tahu kalau Bianca hidupnya jauh lebih bahagia dari pada dirinya.

"Kehancuran akan di mulai," gumam Lenah tersenyum smrik.

Bella bangkit, pergi menaiki tangga untuk pergi kamarnya. Bella harus butuh banyak tenaga untuk datang ke Indonesia, tangannya terkepal kuat saat membayangkan masa lalunya yang terjadi pada kakeknya.

"Tunggu aku Gibran, kuhancurkan keluarga kalian," batin Bella penuh kebencian.

_

Tok, tok!

Gibran yang tengah berbaring seketika menengok ke pintu, dengan malas ia membuka suara.

"Masuk!" teriak Gibran.

Zila membuka pintu, tangan sebelahnya memegang susu. Ia mendekati ranjang, menaruh susu itu di atas meja.

"Di minum, tuan," ujar Zila tersenyum.

"Gak usah senyum! Jangan panggil aku tuan, panggil saja bos!" tekan Gibran di semua kata.

Zila nampak berpikir, ia ragu untuk menyebut nama 'bos' kepada Gibran.

"Panggil saja napa sih!" ketus Gibran melempar sebuah bantal mengenai wajah Zila.

"Iy-ya, bos," sahutnya gugup.

"Keluar!" lanjut Gibran menyuruh Zila keluar, dengan secepat mungkin Zila langsung keluar. Ia takut akan di marahin lagi dengan Gibran.

"Gadis bodoh," gumam Gibran tersenyum devil.

Gibran bangkit dari tidurnya, menyender di kepala ranjang dan meraih segelas susu. Menengguknya dengan cepat, menyeka bibirnya saat terdapat sisa susu.

Selesai meminum susu, ia kembali menidurkan badannya lagi. Gibran menutup matanya secara perlahan karena kantuknya mulai menyerang.

_

Di waktu subuh, Gibran terbangun. Tenggorokannya merasa kering, ia menyeka selimut lalu keluar dari kamar.

Gibran menuruni tangga satu persatu dengan sempoyongan, karena nyawanya belum terkumpul penuh.

Ia menghampiri kulkas, membukanya sembari mengambil air putih. Tiba-tiba Gibran mendengar suara dari arah dapur, ia menghendap-hendap pelan sembari membawa sapu.

Terlihat remang-remang, ada sesosok manusia sedang berkutat dengan dapur. Dengan nekat jahatnya, Gibran memukul sesosok itu.

Brak!

Plak!

"Mati kamu!" teriak Gibran di sela memukulnya.

"Bos, ini aku Zila, kumohon berhenti." setelah mendengar suara itu, Gibran memberhentikan aksinya.

Gibran menyengir onta, tanpa merasa ada dosa. "Ngapain kamu disini?" tanya Gibran dengan nada dingin.

"Beres-beres, bos," balas Zila.

"Udah kaya maling kamu!" kesal Gibran melengos pergi.

"Astaga, holang kaya. Jadi sombong banget! Udah ketus, judes, galak lagi," dumel Zila.

Tanpa di sengaja, Gibran yang belum terlalu jauh mendengar dumelan dari Zila yang menyebut nama dirinya.

Gibran naik pitam, tangannya terkepal kuat, serta rahangnya mengeras. Ia kembali menghampiri Zila.

"Ekhem!" dehem Gibran membuat Zila tersentak kaget.

Zila membalikan badannya menghadap Gibran, menderetkan giginya sembari memainkan jari.

"Sudah berani ngomongin, Bos ya?!" pertanyaan Gibran membuat buluh kuduk Zila merinding.









Enjoy reading
Tekan bintang⭐

Bos Gantengku GalakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang