MEMBAWAKAN MAKAN SIANG

327 42 3
                                    

Sinar matahari telah timbul. Cahayanya tidak terlalu terang karena ditutupi oleh awan hitam. Cuaca mendung membuat semua orang mager.

Zila bergeliat sembari melonggarkan otot-ototnya yang kaku akibat semalaman.

Ia mengubah posisinya menjadi duduk, diliriknya jam dinding. Ternyata pukul 07 pagi.

Secepatnya menyeka Selimut, pergi ke kamar mandi untuk menyegarkan dirinya. 15 menit berlalu, Zila kembali keluar yang sudah rapi dengan baju sederhananya.

Sang empu keluar dari kamar menuju dapur untuk menyiapkan sarapan pagi. Hari ini, Zila berniat untuk membuat bubur supaya tidak terlalu bosen memakan nasi goreng terus.

Karena terlalu berlebihan akan menimbulkan penyakit ditubuh kita,  yang sering terkenah minyak. Zila mulai merancang bahan-bahan untuk menemani bubur putihnya.

"Kamu masak apa, Zil?" tanya Nini yang dari setadi fokus oleh sayuran.

"Bubur Ni," jawab Zila senyum sembari mengaduk bubur tersebut.

_

Gibran menguap sambil melebarkan semua badannya. Bergeliat sedikit supaya enakan. Lalu duduk di kepala ranjang.

"Cuaca mendung, jadi males kerja," gumam Gibran matanya berkedip-kedip.

Dibuang napas gusar, bangkit dari duduknya dan pergi ke kamar mandi. Selang beberapa menit, dirinya keluar menggunakan handuk dililit. Ia mendekati lemari.

Gibran mengambil jas serta dasi, secepatnya dipakai. Selesai dengan semua, dirinya keluar turun kebawa.

Gibran pergi ke dapur, matanya tertangkap oleh dua wanita yang sedang membikin sarapan.

"Masak apa?" tanya Gibran sambil duduk dan membenarkan dasinya.

Zila menengok ke belakang, melihat Gibran. "Bubur, Bos," sahut Zila sedikit tersenyum.

"Hallo!" teriak Jiso dari pintu paling depan.

"Rumah udah kaya kuburan aja, gak ada satupun yang nongolin batang hidungnya," gerutu Jiso kesal.

Jiso mendengar suara orang, secepatnya dia ke dapur. "Hallo! Tuan putri datang!" teriak Jiso menggelegar di ruang dapur.

Nini, Zila, dan Gibran menutup telinganya karena suara cempreng milik Jiso membuatnya sakit.

"Ada orang Bi! Jangan teriak-teriak!" kesal Gibran jengah.

Jiso hanya menyengir seperti kuda. "Ya maaf ... aku, 'kan gak tau," balas Jiso menggaruk jidatnya.

"Bikin apa tuh?" tanya Jiso basa-basi sambil duduk di samping Gibran.

"Bubur, Ka," sahut Zila membawa dua mangkuk bubur dan ditaruh ke meja.

Jiso mencium aromahnya. "Sepertinya enak," ucap Jiso yang langsung saja menyendoknya pakai sendok.

Gibran melihatnya hanya memasang wajah datar, kenapa selalu diganggu jika dirinya ingin berduan dengan Zila?

"Nyebelin," gerutu Gibran.

"Kau bilang apa?" tanya Jiso melirik ke samping.

"Tidak," sahut Gibran menyengir.

Sarapan pagi berlangsung dengan damai. Jiso dan Gibran menikmati masakan buatan Zila.

_

Kini Gibran sudah sampai di perusahaannya. Dirinya duduk di bangku kebanggannya sambil mengecek dokumen-dokumen yang belum terselesaikan.

Tok, tok!

Gibran menatap ke pintu. "Masuk," titahnya.

Rizan langsung masuk sambil membawa berkas berwarna hijau. "Ada meeting beberapa menit lagi dari perusahaan groub Trak," jelas Rizan.

Bos Gantengku GalakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang