Zila buru-buru masuk, agar bisa menghindar dari godaan Jiso. Saat di dalam, Zila mengusap wajahnya pelan agar keringetnya menghilang."Malu bangat," lirih Zila tak percaya.
Di sisi lain, Jiso tengah membayangkan betapa romantisnya nanti ketika ia sudah menikah dengan kekasinya.
Jiso masih terfokus dengan ponselnya sambil senyum-senyum sendiri ketika mendapatkan pesan yang terdapat emoticon love dari cowonya.
"Permisi, Ka," ujar Zila membawa minuman untuk Jiso.
"Eh ... Zila," sahut Jiso melirik kepadanya.
Zila hanya tersenyum sambil duduk bersimpuh di lantai.
"Sini di sofa, jangan di lantai," ujar Jiso menepuk sofa di sebelahnya.
Secepatnya, Zila ngangguk dan beralih tempat duduk menjadi di sofa. Posisi duduknya menghadap Jiso sembari mengkerutkan dahinya, ketika Jiso mulai on senyum-senyumnya.
"Kak Jiso, kenapa?" tanya Zila bingung.
"Ini ... sebentar lagi kakak mau nikah, kamu datang ya," jawab Jiso.
"Aku usahain nanti datang, kak," timpal Zila sedikit ragu.
_
Gibran tengah menyetir di jalan yang mau ke arah rumahnya, hari ini dia sengaja balik cepat agar bisa mengistirahatkan tubuhnya.
Mobil Gibran sudah sampai tepat di halaman rumahnya. Secepat mungkin, ia keluar sembari membawa tas kerjanya.
Gibran berjalan masuk, matanya tertangkap dengan dua gadis yang sedang berbincang-bincang.
Dirinya mendekat, lalu duduk di samping Zila sehingga membuat Zila kaget.
"Bos, kapan datang?" tanya Zila tak percaya.
"Barusan," balas Gibran tersenyum
"Ekhem! Aku di diemin nih?" tanya Jiso balik ke mereka berdua.
"Gak penting!" sinis Gibran.
"Astagfirullah, berdosa bangat kamu, Nak," balas Jiso mengusap dada.
"Mau kemana?" tanya Gibran mencekal tangan Zila saat hendak berdiri.
"Buat minum," jawab Zila menatap Gibran.
"Gak usah," timpal Gibran, menarik pergelangan Zila ke belakang rumah meninggalkan Jiso yang sudah bergerutu kesal.
Zila dan Gibran duduk di bangku pinggir taman rumahnya. Mereka berdua menikmati siang hari ini yang suasananya sejuk.
"Ada apa bos?" tanya Zila polos.
"Aku ingin ngomong sesuatu," jawab Gibran. Zila mengkerutkan dahinya ketika Gibran ingin mengungkapkan sesuatu.
"Aku suka sama kamu," ungkap Gibran menatap lekat mata Zila, tangan Zila di genggam erat oleh Gibran.
"Apa, bos? Suka sama Zila?" tanya Zila sekali lagi, tak percaya barusan.
"Tidak," elak Gibran tiba-tiba.
"Hm ... gitu, ya?" tanya Zila mendadak jadi murung.
Gibran mengacak-ngacak rambut Zila dengan gemas, wajahnya di dekatkan oleh Zila. Dengan jahil, Gibran menggesek-gesekan hidungnya ke hidung Zila.
"Ihh! Bos, geli!" ketus Zila menyingkirkan wajah Gibran.
_
Bella tengah menaiki taxi ke jalan rumah Gibran sembari membawa sekotak makanan. Niatnya ingin bermanja-manja dengannya.
Tak lama, mobil pun sampai di depan gerbang rumah bak instana. Bella turun, lalu membayarnya. Setelah itu, dirinya masuk tanpa permisi lagi.
Bella berjalan pelan sambil menatap setiap sudut depan rumah Gibran.
"Rumah ini bakal jadi rumahku," gumam Bella tersenyum smrik.
Tik, tong!
Bell di tekan oleh jari Bella, ia berdiri sambil merapikan pakaian takutnya ada yang berantakan.
"Bella?" tanya Gibran, setelah pintu di buka olehnya.
"Hallo ... boleh masuk?" tanya Bella balik. Gibran hanya berdehem, mempersilakan masuk.
Mereka berjalan beriringan, lalu duduk di sofa. Bella melirik Gibran seraya senyum.
"Ada apa?" tanya Gibran dingin.
"Aku hanya ingin main saja," jawab Bella.
"Kenapa ke sini? Bukannya tugasmu belum selesai?!" seledik Gibran.
"Bu-bukan gitu, bos," jawab Bella gugup.
Tekan bintang⭐😉
KAMU SEDANG MEMBACA
Bos Gantengku Galak
Fanfic[FOLLOW SEBELUM BACA. JANGAN LUPA, TINGGALKAN BINTANG AKANG TETEH😉] Menjadi seorang pembantu bukan kemauan Zila. Akan tetapi, memang sudah jalannya untuk lebih maju dari sebelumnya. Siapa sangkah, kalau nanti dirinya akan berjodoh dengan majikanny...