_
Kini mobil Gibran sudah berada di halaman rumah Rizan, semua tamu berdatangan dan ramai memenuhi setiap sudutnya.
Gibran keluar dengan gaya coolnya yang di ikuti Zila. Gibran melirik sekilas ke Zila lalu kembali lagi ke posisi awal.
Gibran mengitari mobil dan menggenggam jari-jemari mungil Zila memasuki ke dalam.
Mata Zila menatap semua orang satu persatu, mengesankan dan menarik untuk dekorasi nan juga beragam pakaian yang di pakai orang-orang.
"Hay!" sapa Rizan melambaikan tangan dari kejauhan kepada mereka berdua.
Zila menengok ke sumber suara, lalu membalas lambaian tangan Rizan sehingga Gibran kesal melihatnya.
"Jangan tunjukin senyummu!" bisik Gibran melirik tajam ke Zila, sang empu langsung mengangguk paham.
Rizan tergesah-gesah mendekati mereka, lalu memberi senyumannya ke Zila. "Kamu cantik bangat," puji Rizan memperhatikan penampilan Zila yang malam ini membuat semua mata para lelaki tertuju kepadanya.
"Makasih," balas Zila tersenyum simpul.
"Ekhem! Sudah berapa kali aku ingatkan?! Jangan tunjukan senyummu di depan orang!" tekan Gibran yang mulai tersulut emosi.
"Santai aja kali, Bran." Rizan terkekeh sambil menepuk bahu kekar Gibran.
Sedangkan Gibran hanya memasang wajah datar tanpa ekspresi senyum ataupun yang lain.
"Ayo masuk," ajak Rizan mempersilakan mereka.
_
Kini semua orang berkumpul di dekat kolam renang, suasananya benar-benar ramai.
Yunda yang sudah berdiri di hadapan kue ulang tahun benar-benar bahagia, kali ini pestanya benar-benar mewah dan pastinya berbeda dengan dulu.
Arman sebagai suaminya sudah berada di samping sang istri sembari memberikan senyum sebagai kebahagiaan atas dirinya yang bertambahnya umur.
Begitu juga dengan Rizan, Gibran, dan Zila sudah saling berdampingan. Semua orang terdiam untuk menyaksikan acaranya yang akan di mulai.
"Sebelumnya, saya ucapkan terima kasih untuk kalian yang sudah menyempatkan datang ke acara pesta istri saya. Oke, langsung saja acara meniupan lilin akan segerah di mulai."
Arman menyalakan lilinnya yang berangkah 38 tahun. "Tiup lilin sayang," titahnya.
Yunda mengangguk dan tersenyum, dia mulai meniupnya hingga padam. Semua orang bertepuk tangan senang, begitu pun dengan Gibran dan Zila.
"Selamat ulang tahun, Sayang," ujar Arman mencium kening istrinya.
"Makasih, By," balas Yunda bahagia.
Rizan mendekati mamanya, dirinya dibuat terharu karena pesta. "Selamat ulang tahun, Mama," timpal Rizan memeluknya sangat erat.
Yunda membalas pelukan anaknya, mengusap punggung dengan lembut.
"Makasih anak kesayangan, mama," sahut Yunda.
"Selamat ya, tante," ucap Zila tersenyum. Yunda membalasnya dengan lembut ke Zila, membuat Zila senang.
_
Acara demi acara telah selesai, kini tinggal lah keluarga Rizan nan juga Gibran dan Zila yang belum pulang.
Zila dan Gibran sedang berada di sebuah bangku pinggir kolam. Mereka tengah menikmati makan malam di rumah Rizan.
"Bos kenapa sih, liatin Zila terus?" tanya Zila sedikit risi.
Gibran terkekeh karenanya. "Kamu cantik," ungkap Gibran menatap lekat.
Blush!
Pipi Zila mendadak jadi berwarna merah bak kepiting rebus, hatinya kembang kempis. Apa katanya? Cantik? Wahh! Ucapan yang langkah baginya.
"Kenapa nunduk, hum?" tanya Gibran terus-terusan memperhatikan gerak-gerik Zila yang benar-benar salting.
"Zila malu," cicitnya tak berani mendongak.
"Cie-cie, pacaran mulu!" sindir Rizan baru saja datang dari dalam sambil membawa coklat panas.
"Iri bilang bos!" sahut Gibran.
"Ck! Gak iri tuh!" balas Rizan ketus dan langsung duduk bergamung dengan mereka berdua.
"Sialan!" umpat Gibran sewot.
"Gak usah ngomong gitu," kekeh Rizan sembari menguyup coklatnya.
"Si cantik kenapa nunduk?" tanya Rizan yang kini matanya tertuju oleh Zila.
"Gak usah panggil cantik! Dia punya gue!" sinis Gibran menatap tajam.
"Santai bro," ujarnya.
"Gibran!" teriak seseorang dari kejauhan.
Gibran menengok ke sumber suara, dia melihat dari sana sudah ada Bella sembari lari mendekatinya.
"Sayang, kok gak bilang ada disini sih?" tanya Bella dengan napas ngos-ngosan.
"Tau dari mana kamu?"
"Itu gak penting! Sekarang aku tanya, kamu ngapain ngajak dia ke sini?" tanya Bella balik sembari melirik ke Zila tatapan benci.
"Bukan urusanmu!"
"Urusan aku dong, Sayang! Kamu kan pacar aku!" kesal Bella merengek.
Rizan melihat tingkah laku Bella seperti itu menjadi bergidik ngeri. Benar-benar menjijikan!
"Urusin gih cewe luh noh," usir Rizan memberi kode.
"Gak mau!" tolak Gibran mentah.
"Kalian ngerebutin cewe sampah? Iuww! Jijik bangat, ih!" sindir Bella.
Gibran dan Rizan yang mendengarnya tiba-tiba tersulut emosi.
"Jaga ucapanmu!" bentak Rizan berdiri tegap.
"Apa-apan kamu, Bella!" kini giliran Gibran yang membentaknya, membuat hati Bella berdenyut nyeri.
"Kamu kok belain dia si yang?!" Bella tak terimah dengan semuanya.
Karena sudah tidak tahan, Bella menarik paksa Zila untuk bangun. Dia menyeret tubuh Zila ke pinggir kolam, tanpa berlama-lama Bella mendorongnya hingga tercebur di situ.
Tak hanya itu, Bella pun ikut tercebur menyusul Zila. Mereka menimbul secara bersamaan, Bella benar-benar muak oleh Zila.
"Dasar jalang!" bentak Bella sambil menampar pipi Zila, sehingga pipinya berubah warna.
"Apa sala Zila?" lirih Zila mulai mengigil.
"Ini karena loh udah berani ngerebut pacar gue!" jawab Bella yang sudah marah dibuatnya.
"Bella, stop!" teriak Gibran tidak suka dengan perlakuannya.
Gibran menyeburkan dirinya ke dalam kolam, lalu mendekati Zila dan memeluk tubuhnya yang menggigil.
Bella yang melihat adegan itu semakin panas hatinya, dia benar-benar marah. Bella mendekati meraka, lalu mencoba melepaskan pelukan Gibran dari Zila. Namun usahanya tak berhasil, pelukan Gibran sangat kuat.
"Diam kamu! Mulai saat ini kita putus!" marah Gibran di hadapan Bella sehingga Bella terdiam.
Napas Gibran turun naik, emosinya benar-benar memuncak saat melihat semuanya. Dia membawa tubuh Zila ke darat yang di bantu oleh Rizan.
Setelah Zila di darat, Gibran menggendong tubuh mungil Zila masuk ke dalam rumah yang di ekori oleh Rizan meninggalkan Bella sendirian yang masih diam di air.
"Brengsek!" teriak Bella.
Sory for typo🤧⭐
KAMU SEDANG MEMBACA
Bos Gantengku Galak
Fiksi Penggemar[FOLLOW SEBELUM BACA. JANGAN LUPA, TINGGALKAN BINTANG AKANG TETEH😉] Menjadi seorang pembantu bukan kemauan Zila. Akan tetapi, memang sudah jalannya untuk lebih maju dari sebelumnya. Siapa sangkah, kalau nanti dirinya akan berjodoh dengan majikanny...