Perkara Roti Jepang

415 46 13
                                    

                   

Keesokan paginya, Zila dan Gibran belum kunjung bangun. Mungkin karena nyaman, jadi seperti itu.

Di ruang tengah, tepatnya di pintu depan. Seorang sedang mengamuk akibat tidak di perbolehkan masuk.

"Minggir! Aku mau masuk, mau ketemu ayang bebeb!" marah Bella menatap bodyguard yang menghalangi dia.

"Tidak boleh!" balas bodyguard tak kalah tajam.

"Kaparat!" umpat Bella.

Salah satu bodyguard dengan beraninya mendorong Bella hingga tersungkur di lantai. Tangan Bella terluka mengenai batu krikil.

"Aww!" ringis Bella memegangi tangan kanannya. Ia bangkit, lalu membersihkannya.

"Awas, kamu!" ancam Bella menunjuk.

Bella melengos pergi, meninggalkan mereka yang sedang menatap dirinya dengan tatapan datar, bahkan sangat datar.

"Eugh," lenguh Zila merenggangkan otot-ototnya.

Zila melirik ke samping, terdapat seorang pria sedang terlelap menggunakan selimut. Zila melirik ke tubuhnya, takut terjadi apa-apa tapi untungnya tidak terjadi.

"Huft! Bos pules bangat kayanya," gumam Zila mengamati wajah Gibran.

"Bos ...," panggil Zila hati-hati.

"Hemm."

"Bangun, bos. Udah pagi, bos gak kerja?" tanya Zila.

"Enggak," jawabnya dengan cepat.

"Bos, tap--"

"Diam!" bentak Gibran, membuka matanya mencoba menetralisir pandangan.

Ia menengok, pandangannya bertemu oleh Zila. Matanya melotot ke arah Zila, wajahnya pun memasang wajah merah.

"Kau bisa diam tidak, hmm?!" tanya Gibran mengangkat alisnya.

"Ti-tidak tuan," balas Zila gugup.

"Kalau tidak, diam!" sinis Gibran.

Zila mengangguk cepat, ia menyeka selimut lalu berjalan ke kamar mandi. Perasaannya sedikit gugup, karena Gibran masih di kamar dia.

Gibran mengangkat tangannya satu, di senderkan sebagai bantalan di kepala. Ia melirik ke kamar mandi. Senyumannya pun nimbul.

"Heh! Kok gini sih? Kenapa dengan hatiku?" tanya Gibran dalam hati.

Gibran terus saja memandang pintu kamar mandi, sekalian menunggu Zila keluar.

30 menit sudah berlalu, akan tetapi Zila tak juga keluar. Ia pun bangkit, berjalan mendekati kamar mandi.

"Zila!" teriak Gibran, menggedor-gedor pintu.

"Iy-ya, bos!" sahut Zila dari dalam.

"Lama bangat sih? Cepat keluar!" hardik Gibran masih menggedor pintu.

Pintu akhirnya di buka pelan-pelan oleh Zila, lepalanya di celoskan sedikit supaya bisa melihat Gibran.

"Ngapain di dalam?" tanya Gibran datar.

Zila cengengesan, mendapatkan dia sudah di hadapannya. "A-anu, bos," jawab Zila gelagapan.

"Anu apa?" tanya Gibran bingung.

"Zi-zila la-lagi datang bulan," jawabnya terbata-bata.

"Terus?"

"Zila minta tolong, tolong ambilkan roti jepang Zila di laci," ujar Zila menyengir.

Bos Gantengku GalakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang