"Ekhem!"Zila dan Rizan langsung melepas pelukan itu, ia menoleh ke sumber suara.
Tak cukup jauh dari hadapan mereka, nampaklah Jiso yang sedang menyender di pintu sambil menyilangkan kakinya dan bersedekap dada.
"Sedang apa kalian?" tanya Jiso memincingkan matanya.
"Hm--"
"Gak papa," potong Rizan santai.
"Benarkah? Kurasa tidak. Kau sedang menyembunyikan sesuatu, 'kan?" pertanyaan terus di layangkan kepada mereka.
Jiso berjalan mendekatinya, menjajarkan dengan tubuh mereka. Lalu menengok seperti sedang berintograsi.
"Zila gak ngapa-ngapain kok, Kak," jawab Zila gelagapan.
Jiso tersenyum manis ke Zila, tetapi tidak dengan Rizan. Senyum kecut itu lah yang timbul. Rizan memasang wajah datar bahkan sangat datar.
Jiso tertawa terbahak-bahak melihat wajahnya Rizan. Oh ayolah, wajah Rizan saat ini benar-benar sedang kesal.
"Adek manis, ngambek?" goda Jiso menaik turunkan alisnya.
Rizan malah memanyunkan bibirnya ke depan, berpaling ke tempat lain kecuali tidak menghadap wajah Jiso.
"Ponakan bibi, ngambek," ungkap Jiso menyenggol bahunya Rizan.
"Giliran Rizan di bujuk, giliran aku dibiarin!" cibir Gibran yang tiba-tiba ada.
Zila menengok sambil tersenyum, akan tetapi Gibran malah menatap ke yang lain. Senyum Zila luntur, ia menunduk sedih.
"Ehh, ade tampan bibi juga ngambek rupanya," Jiso terkekeh sambil mencoel-coel pipi Gibran.
"Gak usah pegang!" ketusnya.
"Iya-iya, kulkas berjalan!" sindir Jiso memincingkan bibirnya.
"Bos mau apa? Biar Zila buatin," tanya Zila memandang Gibran terus.
"Gak usah!" tolak Gibran berlalu pergi.
Zila menghela nafas pasrah, ia menatap kepergian Gibran yang mulai menghilang dari pandangannya.
"Kamu lagi marahan, Zila?" tanya Jiso sedikit bingung.
"Gibran cemburu!" pungkas Rizan terlebih dahulu.
"What! Demi apa?!" kaget Jiso memasang ekspresi.
"Gak gitu juga kali, Kak!" sinis Rizan.
Jiso menyengir bagaikan tak memiliki beban. Ia mengacak-ngacak rambut Rizan gemas.
"Kakak mau ke dalam," pamit Jiso, langsung pergi menuju kamarnya.
Zila dan Rizan saling pandang satu sama lain, tak percaya jadi seperti ini. Padahal Rizan ingin bercanda, namun Gibran menganggapnya beneran.
Itu tandanya, ia cemburu jika Zila bersama dirinya. Ini kesempatan bagus buat manas-manasinnya.
_
Tok, tok!
"Bentar!" teriak pelayan dari dalam.
Pintu dibuka, nampaklah seorang wanita berpakaian ketat terpampang jelas di depan mata. Pelayan terkejut bukan main.
"Silakan masuk," ujar pelayan sopan.
Bella manggut, berjalan sambil mengilit-ngilitkan rambutnya menggunakan telunjuk tangan.
Bokongnya duduk di atas sopa sembari memasang gaya manja. Bibir yang menor akibat lipstik itu terangkat sempurna saat melihat pujaan hati mendekati dia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bos Gantengku Galak
Fanfiction[FOLLOW SEBELUM BACA. JANGAN LUPA, TINGGALKAN BINTANG AKANG TETEH😉] Menjadi seorang pembantu bukan kemauan Zila. Akan tetapi, memang sudah jalannya untuk lebih maju dari sebelumnya. Siapa sangkah, kalau nanti dirinya akan berjodoh dengan majikanny...