_Gibran, Jiso, serta Kakek dan Neneknya sudah berada diruang makan. Mereka menikmati acara makan malam dengan damai.
"Kalau kakek perhatiin, kamu sepertinya suka sama gadis pembantu itu." Abrata membuka percakapan.
"Apasih, Kek. Gak mungkin lah, Gibran kan sudah punya Bella," sahut Gibran sambil mengunyah.
"Menurut Kakek, kamu gak cocok sama si Bella. Tapi kalau sama Zila, cocok," timpal Abrata melihat Gibran.
"Terserah, Kakek dah. Yang penting Gibran sudah punya Bella!" tekan Gibran.
"Sudah lah, Pi. Biarkan saja dia yang milih. Gibran, 'kan sudah besar," pungkas Priska menepuk bahu sang suami.
Abrata hanya menarik napas pasrah, benar juga kata istrinya. Kalau cucu dirinya sudah dewasa, dan dia berhak memilih pasangan untuknya nanti.
"Jangan nyesel lho, kalau Zila sudah dirantai oleh cowo lain," ejek Jiso.
"Terserah," pasrahnya.
"Ikut Bibi yu, ke pesta ulang tahun temenku," ucap Jiso melihat Gibran.
"Kapan?" tanyanya.
"Nanti malam," jawab Jiso antusias.
"Ajak pasangan, Bibi nanti bawa pacar," sambung Jiso tersenyum remeh.
"Tenang saja, Bibi. Aku akan mengajak Bella," sahut Gibran tidak suka.
_
Gibran meraih ponselnya sembari duduk disopa ruang tamu. "Hallo."
["Hallo, Sayang. Ada apa? Kangen ya?"]
"Temani aku nanti malam, ke pesta temannya Bibiku," jawab Gibran ke arah telpon.
["Maaf, Sayang. Aku gak bisa, aku lagi ada acara keluarga."]
"Yasudah," pasrah Gibran langsung mematikan ponsel.
Gibran menyenderkan punggung, mantap atas rumah. Lalu, dirinya membuang napas gusar.
"Ciee, yang cewenya sibuk," ejek Jiso menghampiri dirinya.
"Jangan menguji kesabaranku, Bi!" sewot Gibran.
"Ajak saja Zila, dia, 'kan ada," ujar Jiso melihat Gibran yang nampak kecewa.
"Nanti aku pikirin," lirih Gibran menutup matanya.
Yes! Rencana Jiso akhirnya berhasil. Dia memang sengaja mengajak Gibran dan Zila agar lebih dekat lagi supaya mereka berdua jadian.
Jiso bangkit, lalu pergi dari ruangan itu. Gibran menoleh ke badan Jiso yang sudah mulai hilang. Dirinya menyeka rambunya kebelakang.
"Zila!" teriak Gibran hingga membuat ruangan menggemah.
Zila segerah berlari ke ruang tamu, menghampiri Gibran yang sudah duduk. "Ada apa, Bos?" tanya Zila.
"Temani aku malam ini, ke pesta," ucap Gibran melihat Zila.
"Jangan menolak! Temani saja," sambungnya. Zila mengangguk ngerti.
_Jam 20. 21 malam.
Kini Gibran sedang berkaca dikamarnya. Ia memakai jas hitam yang berbalut pita, hingga dirinya terlihat sangat tampan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bos Gantengku Galak
Фанфик[FOLLOW SEBELUM BACA. JANGAN LUPA, TINGGALKAN BINTANG AKANG TETEH😉] Menjadi seorang pembantu bukan kemauan Zila. Akan tetapi, memang sudah jalannya untuk lebih maju dari sebelumnya. Siapa sangkah, kalau nanti dirinya akan berjodoh dengan majikanny...