Gibran tak ambil pusing, dirinya memegang sendok dan mengambil makanan itu, lalu memasukannya kedalam mulut.Sedikit mengunyah, merasakan kenikmatannya dari makanan itu. Gibran mangguk-mangguk sambil mengunyah dengan rakus.
"Ini enak. Pinter masak rupanya," ujar Gibran disela mengunyah.
Selang 30 menit, Gibran telah selesai dengan urusan makan. Gibran meminum air yang dimeja dengan pelan, lalu menenggaknya sampai habis.
Gibran melanjutkan pekerjaannya lagi, karena sudah masuk jam kerja. Walaupun perusahaan miliknya, namun dirinya akan disamakan oleh pegawai biasa.
_
"Gue harus buat rencana, supaya Gibran tertarik sama gue." Bella nampak berpikir dengan serius sembari mondar-mandir.
Satu ide jahat muncul di benak pikirannya. Tanpa ba, bi, bu lagi, Bella berlari keluar.
Di parkiran, Bella clangak-clinguk mencari keberadaan Gibran. Rencananya harus berhasil hari ini juga. Matanya tertangkap dengan sesosok lelaki berbadan kekar, Gibran.
Bella mendekati Gibran, bibirnya tersenyum ke arah dia. Gibran yang melihat Bella, kini biasa aja.
"Ngapain?" tanya Gibran hendak masuk ke dalam mobil.
"Boleh, ikut?"
"Aku mau balik, sibuk!" ketus Gibran menghadap arah lain.
"Boleh, yaa. Pliss ... kali ini aja." Bella memohon sambil memasang wajah sedih.
"It's okay," jawab Gibran dengan malas. Setelah mendengar jawaban, Bella secepatnya masuk ke mobil Gibran di bagian belakang.
Gibran pun masuk dan menyalahkan mesin. Mobil dijalankan keluar dari parkiran ke jalan raya.
"Hm, bos ... sudah punya pacar?" tanya Bella tanpa ragu.
"Belum," jawab Gibran fokus menyetir.
Gibran membawa mobilnya dengan kecepatan full sehingga membuat Bella terkalang kabut karena takut.
"Bos, pelan-pelan," ucap Bella memegang kuat tempat duduk.
Gibran tak menggubris perkataan Bella. Dirinya masih terfokus dengan jalanan sesekali mengalkson agar pengendara lain minggir.
"Shit! Lama sekali," umpat Gibran kesal. Lalu membanting tangannya di setir.
_
Mobil Gibran baru saja sampai di depan rumahnya, dia langsung turun dari mobil dengan membawa tas yang di ikuti dengan Bella.
Zila berlari kecil menghampiri Gibran dan tersenyum manis kepadanya, sehingga membuat Bella marah dengannya.
'Siapa cewe itu?' tanya Bella dalam hati sambil menatap tajam.
"Zila bantu bawa tasnya," ujar Zila, Gibran langsung memberikannya ke Zila sembari mengacak rambutnya gemas.
Zila memanyunkan bibirnya kedepan, membuat Gibran semakin gemas tapi berbeda dengan Bella, dirinya jijik.
Gibran berjalan terlebih dahulu meninggalkan Zila dan Bella. Bella mendekat ke tubuh Zila.
"Kau siapa?" tanya Bella dengan suara sombongnya.
"Aku pembantunya," balas Zila tersenyum.
"Oh, pembantu. Aku ingatkan ke dirimu, jangan terlalu nempel dengan bos Gibran," sinis Bella, melihat tajam.
"Memangnya kenapa?"
Srek!
Bella menjambak rambut Zila kuat sehingga ia meringis kesakitan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bos Gantengku Galak
Fanfiction[FOLLOW SEBELUM BACA. JANGAN LUPA, TINGGALKAN BINTANG AKANG TETEH😉] Menjadi seorang pembantu bukan kemauan Zila. Akan tetapi, memang sudah jalannya untuk lebih maju dari sebelumnya. Siapa sangkah, kalau nanti dirinya akan berjodoh dengan majikanny...