Tidur Bareng

452 49 21
                                    



Arman cuman bisa melengoh saat melihat anak dan istrinya berdebat. Tubuhnya lulur ke bawa, dengan sigap Yunda menompangnya.

"Kenapa, By?" tanya Yunda khawatir sambil menepuk pipinya.

"Kepalaku pusing, Sayang," lirih Arman terus memijit pelipis kening.

Yunda membantu suaminya ke kamar mereka. Rizan yang melihat orang tuanya seperti itu, hanya masa bodo.

Lagi pula, emang ibunya yang duluan bukan dirinya. Anak sama ibu gak ada bedahnya!

"Zila gimana kabarnya, ya?" monolog Rizan menghayalkan dia.

Bibirnya terangkat sempurna, saat mengingat kejadian kemarin. "Aku kangen," lirih Rizan.

_

"Zila!" teriak Bella dari ruang tv.

"Iya, Mbak," sahut Zila dengan nafas turun naik karena habis lari dari dapur.

"Lama bangat, sih!" bentak Bella.

"Kalau di panggil tuh, harus cepat! Gak usah lelet!" timpal Gibran tajam.

"Maaf, tuan," lirih Zila.

Bella memang belum pulang sedari tadi, karena niatnya ingin bermanja-manja dengan Gibran.

"Karena kau telat, aku akan menghukummu!" sinis Bella tersenyum devil.

Bella bangkit dari sofa, menghampiri Zila dan memposisikan dirinya dengannya.

Bella menjambak rambut Zila dengan kuat, sehingga Zila meringis kesakitan sambil memberontak.

Gibran yang melihat itu, hanya memasang wajah datar sembari melipatkan kedua tangannya di depan dada.

"Dasar pembantu gak tau diri!" gertak Bella semakin kuat menjambaknya.

"Stop!" teriak Nini berlari ke mereka.

"Jangan ikut campur, Ni!" tekan Gibran menatap Nini tak suka.

"Maaf, tuan. Tapi setidaknya, jangan seperti ini, kasihan Zila," sahut Nini memohon.

"Lepasin," perintah Gibran dingin ke arah Bella.

"Tap--"

"Lepasin!" bentak Gibran.

Dengan berat hati, Bella melepas. Padahal dirinya belum puas menyiksa Zila. Akan tetapi, Bella menurut saja dengan Gibran.

Zila terisak sambil memeluk Nini dengan kuat, ia merasakan sakit di kepala akibat tadi. Nini membalas pelukan itu, sambil mengusap punggung Zila.

"Pergi kalian!" titah Gibran tanpa melihat mereka.

Nini memegang lengan Zila untuk membantu ia berjalan. Perlahan-lahan, mereka pergi dari hadapan Gibran dan Bella.

Bella tersenyum kemenangan saat melihat Zila tersiksa olehnya. Bella bergelanyut manja dengan Gibran akan tetapi Gibran menggeser sedikit, karena terlalu risih.

"Sebaiknya kau pulang," ujar Gibran sambil duduk di sofa.

"Aku gak mau pulang!" tolak Bella mentah-mentah.

"Aku ingin istirahat," sambung Gibran bersenderan.

"It's okey, aku pulang! Tapi kamu jangan genit-genit sama tuh cewe!" kesal Bella kembali berdiri. Tangannya menyandang tas, lalu pergi.

"Bukan urusan loh," batin Gibran.

_

Jam 20.48 malam ....

Bos Gantengku GalakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang