Hukuman

582 66 19
                                    

_

Pagi yang nampak menyegarkan, khas embun menyerang seisi bumi. Zila sudah berada di dapur tepatnya sedang berkutik dengan alat-alatnya.

Ia menggoreng nasi untuk sarapannya  Gibran dan Rizan. Telur mata sapi ia letakan di tenga nasi, lalu menaruh sendoknya.

Zila menaruh 2 nasi goreng di meja, ia merapikannya agar terlihat cantik. Tak lama, Gibran dan Rizan menuruni tangga lalu berjalan kemeja makan. Mereka menduduki bangku berdampingan.

Zila menyodorkan nasi goreng kepada Rizan, tentunya membuat Rizan tersenyum. Sedangkan Gibran yang melihatnya menjadi naik pitam.

Prang!

Gibran melempar sepiring nasi gorengnya ke lantai, pecahannya berserakan serta butiran nasi yang ada dimana-mana.

Rizan tersentak kaget begitu juga dengan Zila. Meraka menatap Gibran dengan tatapan membingungkan.

Gibran mencengkram lengan Zila, menariknya ke kamar mandi. Rizan tak tinggal diam, ia mengikutinya.

Saat dikamar mandi, Gibran mengambil air yang sangat dingin lalu disiramkannya kepada Zila.

Byurr!

Pakaian Zila basa kuyub, badannya menggigil. "Di - dingin," liri Zila memegangi kedua bahunya.

"Ini hukaman buat pembantu gak tau diri!" bentak Gibran dengan napas naik turun.

Rizan mendorong tubuh Gibran dengan kasar, ia mendekap tubuh Zila. "Apa-apaansih loe, gak punya hati bangat!" bentak Rizan menatap tajam ke wajah Gibran.

Secapat mungkin Rizan menggendong tubuh Zila ala bridal style ke kamar Zila. Ia membaringkannya di atas kasur lalu menutupinya dengan selimut tebal.

Rizan menyeka rambut Zila, menatapnya dalam-dalam. "Zila, maafin sifat Gibran ya," lirih Rizan tersendu.

"Ga-gak papa, kok." Zila tersenyum setela mengucapkan kata itu. Ia mencoba untuk tidak rapuh, dan dirinya tak mau di panggil wanita lemah.

Rizan tersenyum kembali, mengacak rambut Zila dengan gemas. Rizan keluar dari kamar Zila dan menghampiri Gibran di depan teras luar.

"Ngapain bela-belain dia?" tanya Gibran tanpa menoleh ke arah Rizan.

"Dia cewe, gak pantasnya kamu menyiksanya," sahut Rizan dingin.

Gibran tak mendengarkan perkataan Rizan, dirinya memasuki mobil lalu menjalankannya ke jalan tempat kerjanya.

Rizan menghela nafas gusar, kapan temannya dapat hidayah agar tersadar.

Rizan kembali masuk, dia membawa sarapan untuk Zila. Dengan sabar, Rizan menyuapi Zila yang dirinya sempat demam akibat siraman air dingin.

Nini yang melihatnya, tersenyum. Sifat dan kelakuan Rizan benar-benar berbeda dengan Gibran.

                                oOo

Akibat Bianca ngidam buaya, si Gibran jadi jahat seperti itu😹😭.

Tekang bintang⭐😉

Bos Gantengku GalakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang