Jam 12.30 siang.
Zila dan Rizan sedang tertawa sesekali bercanda di depan rumah Gibran. Karena dari semalam, Rizan belum pulang kerumahnya.
"Kamu masih sekolah?" tanya Rizan di sela ketawanya.
"Sudah berhenti," jawab Zila tersenyum.
Mata Zila tertuju pada sebuah mobil yang masuk di halaman rumah, pemiliknya pun tidak asing lagi. Gibran keluar dari mobil sembari membawa tas kerjanya, mendekati mereka berdua.
"Udah pulang, Bran?" tanya Rizan, namun tak di jawab oleh Gibran. Ia langsung masuk kedalam dan menuju kamarnya.
"Huft! Gitu bangat Gibran," gumam Zila, melirik Rizan sekilas.
Rizan hanya tersenyum, menatap mata Zila dalam-dalam. "Rumahmu dimana?" tanya Rizan.
"Aku sudah tidak punya rumah setelah di usir oleh ayah," balas Zila sendu.
'Kasian bangat nih cewe, udah diusir, ehh ... disiksa juga sama Gibran.' Rizan membatin.
"Saya permisi dulu, bos sudah balik," pamit Zila yang langsung di bales anggukan oleh Rizan. Zila masuk ke dalam dan pergi ke dapur untuk menyiapkan makan siang.
Rizan pun kembali masuk, ia duduk di meja makan terlebih dahulu. Mata Rizan terbinar kalah melihat banyaknya makanan yang Zila dan Nini masak.
Zila menuju kamar Gibran, mengetuk pintunya pelan. Namun tak ada sahutan dari dalam, terpaksa Zila membukanya secara perlahan.
Zila melihat Gibran yang sedang tidur, ia mendekatinya dan menatap wajah Gibran dari depan.
"Bos ...," panggil Zila, namun Gibran tak kunjung bangun.
"Bos, makan siangnya sudah siap," ujar Zila. Gibran terlalu lelap dengan tidurnya sampai-sampai tak mendengar suara Zila.
Zila membuang nafas gusarnya, ia melangkah pergi namun sebuah tangan kekar mencengkram pergelangannya.
"Jangan tinggalin aku." Gibran bergurauh di dalam mimpi. Zila membalikkan badan menghadap Gibran. Ia tahu kalau Gibran sedang tidak sadar, perlahan Zila melepaskan tangan Gibran.
"Bos kalau sedang tidur wajahnya terlihat baik," lirih Zila senyum-senyum menatap Gibran.
"Zila ...," panggil Rizan pelan dari depan pintu. Zila mengkerutkan dahinya, terdiam di tempat.
"Gibran belum bangun?" tanya Rizan, Zila menggeleng.
"Gibran!" teriak Rizan membuat Gibran terbangun dengan kaget.
"Shitt! Ngapain kalian berdua?!" bentak Gibran melirik mereka.
"Makan siangnya sudah siap, bos," sahut Zila. Gibran berdehem, menyeka selimut lalu turun.
"Kebiasaan!" ketus Rizan. Zila dan Rizan keluar menghampiri Gibran yang sudah makan terlebih dahulu.
Rizan duduk di samping Gibran, tangannya mulai mengambil nasi serta lauk pauknya. Mereka makan dengan keheningan.
_
Hari ini Bella berniat ingin mencari perusahaan Gibran agar dirinya bisa bekerja olehnya. Maka dari itu dia bisa lebih mudah untuk menghancurkan keluarga mereka.
MakeUp Bella sangat tebal, bajunya pun sangat ketat, sehingga lengkukan tubuhnya terlihat jelas. Bella mencari info di google untuk mengetahuinya.
Tak lama kemudian, ia mendapatkan info itu. Senyum devilnya terlihat jelas. "Tunggu aku, Baby."
Bella menaiki taxi ke arah jalan perusahaan Gibran. Selang beberapa menit, taxi yang ia tumpangi sudah sampai di depan perusahaan Gibran yang menjulang tinggi.
Dirinya keluar sembari membawa berkas lamaran kerja, Bella berjalan memasuki ke dalam. Ia menatap setiap sudut ruangan itu.
"Ada yang bisa kami bantu?"
"Aku ingin ketemu dengan kepala perusahaan ini," jawab Bella sedikit tersenyum
"Maaf, Buk. Orangnya baru beberapa jam yang lalu sudah pulang," timpal sekretaris. Bella berdecak kesal, sudah dandan cantik namun tidak ada orangnya.
"Yasudah, saya permisi," pamit Bella melengos pergi.
oOo
Yekang bintang⭐😉
KAMU SEDANG MEMBACA
Bos Gantengku Galak
Fanfiction[FOLLOW SEBELUM BACA. JANGAN LUPA, TINGGALKAN BINTANG AKANG TETEH😉] Menjadi seorang pembantu bukan kemauan Zila. Akan tetapi, memang sudah jalannya untuk lebih maju dari sebelumnya. Siapa sangkah, kalau nanti dirinya akan berjodoh dengan majikanny...