Bacok Lehermu

396 44 10
                                    

Kini hari sudah berganti, dimana semua orang sibuk bekerja ataupun membereskan rumah. Tepat dimana hati minggu semua orang tunggu-tunggu.

Gibran baru saja bangun, matanya ia kucek-kucek kalah nyawanya belum terkumpul. Punggungnya di senderkan di kepala ranjang. Gibran melamun atas kejadia kemarin malam.

Ia membuang nafas gusar, lalu menyeka selimut. Berjalan ke kamar mandi dengan sempoyongan akibat terlalu pusing.

Gibran keluar, telah selesai dengan urusan mandinya. Gibran memakai kaos hitam polos serta celana jeans. Tubuhnya sudah segar seperti bunga mekar di pagi hari.

Gibran berjalan dan keluar dari kamarnya. Kaki jenjangnya menuruni anak tangga satu persatu. Ia berniat ingin ke dapur, namun tidak jadi karena di sana ada Zila.

Di sofa ruang tv, Gibran bersender sembari memakan cemilan. "Bosen." satu kata keluar dari mulutnya.

"Bos ...," panggil Zila yang baru menghampiri dia.

"Hm," sahut Gibran tanpa melihat.

"Bos mau sarapan apa? Nasi goreng atau roti?" tanya Zila sedikit takut.

"Gak usah!" tolak Gibran ketus.

Zila hanya menarik napas gusar, tak tahu harus bilang apa. Zila memilih pergi meninggalkan Gibran sendirian.

"Maafkan aku," lirih Gibran menengok.

Gibran menekan tombol tv, chanelnya indosiar. Matanya terfokus dengan film suara hati istri. Gibran langsung tertawa kencang saat melihat rumah tangga mereka hancur.

"Dasar cengeng!" sindir Gibran.

Tok, tok!

Suara pintu terdengan jelas di telinga Gibran, namun dirinya hanya masa bodo dengan tamu yang di luar.

"Zila!" panggil Gibran berteriak.

Zila berlari mendekatinya, lalu menunduk. "Ada apa, bos?" tanya Zila.

"Kau tuli atau apa?! Buka pintu sana, ada tamu!" jawab Gibran membentak.

Zila mengangguk, berlari ke pintu utama. Ia memutar knop dan membukanya.

"Hay," sapa Bella. Zila hanya tersenyum menanggapinya.

Tanpa di suruh, Bella masuk begitu saja ke dalam sehingga membuat Zila pasrah.

"Di mana, Gibran?" tanya Bella mencarinya.

"Di ruangan tv," balas Zila.

Bella langsung ke ruangan tersebut, di sana ia melihat Gibran yang sedang terpokus oleh film.

Tanpa sepengetahuan Gibran, Bella mengalungkan tangannya di leher Gibran dari belakang, sontak membuat Gibran kaget.

"Ngapain ke sini?" tanya Gibran malas.

"Mau ketemu kamu," jawab Bella tersenyum ke dia.

"Kak Jiso baik,'kan?" sambung Bella sambil bertanya.

"Baik," balas Gibran singkat.

Zila yang melihat mereka beromantis, seketika hatinya sakit dan nafasnya sesak. "Sadar diri, Zila. Kau bukan siapa-siapa," lirih Zila tersenyum tipis.

Zila segerah berlari ke dapur, hingga Gibran dan Bella melihatnya dengan tatapan bingung.

"Apa Zila cemburu?" monolog Gibran.

"Ini kesempatan untuk memanasi hatinya. Apa dia cemburu atau tidak," sambung Gibran.

_

"Kenapa denganmu, Nak?" tanya Nini yang melihat Zila mengeluarkan air mata.

Bos Gantengku GalakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang