Chap.20

396 45 0
                                    

Gibran menyeret bangku, mempersilakan untuk Zila duduk. Dengan senang hati sang empu mendudukinya.

Gibran pun sama, ia duduk bersebelahan dengan Zila. Gibran mengambil nasi dan lauk pauk, tetapi Zila tidak yang membuat Gibran terdiam.

"Kenapa gak di makan?" tanya Gibran menatap mata coklatnya Zila.

"Zila makan di dapur aja, bos," jawab Zila menunduk.

"Makan!" titah Gibran tegas.

"Tap--"

"Aku robek mulutmu nanti!" ancam Gibran dengan tajam.

Zila terburu-buru mengambil makanan seperti Gibran, lalu dirinya melahap tanpa berhenti.

"Kalau makan tuh, pelan-pelan," ujar Gibran mengelap bibir Zila menggunakan jempolnya.

Zila terbengong, tepatnya karena sikap Gibran begitu perhatian di pagi hari ini. Zila sedikit tersenyum ke arah Gibran sehingga Gibran tersenyum juga.

'Oh, ayolah. Dia tersenyum juga akhirnya. Aahkk!' girang Zila dalam hati berdisko-disko.

Dengan jahilnya Gibran mencubit hidung Zila tiba-tiba, membuat Zila merintis sakit.

"Sakit, ihh!" kesal Zila menendang kaki meja.

"Ngelamunin apa, hm?" tanya Gibran, alisnya terangkat.

"Kamu," balas Zila tanpa sadar telah mengucapkannya.

"Ahh! Apa?" Gibran mengulangi kalah tak percaya.

"Eh, bu-bukan," jawab Zila gugup. Gibran hanya mengangguk dengan kata-kata Zila yang di ucapkannya.

Gibran melihat jam ditangannya, dirinya kaget. Dengan secepat mungkin, ia bangkit dan lari keluar mendekati mobil.

Zila menyusul dirinya kedepan sembari membawa kotak bekal yang sudah ia siapin.

"Bos, bekalnya!" teriak Zila, Gibran yang tadinya hendak masuk kini berbalik badan menatap Zila dari mobil.

"Kenapa?" tanya Gibran antusias.

Zila mendekati Gibran, bekalnya di berikan kepada Gibran.

"Zila membuatkan bekal untuk, bos," jawab Zila tersenyum.

"Terima kasih," balas Gibran, lalu masuk kedalam mobil dan dijalankan ke arah tempat kerjanya.

Zila menatap mobil Gibran yang mulai tak terlihat, tiba-tiba dirinya berjoget sembari kegirangan.

"Ahh! Mimpi apa aku semalam? Bos tersenyum kepadaku?!" seruh Zila melompat-lompat bagaikan bocah.

Zila pun masuk ke dalam rumah, sebelumnya ia sudah mengunci gerbang rumah. Senyum Zila tak luntur semenjak kejadian tadi.

Sesampainya di dapur, Zila menduduki kursi sambil mengambil sayuran dan memotongnya kecil-kecil. Nini yang melihat Zila bahagia langsung mendekatinya.

"Cie, cie ... yang lagi bahagia, kenapa nih?" tanya Nini sedikit kepo.

"Ihh! Nini mah, Zila gak bahagia kok cuman senang aja," jawab Zila melanjutkan potong sayurannya.

"Bahagia sama senang tuh gak ada bedanya, Zila ...."

"Berarti Zila salah dong?" tanya Zila polos.

"Enggak," jawab Nini, pergi kedepan.

_

Gibran baru saja sampai di depan perusahaannya, berjalan ke dalam dengan wajah datarnya.

Pegawai serta satpam yang di sana menyapa Gibran, namun Gibran hanya membalas deheman saja tanpa mengeluarkan kata.

Gibran menekan tombol lift, lalu dirinya masuk. Tak lama kemudian lift berhenti, Gibran keluar lalu berjalan ke ruangannya.

Gibran memutar knop pintu, lalu masuk. Bekal yang dari Zila ia taruh nan juga tasnya. Gibran duduk di kursi sembari mengecek dokumen-dokumen yang sempat tertunda.

Di sisi lain, Bella baru saja sampai di ruang bawa. Pakaian yang ia gunakan cukup memikat kaum lelaki. Bella berjalan dengan lenje memasuki lift.

"Gak sabar ketemu, Gibran!" Bella sangat sumringah.

Ting!

Bella keluar dari lift lalu dirinya berjalan menuju ruangan Gibran. Dirinya mengetuk pintu ketika sudah sampai.

"Masuk!" teriak Gibran dari dalam.

Dengan semangat memburuh, Bella pun masuk. Nampaklah Gibran tengah sibuk dengan kerjaannya di depan layar laptop.

Bella mendekati Gibran, tangannya mengusap bahunya.

"Aku temanin, tuan," ujar Bella tersenyum.

Gibran melirik Bella dengan tatapan tajam, tangannya menggeser tangan Bella dengan kasar.

"Tak usah, keluar kamu! Kalau tidak ada urusan dengan perusahaan gak usah ke sini!" bentak Gibran membuat Bella diam membisu.

"Pergi!" sambung Gibran bangkit dan menunjuk ke arah pintu.

Secepatnya Bella keluar meninggalkan Gibran. Saat diluar perasaan Bella benar-benar sakit akibat bentakan Gibran yang terlalu kuat.

"Aku tidak akan menyerah," gumam Bella tersenyum devil. Bella pergi ke ruangannya.

Diruangan Gibran. Setelah dirinya habis membentak Bella, Gibran kembali duduk sembari memijat keningnya karena terasa pusing.

Mata Gibran melihat jam yang di tangannya, ternyata sudah pukul 12 siang yang artinya jam makan siang. Ia mengambil kotak bekal yang dikasih Zila, dibukanya secara perlahan.

Bibir Gibran tersenyum ketika melihat isinya, ternyata makanan kesukaan Gibran.

"Dari mana dia tau, kalau kesukaanku ini?" tanya Gibran bingung.



Tekan bintang⭐

Bos Gantengku GalakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang