Tekat

377 20 0
                                    


Anyyeong, Gibran kembali. Semoga ada yang suka sama ceritanya.

••••

G

ibran menggendong Zila ke atas. Bahkan Gibran bisa merasakan kalau wanita itu tengah kedinginan.

Pria itu nampak khawatir dengan keadaan Zila yang sekarang. Dengan cekatan, Gibran menendang pintu kamar, dan tergopoh-gopoh merebahkan Zila dan menyelimutinya.

Gibran duduk di samping Zila sambil memandangnya.

"Zila salah apa? Hiks! Semua orang jahat!" tangisnya. Gibran menggeleng pelan, sambil mengusap rambut Zila yang basa.

"Kamu gak salah, kok." Gibran tersenyum dengan hati yang menyayat dirinya saat melihat Zila yang malang nasibnya.

Zila meringkuk sambil memeluk lengan berotot Gibran dengan mata terpejam.

"Jangan tinggalin, Zila ...."

Bibir mungilnya pucat basi, matanya terpejam menikmati nyamannya lengan Gibran.

Gibran membenarkan posisinya, lalu membuka jaket dan juga sepatunya. Kemudian merebahkan dirinya di samping Zila, memeluk dan mencari kehangatan untuknya.

Zila tersenyum di balik dekapan Gibran. Wanita itu sangat tenang dan juga damai.

Dengan telaten, Gibran mengusap punggung Zila sayang. Mencoba menidurkan bayi mungilnya.

"Tidurlah," ucapnya lembut.

Zila mengangguk pelan, kedua tangannya perlahan membalas pelukan Gibran. Ia memeluknya erat, sangat erat. Gibran merasakannya.

Keduanya sama-sama nyaman. Gibran merasakan getaran di hatinya, ia yakin kalau dirinya menyukai Zila. Si pembantu.

Namun, ia juga masih ragu. Bukan, bukan ragu dengan cintanya. Namun, apa ia harus persaing pada Rizan? Sahabatnya sendiri.

Mengingat, Rizan yang sering mengungkapkan hatinya terang-terangan padanya mengenai Zila. Ia sedikit jengkel.

Oke lah, semestinya ia harus bersaing demi mendapatkan cintanya. Tekat Gibran sudah bulat.

Di saat situasi mulai hening, dan hanya terdengar dengkuran halus milik Zila. Gibran mengintipnya sedikit, benar saja wanita itu sudah pulas duluan.

Bibir pria itu melengking ke atas, lalu mendaratkan ciuman hangat di keningnya.

"GoodSleep, wanita mungil."

Cup!!

_

Zila membuka matanya saat merasakan pengap di area wajahnya. Perlahan tapi pasti, ia menatap Gibran yang masih tidur dengan posisi memeluk pinggangnya.

Sangat erat dan juga berat.

Dengan mata yang bulat, Zila mengamatinya dari dekat. "Ganteng bangat, segi pahatannya bagus," gumamnya.

Tangan mungil Zila terulur mengusap pipi pria itu dengan lembut.

"Zila sayang bos," ujarnya mengecilkan suara dengan malu-malu. Kemudian menenggelamkan wajahnya lagi di dada Gibran.

Zila senyum-senyum sendiri mengingat semalam, keningnya merasakan kehangatan dari kecupan yang di buat oleh pria tersebut.

Bahkan, semalam Zila menangis karena merasakan laper. Gibran yang setengah sadar pun langsung membujuknya. Tapi, hasil nihil. Bahkan, Zila melihat kemarahan Gibran hampir muncul.

Karena Gibran orangnya baik, dia berusaha mengontrol emosinya untuk menghadapi makhluk yang bernama 'wanita'.

Gibran melunguh dengan suara serak, ia merentangkan kedua tangannya. Zila yang mengetahuinya pun segera menjauh. Ia takut kalau jadi bahan Omelan lagi.

Namun, saat wanita hendak bangkit, justru Gibran menarik lengan Zila untuk masuk ke dalam pelukannya.

Jantung Zila deg-degan sendiri. Ia mencoba tenang.

"Mau kemana? Masih pagi, aku ngantuk," ngigaunya dengan melesakan wajahnya di leher Zila. Hingga wanita itu merasakan geli di bagian tersebut.

Zila diam sejenak, sebelum akhirnya membuka suara.

"Bos, Zila mau masak ...."

Gibran membuka matanya dengan sayu,  lalu menatap Zila. "Aku ngantuk!" rengeknya tanpa sadar.

Zila gemas dengan wajah Gibran yang sekarang. Imut-imut ke babi. Hehehe.

Hoho, salah. Imut-imut ke beruang. Zila terkekeh, dengan sedikit keberanian. Wanita itu mencium pipi Gibran dengan cepat.

Berharap Gibran tak mengetahuinya, dan juga marah.

"Lagi," suaranya.

"Hah?" Zila membeo dengan mulut terbuka.

Gibran mencium bibir Zila sekilas. "Cium lagi."

"Tap---"

"Atau aku yang cium, hum?"

Zila berpikir dengan mata yang sedikit bulat. Ia sedikit ragu.

Cupp!!

Gibran tersenyum saat Zila menciumnya. "Loveyou," bisiknya dengan suara yang amat sensual.

"Apa?" kaget Zila.

"Loveyou, budegg!!"

Gibran menjitak kepala Zila pelan, hingga sang empu meringis. Zila mengerucutkan bibirnya.

••••

Tbc

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 30, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Bos Gantengku GalakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang