Gibran menaiki tangga menuju kamarnya. Karena kamar Zila ada dibawa, sedangkan Gibran di atas.
Gibran membuka knop pintu, ia masuk dan menutupnya kembali. Gibran menghempaskan tubuhnya dikasur lalu menutup matanya perlahan.
"Hari yang menyenangkan," gumam Gibran.
_
Ke esokan paginya, Zila bangun lebih awal. Ia melirik jam yang jarumnya menunjukan pukul set6 pagi.
Zila mencoba mengingat kejadian semalam, yang dimana dirinya mendapatkan perhatian dari bosnya yaitu Gibran.
"Ternya baik juga sih, bos," celutuk Zila. Ia menyeka selimut lalu pergi kekamar mandi.
Kamar Zila dan kamar mandi jadi satu ruangan. Oleh karena itu, ia tak perlu keluar kalau mau mandi. Zila keluar dengan mengenakan pakaian sederhana sambil berjalan keluar.
Zila melirik anak tangga ternyata belum ada tanda-tanda bosnya keluar. Dirinya pun memutuskan membuatkan sarapan untuk Gibran.
Sang empu memblender bumbu nasi goreng, setelah itu di oseng-oseng di kuali. Dengan sangat lihai, nasi goreng nya cepat matang.
Zila menaruhnya di piring, ia letakan di atas meja. Dirinya berjalan ke anak tangga, langkah kakinya perlahan mencapai atas tepatnya di depan kamar Gibran.
Zila membuka pintu secara hati-hati, matanya tertuju pada seseorang yang sedang meringkuk di dalam selimut.
Zila mendekat, tangannya membuka selimut. Nampaklah wajah Gibran sedang tertidur sangat pulas.
"Bos bangun!" teriak Zila berhasil membuat tidur Gibran terusik.
"Apa?" tanya Gibran khas bangun tidur.
"Bangun atau aku santet?!" ancam Zila kepada Gibran. Gibran hanya memasang wajah meledek.
"terserahmu," jawab Gibran dengan malas.
Zila keluar dari kamar Gibran dan berlari ke kamarnya untuk mengambil bendanya. Setelah itu, Zila kembali lagi kamarnya Gibran.
"Bos yakin?" Zila memastikan ucapan Gibran, dan Gibran hanya berdehem saja tanpa menoleh ke benda yang Zila bawa.
"Aku sudah membawa perlengkapan santetnya loh. Ada jarum, ada boneka, ada kembang tuju rupa dan fotomu juga," balas Zila yang membuat Gibran kaget dan langsung membenarkan posisinya menjadi duduk.
Gibran menelan salivanya saat melihat perlengkapan santet benar-benar utuh.
"Da - dapat, da - dari mana?" tanya Gibran terbata-bata.
"Ini semua punyaku," jawab Zila enteng.
"Shitt! Nih cewe benar-benar tukang santet," batin Gibran mengedip-ngedipkan matanya tak percaya.
Tekan bintang⭐
KAMU SEDANG MEMBACA
Bos Gantengku Galak
Fiksi Penggemar[FOLLOW SEBELUM BACA. JANGAN LUPA, TINGGALKAN BINTANG AKANG TETEH😉] Menjadi seorang pembantu bukan kemauan Zila. Akan tetapi, memang sudah jalannya untuk lebih maju dari sebelumnya. Siapa sangkah, kalau nanti dirinya akan berjodoh dengan majikanny...