[20] Kaleh Dasa

1.1K 157 3
                                    

~~Happy reading~~

Aku hanya merenung dibalkon istana sambil memikirkan sesuatu yang tengah kuhadapi saat ini. Nertaja sudah tidak disampingku, cukup sulit untuk memendam kegalauan yang menyerang batinku akhir-akhir ini.

Aku hanya mendengus lelah,
"Kapan kisahku akan selesai disini.." gumamku.

"Kisahmu akan selesai setelah kau memberi penjelasan yang sebenarnya padaku" ucap suara laki-laki dari belakang.

Spontan aku langsung menoleh,
"Hayam wuruk.." kataku terkejut.

Ia telah berdiri dibelakangku.

"Apa ada sesuatu yang mengganggumu?" tanyanya.

"Aku... Tidak ada apa-apa" jawabku.

"Katakan terus terang, apa yang sebenarnya terjadi padamu" ucapnya meyakinkanku.

"Aku yang seharusnya bertanya padamu, kenapa kau selalu muncul tiba-tiba, Kemarin kau tak mau bertemu denganku dan sekarang kau mengikutiku?"

"Aku tidak akan berhenti sampai kau mengatakan sejujurnya," jawabnya.

Ia mulai mendekat dan mengangkat daguku,
"Aku tau dirimu. Dan aku tidak pernah memaksamu untuk mencintaiku, kau yang memberiku pertanda" ucapnya dengan tatapan menyendu.

Aku hanya terdiam seribu bahasa kala melihat rautnya yang begitu dekat dengan wajahku. Binaran matanya begitu jernih serta rautnya yang terlihat tulus membuatku tak kuasa untuk mengelak apapun. Sungguh, aku tidak mau ia pergi sekarang.

"Ehem.." tiba-tiba deheman itu memecahkan suasana kami.

"Ibunda.." kata Hayam Wuruk yang seketika melepaskan daguku dan kembali bersikap kaku.

wanita paruh baya itu tersenyum melihat kami berdua.

"Apakah kehadiranku mengganggu kalian.." ucap sang ratu.

"Um.. Tidak gusti ratu, baiklah. saya pamit dulu" sahutku yang hendak pergi meninggalkan tempat.

Namun tangan hayam wuruk menahanku dengan sigap,
"Kau mau kemana?" tanyanya yang menghadang tubuhku.

Ratu Tribhuwana hanya tersenyum geli melihat aksi putranya yang begitu intim kepadaku. Aku hanya terdiam tak tahu harus menjawab apa.

"Aku ingin kalian berdua datang ke balai puri, ada sesuatu yang ingin kusampaikan" kata ibunda ratu.

"Baik ibunda Ratu.." kataku dan hayam wuruk berbarengan.

"Hmm.. Kalian begitu kompak" kata sang ratu tersenyum.

Lalu kami menoleh satu sama lain dengan sedikit kaku, lalu beliau langsung pergi meninggalkan tempat.

"Ada apa gusti ratu memanggil kita?" kataku pada lelaki itu.

"Entah.. Sebaiknya kita langsung kesana" jawab Hayam wuruk dengan spontan menggandeng tanganku.

Seketika aku hanya mematung melihat aksinya tersebut. Lelaki itupun langsung tersadar,

"Um.. Maaf. Maksudku ayoo" ajaknya melepas genggamanku.

Kami berjalan beriringan menuju balai puri, tempat dimana nertaja pernah mengajakku untuk berkenalan dengan sepupunya itu.
Sesampainya disana, ternyata sudah terdapat beberapa anggota keluarga kerajaan. Mereka semua memandangiku dan Hayam Wuruk, ada juga Indudewi yang sedang memperhatikanku.

Tak lama ibunda ratu mempersilahkan kami untuk duduk dikursi yang telah disediakan. Para keluarga bangsawan itu masih saja memperhatikan kami, terutama kepadaku. Mungkin dalam batin mereka, bagaimana seorang raja berjalan dengan seorang gadis sepertiku.

'ILY Since 600 Years Ago' [MAJAPAHIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang