[23] Tiga Likur

1.1K 153 13
                                    

Hari sudah hendak mendekati siang, mungkin sekitar pukul 10.00 pagi. Aku dan Hayam Wuruk terduduk santai dibalkon keraton sembari menatap panorama alam.

"Hari ini kita akan bermalam disini," kata Hayam Wuruk.

"Kenapa?"

"Aku ingin bersamamu untuk hari ini, istana begitu ramai dengan anggota keluarga dan pejabat lainnya. Aku jadi tidak bisa bebas denganmu," ucapnya.

Akhirnya lelaki ini peka juga, akupun merasakan hal yang sama selama tinggal di istana.

"Hhmm.. Begitu" jawabku singkat.

"Apa kau keberatan?" tanyanya.

"Tidak, tidak sama sekali" jawabku.

Lelaki itu hanya tersenyum mendengar jawabanku. Tak lama ia menghela napas dalam,
"Seandainya aku hidup satu masa denganmu, apa kita akan bersama selamanya" ungkap lelaki itu.

"Mungkin, aku sangat beruntung jika memang begitu" jawabku.

Lelaki itu mulai menoleh kearahku,
"Apa kau percaya dengan reinkarnasi?"

"Hhmm.. Sepertinya aku pernah dengar," kataku.

"Jika sang hyang widhi mengijinkan, aku ingin menjelma dikehidupanmu" ucapnya.

Aku mengerutkan dahi keheranan,
"Maksudmu?"

"Jiwaku akan terlahir kembali dimasamu, dengan begitu kita tidak akan berpisah" jelasnya.

"Apa kau yakin, bahwa reinkarnasimu ditakdirkan untukku?" tanyaku.

"Percayalah, aku akan datang untuk menjemputmu. Itu janjiku," katanya dengan mata menyendu.

Aku tersenyum tipis, kurasa lelaki ini terlihat serius. Tapi aku tak tahu apakah yang ia katakan akan benar terjadi.

"Kau mau belajar berkuda denganku," tukasnya.

"Tidak, aku tidak bisa" jawabku spontan.

"Ayolah, kenapa kau tidak mau" ungkapnya memohon.

"Aku takut kalau kudanya meringkik," jawabku dengan raut aneh.

Ia terkekeh,
"Tidak usah takut, kuda disini sudah terlatih. Kau akan aman"

"Tidak, aku tidak mau. Lebih baik aku melihatmu berkuda saja. Hmm.. aku jadi penasaran, seperti apa kemampuanmu dalam berkuda, apa akan seperti seorang ksatria di cerita kolosal? Atau hanya penunggang kuda seperti... Pfft, kusir" kataku meledek cekikikan.

"Kau meremehkanku?" katanya.

Aku masih tersenyum meledek,
"Ehem.. Aku hanya ingin tahu saja, sebuah kerajaan majapahit yang dikenal mempunyai pasukan hebat apakah kemampuan rajanya juga akan sehebat itu".

"Tentu saja, darahku mengalir seorang ksatria hebat seperti kakekku, Kertarajasa Jayawardhana. Pendiri majapahit" katanya besar kepala.

"Itukan kakekmu, bagaimana denganmu. Aku tidak yakin, kau terlalu sibuk didalam istana. Hanya rapat, memberi perintah dan menghabiskan waktu dengan orang-orang terdekat. Bagaimana bisa aku percaya begitu saja" kataku tertawa kekeh.

"Oh begitu ya, Andai aku tidak mengenalmu pasti sudah kugantung dirimu gadis manis," ucapnya tenang dengan raut seperti mafia.

Aku langsung menelan ludah perlahan,
"O-owh.." kataku menutup mulut berusaha tak mengindahkan.

Hayam Wuruk mulai menghela napas dalam,
"Aku bisaa tapi tidak sekarang".

"Ppfft.. Kenapa.. Apa kau tidak siap menunjukkannya" kataku meledek.

'ILY Since 600 Years Ago' [MAJAPAHIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang