"Hadehh, akhirnya udah nyampe separuh" ucapku sambil meregangkan jariku yang sudah kaku memegang bulpoin.
Bagaimana tidak, 1 buku saja tebalnya setara kamus bahasa inggris 1000 milyar. Harus menghabiskan berapa bulpoin lagi aku untuk menyelesaikan 5 buku sekaligus. Karna tanganku sudah mulai letih, aku memilih untuk menghentikan aktivitas menulisku sekarang. Lagipula masih banyak waktu disini.
Aku memasukkan barang-barangku kedalam tas dan melihat pemandangan negeri majapahit dari jendela kamarku.
Menakjubkan, itu yang terucap ketika memandangi pesona alam dan pemukiman yang tersusun rapi disana. Suasana yang masih asri, belum tercemari oleh asap kendaraan dan polusi pabrik. Aku berinisiatif mengabadikan momen itu dengan kamera pocket yang telah memberiku jejak menjadi seorang traveller diabad ke-21.
Kurogoh benda itu dalam tasku dan menyalakannya. Sebelum itu, aku mengawasi setiap sudut untuk memastikan tidak ada orang yang memantauku. Atau jika tidak, aku akan dianggap penyusup berbahaya dan ditangkap karna menggunakan benda asing ini untuk melakukan sesuatu. Padahal hanya memotret.
Setelah situasi aman, Aku mulai memfokuskan mataku pada kamera dan mencari visual yang bagus agar hasilnya memuaskan. Setelah semuannya beres, sebuah jepretan pertama menangkap pemandangan itu.
Hasilnya... Perfectly. Ini seperti berada difilm aladdin.Ketika akan memotret untuk kedua kalinya. Tiba-tiba...
"Raraa.." ucap seseorang membuka pintu kamarku tanpa aba-aba.
Deg.
Aku langsung menyembunyikan benda itu kebelakang tubuhku, ia menatapku kaku.
"Sari.." kataku pelan.
"Kau sedang apa?" tanya nya.
"A-aku hanya melihat pemandangan negeri majapahit dari sini." jawabku
"Kau tidak sedang menyembunyikan sesuatu?" tanyanya lagi.
"Tidak. Aku hanya berdiam diri disini. Lagipula, kau kenapa tiba-tiba memasuki tempat istirahatku. Mengagetkan saja" kataku
Sari mulai melangkah mendekatiku,
"Aku mau bertanya sesuatu."Aku mulai takut, takut diriku terbongkar. Perlahan aku memundurkan langkah, sedangkan sari terus mencoba mendekatiku.
"Kau mau apa?" tanyaku sedikit gugup.
Sari menghentikan langkah, sedangkan tubuhku sudah menempel pada meja yang diatasnya terdapat tasku. Aku langsung merogoh kantong tasku dari belakang yang beruntung resletingnya masih terbuka, sehingga aku langsung memasukkan kameraku kedalamnya.
"Heyy, kenapa kau malah menjauhiku. Aku mau menanyaimu sesuatu. " tanyanya.
"Hah? E-ehm anu.." cerocosku tidak jelas sambil menggaruk-garuk kepala.
"Dari awal mengenalmu kau ini memang sangat aneh. Aku mau bertanya apa kau perlu minum ramuan herbal lagi seperti kemarin? Karna tadi baginda raja mengatakan kepalamu sakit" tukasnya.
"Oohh.. Ituu" ucapku lega karna ia tidak mengetahui apa yang kulakukan barusan.
Lanjutku, "Sepertinya tidak perlu, kepalaku sudah tidak sakit sekarang".
"Apakah ingatanmu sudah pulih?" tanyanya.
"Belumm. Kepalaku selalu sakit setiap mencoba untuk mengingat sesuatu" jawabku berbohong lagi.
"Kalau begitu kau harus meminum ramuan herbal itu" kata sari.
"Tidak, Ramuannya sangat pahit aku tidak suka. Lagipula aku tidak apa-apa kok. Mungkin hanya butuh beberapa waktu untuk mengingat segalanya" kataku mengelak.
KAMU SEDANG MEMBACA
'ILY Since 600 Years Ago' [MAJAPAHIT]
Historical FictionRara Ayu Putri Anastasya, seorang gadis kelahiran Jakarta yang menetap di Surabaya mengalami peristiwa aneh yang membuatnya terjebak dimensi waktu 600 tahun yang lalu. Saat itu Jawa Timur masih berupa kerajaan yang dipimpin oleh wangsa Rajasa dari k...