Memasuki area dapur istana, ternyata sudah terdapat bahan-bahan masakan yang tertata rapi diatas meja. Begitu excited sekali Nertaja sampai menyiapkan bahan yang sangat lengkap dan terbaik tentunya.
"Ini semua kau yang menyiapkan?" tanyaku.
"Dayang-dayang yang mempersiapkannya, aku hanya menyuruh mereka sesuai permintaanmu" jawabnya dengan tersenyum.
Aku memanggutkan kepala paham,
"Baik. Mari kita memasak sekarang..""kita akan membuat yang lebih mudah saja, seperti urap-urap" lanjutku.
Nertaja mulai memperhatikan dengan seksama,
"Langsung saja bahan-bahannya seperti daun kenikir, kacang panjang, parutan kelapa putih, dan beberapa rempah-rempah" kataku menjelaskan.
Entah aku memang kepedean atau daya imajinasiku yang tinggi, yang jelas aku merasa seperti chef Renata saat ini,
"Pertama kita haluskan dulu rempah-rempahnya sebagai bumbu"Putri itu mulai menaruh bumbu rempah diatas layah dengan ukuran cukup besar yang terdapat dua cobekan diatasnya, mungkin sengaja agar bumbu bisa diulek oleh dua orang. Sedikit melelahkan memang, karna kalau diabad ke-21 aku pasti sudah pakai blender.
"Ternyata memasak itu melelahkan ya, tanganku sampai lemas mengulek bumbu ini," keluh Nertaja.
"Memang, makanya jangan sia-siakan makanan. Karna membuatnya itu membutuhkan tenaga ekstra" jawabku.
Setelah bumbu halus,
"Nah setelah ini goreng bumbu diatas wajan kemudian tinggal campurkan parutan kelapa kedalam bumbunya. Oh iya agar tidak banyak memakan waktu, kau rebus saja sayur kenikir dan kacang panjang yang sudah dipotong-potong ya" ucapku."Baiklah," jawab putri itu dengan senang.
Nertaja mulai memasukkan sayuran itu kedalam kendi berukuran sedang yang telah terisi air, ini seperti berada didaerah pelosok. Tidak ada kompor, panci dan blender. Lalu, karena kompor masih menggunakan kayu bakar serta menyulut apinya dengan bambu yang ditiup, aku tidak bisa melakukannya. Sehingga kami harus meminta bantuan dayang. Dan benar saja, wajah dayang itu langsung kusam akibat terkena uapan api dan abu kayu disana. Benar-benar perjuangan yang mantap. Api telah tersulut,
"Rara, berapa lama sayurnya direbus," tanya nertaja.
"Sampai sayurannya lunak" jawabku yang masih sibuk dengan bumbu rempah.
Setelah beberapa menit,
"Nertaja kau angkat sayuran itu kedalam wadah atau piring, setelah itu kita campurkan bumbu rempah ini" kataku yang sedang mengaduk parutan kelapa dengan bumbu."Baik. lalu apa langkah selanjutnya Rara," tanyanya.
"Langkah selanjutnya kita makan bersama-sama sampai kenyang" ucapku terkekeh.
"Sudah selesai? Wah cepat sekali.." katanya takjub.
"Tentu saja, karna ini mudah dan dilakukan bersama-sama" kataku.
Setelah semuanya beres, urap-urap buatanku dengan putri wilwatikta telah siap. Nertaja mulai mencicipinya,
"Wah ini enak sekalii. Aku senang sekali bisa memakan masakanku sendiri, ini berkat bantuanmu juga," katanya dengan sumringah.
Aku berdehem,
"Iyadong, Rara gitu loh" jawabku dengan pede."Ini tidak bisa dilewatkan, kanda hayam wuruk harus tau ini. Dia harus mencicipi masakan kita, ayoo" kata putri itu spontan.
Aku terkejut mendengarnya, hayam wuruk akan mencoba masakanku? God, Kenapa aku jadi gugup begini. Entah kenapa sepulang dari air terjun beberapa hari yang lalu, tubuhku seperti melemas setiap berhadapan dengannya. Jantungku juga selalu berdetak kencang ketika bertemu dengan lelaki itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
'ILY Since 600 Years Ago' [MAJAPAHIT]
Historical FictionRara Ayu Putri Anastasya, seorang gadis kelahiran Jakarta yang menetap di Surabaya mengalami peristiwa aneh yang membuatnya terjebak dimensi waktu 600 tahun yang lalu. Saat itu Jawa Timur masih berupa kerajaan yang dipimpin oleh wangsa Rajasa dari k...