Daun-daun kering berhamburan dipermukaan tanah, meninggalkan cabang-cabang pohon yang telah menjadi tempat hidup bagai penghias istana. Seorang pegawai tua tengah menyapu daun kering itu tanpa rasa letih. Suara sapu lidi yang bergesekan dengan tanah membumbui suasana sunyi kala itu.
"Bagaimana dirimu selama kutinggal dari istana?" ucap putri itu kepadaku.
"Tidak buruk, setidaknya kandamu itu jadi lebih berani padaku, sial" jawabku .
Ia mulai tertawa samar,
"Bukankah itu hal yang bagus, Padahal aku ingin menjadi saksi cinta kalian berdua," ungkap Nertaja."Aku rasa kau sudah menjadi saksi dari awal Nertaja. Dia menyukaiku karena kau selalu mencomblangkan kami berdua kan? Dan sekarang.. Aku yang ingin melihatmu bertemu dengan cinta sejatimu," kataku tersenyum.
"Tapi kanda prabu memang sudah menyukaimu dari awal, Rara" tukasnya.
"Benarkah?" Ucapku.
Ia tidak menjawab dan hanya melamun dengan senyuman tipis dibibirnya.
Aku sedikit bingung dengan rautnya saat ini,
"Kenapa kau senyum sendiri,""Oh tidak apa-apa," jawabnya tersentak.
Aku mulai menyipitkan mata,
" kau memikirkan seseorang?""T-tidak.." jawabnya mulai gugup.
Aku langsung tersenyum lebar mendengar pernyataannya.
"Ehem, aku tauu. Pasti kau telah bertemu dan menyukai seseorang disana kan.. Katakan, siapa dia" ucapku antusias.
Nertaja mulai memblushing,
"Hmm iyaa, diaa.. Seorang ksatria pemberani"."Owh seorang ksatria rupanya..!!" Teriakku antusias.
Dengan spontan Nertaja menutup mulutku, "Ssstt jangan keras-keras.." bungkamnya.
"Kenapa? Bukankah itu hal yang bagus. Apalagi kalau kandamu tau, pasti dia ak-"
"Tidak-tidak, untuk sementara aku tidak mau kandaku tau, dan seluruh keluarga juga" ucapnya.
"Kenapa? Apa yang salah dengan itu?"
"Karna.. Aku masih belum yakin, aku tidak mau salah langkah.. Kau harus menjaga rahasia ini Rara. Aku percaya padamu," terangnya.
"Oh baiklah, aku akan menjaga rahasia ini" jawabku.
***
Author pov:Sementara itu, di ruangan tertutup telah berdiri beberapa ksatria yang tengah sibuk merancang strategi, ia adalah Baginda Rajasanagara bersama para petinggi dari Bali.
"Yang mulia, bagaimana jika kita menggempur dari arah utara, daerah ini sangat strategis bagi pasukan kita karena sedikit lembah dan aman untuk berlindung saat terdesak" ucap perwira itu.
Raja muda itu terlihat berpikir,
"Lalu bagaimana jika pasukan musuh tiba-tiba membludak dari tempat kita menyerang? Tak jauh dari sini adalah benteng tentara sekutu".Perwira itu terdiam beberapa saat, lalu seorang patih Daha Gajah Enggon menyahut,
"Ampun gusti, jika menurut pengamatan hamba, benteng sekutu Siam lebih condong berada ditimur laut, artinya kita bisa saja bergerak dari arah utara dengan catatan benteng tersebut harus kita kuasai terlebih dahulu." ungkap patih Daha itu."Hmm.. Lalu apa kesimpulanmu Gajah Enggon?"
"Kita harus segera menyerbu benteng tersebut secepatnya, setelah berhasil kita akan lebih leluasa menyerang tentara Siam jika pasukan Nala terdesak. Bagaimana pendapat paduka?" jelas Gajah Enggon.
KAMU SEDANG MEMBACA
'ILY Since 600 Years Ago' [MAJAPAHIT]
Historical FictionRara Ayu Putri Anastasya, seorang gadis kelahiran Jakarta yang menetap di Surabaya mengalami peristiwa aneh yang membuatnya terjebak dimensi waktu 600 tahun yang lalu. Saat itu Jawa Timur masih berupa kerajaan yang dipimpin oleh wangsa Rajasa dari k...