[32] Tiga Dasa Kalih

648 38 5
                                    

"Akan kupastikan kau akan keluar dari sana. Ikuti permainan ku" - Nertaja

Aku hanya mengernyitkan dahi membaca surat itu,
"apa yang dia inginkan?"

Tok tok tok

Kubuka pintu itu dari ketukan seseorang,

"Rara, apa kau sibuk? Maaf jika aku terlihat mengganggu"

"Oh Janu. Tidak, tidak masalah. kebetulan aku tak ada kesibukan, kenapa?" Kataku tersenyum.

"Bolehkah aku bicara denganmu" Tanyanya.

"Katakan saja,"

"hari ini seharusnya aku berdagang dipasar, namun masalahnya aku tak bisa berjualan seorang diri karena harus mengangkut mangga dari kebun. Biasanya adikku yang membantu, tapi sekarang ia sedang ikut ibuku ke istana untuk acara besar nanti malam, jadi apa kau tak keberatan membantuku Rara?" Jelasnya.

"Oh tentu, aku bisa membantumu. Tapi omong-omong, ada acara apa diistana" jawabku.

"Kau belum tau, hari ini adalah ulang tahun putri Bhre Pajang, adik dari baginda raja Hayam Wuruk. Ah iya, ayahku belum mengumumkan keseluruh desa ya. Mungkin sebentar lagi akan ada pengumuman, dan kita semua akan diundang ke kota raja nanti malam"jelas Janu.

"Jadi hari ini Nertaja ulang tahun!" kataku sedikit terkejut.

"Kau.. memanggilnya dengan nama? itu tidak sopan" ucap Janu mengingatkan.

"hehe maaf, aku tak sengaja.." jawabku terkekeh.

"Ehm.. jadi bagaimana, apa kau mau membantuku"

"Wait" aku buru-buru menutup pintu.

"Apa?" ucap janu tak mengerti.

Pemuda itu terlihat kebingungan dengan jawabanku, ia mungkin berpikir aku marah dan terlalu merepotkannya. Ia pun balik badan pergi dengan kepala menunduk.
Tak lama aku keluar dengan rambut yang sudah rapi,

"Janu!" Panggilku.

Pemuda itu menoleh kearahku.

"Kau perlu bantuanku tidak?" Tanyaku.

Ia langsung menghampiriku,
"I-iya, kau tak merasa ku-" ucapnya belum usai.

"Ayo berangkat!" potongku antusias yang langsung menggenggam tangannya.

Lelaki itu tertegun, terlihat rautnya sedikit gugup untuk beberapa saat. Akupun menyadari dan spontan melepaskan tangannya,
"Oh maaf" kataku.

Tetapi justru ia kembali menggenggamku,
"Tak apa" ucapnya tersenyum.

Sebuah kereta yang ditarik oleh seekor sapi jantan sedang bertandang didepan rumah Janu bersama buah dagangan kami. Kurasa kendaraan ini lebih cocok jadi kereta pembawa rumput yang biasanya dipakai oleh beberapa petani di pedesaan.

***
Terlihat hiruk pikuk masyarakat melakukan jual-beli dengan berbagai macam dagangan. Jujur ini pertama kalinya aku berdagang. Aku sedikit gugup.

Tak lama ada seorang ibu menghampiri dagangan kami,

"Nimas, disini Arumanisnya ada?" Kata ibu itu.

Matilah kau. Yang kutahu hanyalah 'Mangga'.

'ILY Since 600 Years Ago' [MAJAPAHIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang