[28] Wolu Likur

1.1K 138 47
                                    

"Aku hanya ingin kau berkata sejujurnya, siapa sebenarnya dirimu?" Tanya Nertaja padaku.

"Kau bertanya siapa aku? Pfftt Hahaha.. kau sedang latihan menginterogasi ya" Jawabku tertawa konyol.

"Aku sedang serius, " jawab Nertaja mengerutkan dahi.

"Ehm, memangnya kenapa kau tanya begitu? Tentu saja aku.. Rara Ayu, sahabatmu".

"Maafkan aku yang tengah mencurigai mu Rara, ibunda ratu sedang kurang baik-baik saja setelah melihat bendamu itu" ucap Nertaja sembari menunjuk liontin kalungku.

Aku juga ikut menatap liontin itu.

Lanjutnya,
"aku hanya ingin kau tidak menutupi apapun dariku.. siapa dirimu sebenarnya dan apa hubungan kalung itu dengan patih gajah Mada?" Ungkapnya.

Pertanyaan apa ini, tentu saja ini sangat sensitif bagi seorang sepertiku. Aku merasa bak pendatang asing illegal yang tinggal dinegari orang tanpa paspor.

"Aku.. hanyalah seorang gadis biasa dari 600 tahun mendatang, kau pun tahu hal itu. Memang semenjak terdampar di Majapahit, aku jadi sering merasakan hal aneh, termasuk juga kalung ini. Dan kau.. bertanya soal gajah mada, ehm.. aku tak tahu" jawabku sedikit berbohong.

"Benarkah?" Tanyanya.

"Iyaa, kalau masalah kalung ini sebenarnya milik ibuku yang diwariskan turun temurun, kupikir ini hanyalah kalung biasa" jawabku apa adanya.

"Tidak mungkin, jika hanya kalung biasa lalu kenapa ibunda ratu jadi seperti itu?" Kata Nertaja.

"Aku.. tak tahu, kurasa apa yang terjadi pada ibunda ratu jga sama seperti yang kurasakan selama ini," jawabku.

"Lalu bagaimana dengan pengakuan Indudewi, bahwa kalung itu menunjukkan adanya keterkaitan mu dengan patih Gajah Mada?" Tanyanya lagi.

Deg.

"Em.. k-kurasa itu hanya pengakuan dari putri Indudewi. Lagipula kau tau aku dari masa depan kan? Mana mungkin Gajah Mada hidup hingga ratusan tahun dimasa ku hehe" jawabku terkekeh canggung.

"Tapi kalau yang dikatakan indudewi itu benar, bisa jadi sang Patih mewariskannya turun temurun hingga sampai pada keturunannya dimasa mu. Artinya.. kalau benar kalungmu itu hasil warisan dari keluargamu, berarti kau juga keturunan mapatih amangkubhumi Gajah Mada" Ungkapnya menyipitkan mata.

Hmm.. mampus kau Rara.

"A.. haha apa yang kau katakan Nertaja, m-mana mungkin aku keturunan Patih gajah Mada, Kurasa itu hanya prasangka putri indudewi saja, sebab kalung ini diturunkan dari seorang wanita, aku mendapatkannya dari ibuku sedangkan ibuku dapat dari nenekku. Rasanya kurang masuk akal jika pemilik kalung ini adalah laki-laki hehe" kataku mencoba meyakinkannya.

Putri itu nampak termenung beberapa menit.

"Hmm ada benarnya juga. Ini pasti akal-akalan dinda Dewi, sebegitu bencinya dia sampai ingin menyingkirkan mu. Awas saja" gumam Nertaja yang mulai sependapat denganku.

Lanjutnya,
"maafkan aku yang sudah berpikir terlalu jauh Rara, aku yakin kau adalah orang baik dan akan selalu menjadi sahabat baikku. Esok, kau harus menjelaskannya dihadapan sidang bahwa ucapan Indudewi itu tidak benar" ucapnya menasehati ku.

"Tapi.. bukankah kau harus kembali ke Pajang besok," kataku.

"Tidak, kepulangan ku diundur karena ibunda sedang kurang sehat. Aku dan dua saudariku yang akan mengurus kerajaan, sekaligus.. kita akan jadi lebih banyak menghabiskan waktu nanti" jawabnya senang.

"Hehe iyaa" jawabku mencoba mencairkan suasana dalam cemas.

Bagaimana jika Indudewi ada siasat lain nanti. Putri itu sangat berbahaya, dia cantik tapi sangat licik.

'ILY Since 600 Years Ago' [MAJAPAHIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang