[27] Pituh Likur

887 119 14
                                    


Rara Ayu Pov:

1 hari berlalu dengan cepat, aku harus menemui Nertaja hari ini. Karena esok, ketiga putri itu harus kembali ke tempat mereka masing-masing. Wow, aku akan benar-benar sendiri disini. Ketika melewati hiruk pikuk istana nampak seorang putri berpapasan denganku, ia tiba-tiba menyenggolku secara agresif,

"heyy orang asing.." sapanya

"Aughh.." keluhku menahan sakit.

Sesaat lenganku terasa ngilu akibat sikap kasarnya, gelang berbentuk kepala angsa yang melingkar pada lengannya telah menghunus urat sensitif di lenganku. Aku hanya menatap wanita itu muram.

"Kau tidak berkemas dengan barang-barangmu hari ini, seharusnya kau sudah bersiap sekarang" ujar putri itu tersenyum miring.

Spontan aku mengerutkan dahi,
"Apa maksudmu?"

"Aku sudah menceritakan jati dirimu pada seluruh anggota keluarga istana, sebaiknya kau segera berkemas karna sebentar lagi kau tak akan tinggal diistana ini lagi, " katanya.

"A-apa yang kau lakukan?! Kau sangat keterlaluan!" Ucapku dengan nada tinggi panik.

"Sudah kubilang, jangan sekali-sekali kau menyentuh kanda prabu. Kau tau orang asing, gusti prabu itu sudah dijodohkan dengan saudariku, Sri Sudewi. Hanya dia satu-satunya wanita yang berhak menduduki kursi permaisuri! Mengerti kau" cerocosnya panjang lebar.

Aku merasa terkejut dan tidak menyangka, wanita ini sangat keterlaluan.

"Kau sangat licik" ungkapku menahan amarah.

Tak lama, seorang dayang menghampiriku dengan dalih untuk menghadap ibunda ratu dipendopo agung. Jantungku mulai berdegup kencang, sedangkan indudewi tersenyum puas menyaksikan ini.

Perlahan kulangkahkan kakiku menuju pendopo itu, beberapa pejabat istana telah berada ditempat ketika wujudku sampai disana. Satu tarikan napas hingga berapapun tarikan napas seolah tak ada gunanya saat ini. Wanita paruh baya itu terduduk diujung sana dengan wajah datar yang didampingi Nertaja dan Sri Sudewi disampingnya. Indudewi juga menyusul tak jauh dari kedatanganku. Well, aku pasrah.

"Rara ayu" panggil sang ratu.

Aku hanya memanggutkan kepala kepadanya.

"Apa kau sudah tahu, alasan dirimu kupanggil menghadap dipersidangan ini?" Tanyanya.

"Sudah gusti ratu, Putri bhre Lasem yang mengatakannya kepada saya" jawabku apa adanya.

"Apa kau tau bahwa persidangan ini akan mempunyai dampak besar pada nasibmu?" Tanyanya lagi.

"Ya, saya mengerti," jawabku lagi.

"Kalau begitu, apa kau sanggup menjawab segala pertanyaan dengan jujur dan bisa dipertanggungjawabkan?" Ucapnya lagi.

"Saya akan berusaha menjawabnya dengan penuh tanggung jawab" kataku.

"Baiklah, ku putuskan sidang ini dimulai" ungkap sang ratu membuka.

Seluruh hadirin mulai terdiam menyimak, tatapan elang sang ratu kembali menyerangku.

"Pertanyaan ini sudah ku nanti-nantikan sejak lama, Apa kau sudah mengingat jati dirimu?"

Aku tertegun beberapa menit sebelum menjawab pertanyaan itu.

"Jawab Rara Ayu" ucap sang ratu.

Aku mulai menarik nafas dalam,
"Sebenarnya.. Saya tidak pernah lupa ingatan".

Deg.

Seisi pendopo langsung dihiasi oleh bisikan satu sama lain, tak terkecuali ibunda Ratu Tribuwana juga terkejut dengan jawabanku. Disampingnya, Nertaja terlihat menahan cemas dalam-dalam.

'ILY Since 600 Years Ago' [MAJAPAHIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang