Keruyuk suara ayam jago saling bersahutan hingga menembus ruang kamarku. Kubuka mataku sembari menahan kesal untuk segera duduk,
"Hoamm..." Nguapku yang baru bangun tidur.
Yups, tembok rumah ini seutuhnya dari kayu. Tentu saja suara ayam jago dari luar terdengar jelas hingga dalam rumah. Aku mulai berdiri dan membuka daun pintu jendela, sangat jauh dari ekspektasi. Jika diistana, akan terpampang keindahan alam dan kota majapahit. Tetapi saat ini, hanyalah pohon liar yang lebat. Akupun hanya mendengus pasrah.
Mulailah aku keluar kamar dan melihat lingkungan sekitar. Nampak diteras, pintu-pintu rumah penduduk hampir semua telah terbuka, aku melihat seorang lelaki paruh baya sedang merawat ayam jagonya. Oh ternyata ayam milik pak tua itu yang mengganggu tidur nyenyak ku. Disisi lain, terlihat ibu-ibu berjalan membawa pakaian kotor mereka ke sungai. Sungguh, tempat ini pedalaman sekali. Akupun kembali memasuki rumah untuk membuat kopi seperti biasa.
Di ujung rumah, aku baru menyadari jika rumah ini memiliki pintu belakang. Rasa penasaranku muncul untuk melihat suasana dibelakang.Cekrek
Bunyi pintu kayu terbuka.
"What?!"
Mataku terkesiap melihat pemandangan dibalik rumah. Rupanya bangunan ini berdiri diatas tanah yang curam. Tepat didepan pintu, nampak balkon bambu yang tersangga diatas jurang yang mengerikan. sesekali kuinjakkan kaki ku diatasnya, suara decitan bambu seolah menandai balkon ini akan runtuh sebentar lagi.
Karena tak kuasa merasakan terlalu lama, aku memutuskan untuk kembali menutup pintu belakang itu. Batinku mulai mengeluh, andai Hayam Wuruk masih diistana pasti aku tidak akan diasingkan ditempat ini. Pikiran lainku pun menyangkal seolah mengapa aku jadi mengharapkannya? rasanya semakin lama di Majapahit aku jadi makin bergantung pada Hayam Wuruk, tinggal ditempat seperti ini biasanya aku nyaman-nyaman saja. Tapi kali ini aku jadi sedikit mengeluh, mungkin karena Hayam Wuruk terlalu sering memanjakanku."Permisi..."
Tok tok tok.
"Iya sebentar.." jawabku berjalan menuju pintu depan.
"Iya ada apa mbak" kataku berbicara kepada sosok dihadapanku.
Wanita itu bergeming sesaat.
"Kau pasti orang baru disini, ehm, aku mau memberikan ini. Ambilah.." kata gadis itu sembari menyodorkan makanan.Aku sedikit kaget dan heran, siapa wanita ini? Kenapa tiba-tiba dia memberi makanan kepadaku.
karna tak ada tanggapan dariku, perempuan itupun menaruh makanannya diatas meja yang berada diteras rumah."perkenalkan aku Laras anak kepala dukuh dikampung ini. Sudah menjadi tugasku untuk menyambut warga baru yang tinggal disini" ucapnya sembari mengulurkan tangannya.
"Owh.. okeyy. Aku Rara" kataku tersenyum membalas ulurannya.
"Kau.. terlihat sedikit berbeda dari wanita Majapahit. Memangnya kau berasal darimana?" Tanyanya.
Aku hanya menaikkan alis,
"Memangnya apa yang berbeda? Kurasa sama saja seperti wanita lain".Gadis itu mulai terkekeh,
"Tidak. Maksudku, kau tidak seperti penduduk Majapahit pada umumnya, terlihat seperti orang asing. Kukira kau berasal dari negeri lain"."Oh.. hehe mari duduk dulu" kataku.
Gadis itu mulai mengambil makanan dari atas meja,
"Eh ini diterima dulu""Iya terimakasih ya" jawabku.
Ia pun mulai duduk dikursi ruang tamuku.
"Aku berasal dari kotaraja Majapahit, jadi sebetulnya aku juga termasuk orang asing disini" jawabku.
KAMU SEDANG MEMBACA
'ILY Since 600 Years Ago' [MAJAPAHIT]
Historical FictionRara Ayu Putri Anastasya, seorang gadis kelahiran Jakarta yang menetap di Surabaya mengalami peristiwa aneh yang membuatnya terjebak dimensi waktu 600 tahun yang lalu. Saat itu Jawa Timur masih berupa kerajaan yang dipimpin oleh wangsa Rajasa dari k...