[14] Sekawan Welas

1.4K 199 9
                                    

Lelaki itu langsung berdiri saat melihat kami berdua berjalan memasuki taman. Binaran mata serta senyum tipisnya seolah menyambut kami sebagai dua insan yang istimewa dalam hidupnya. Aku dan Nertaja terus melangkahkan kaki hingga tepat dihadapan sang maharaja.

"Sekarang kita mau apa kanda?" tanya putri itu.

Baginda raja tersenyum tulus,
"Hmm... Sebenarnya aku mau minta bantuan kalian" katanya kepada kami.

"Nertaja kau ikut aku sebentar," ucap lelaki itu sembari menarik tangan adiknya.

Apa yang mereka bicarakan. Selalu saja membuatku penasaran.
Sampai akhirnya setelah perbincangan mereka selesai, dua bersaudara itu kembali menghampiriku,

"Rara... Apa kau bisa memanah" kata nertaja.

"Tidak, bahkan aku saja tak pernah memegang panah" jawabku keheranan.

"Hmm.. Kalau begitu, Apa kau mau belajar memanah" kata putri itu lagi.

"Boleh..." jawabku kesekian kalinya.

"Baiklah kalau begitu, mari ikut aku" sahut raja muda itu.

Kami bertiga pun berjalan menuju lapangan tempat latihan memanah di komplek istana. Tempatnya sangat luas, ini sudah seperti di buckingham palace hanya saja dengan nuansa jawa klasik.
Terlihat Raja muda itu telah siap dengan pakaian ksatrianya, aku dan Nertaja juga telah mengenakan pakaian bak seorang srikandi.

"Jadi sekarang, siapa dulu yang mau mencoba" kata hayam wuruk.

Aku terdiam, aku tidak tahu apa-apa tentang hal seperti ini. Nertaja menatapku,

"Ehm.. Kau duluan saja, Nertaja" kataku menatap putri itu.

Ia mengangguk,
"Baik, aku dulu..." ucap Nertaja.

Putri wilwatikta itu mulai bersiap dengan busurnya sembari mengambil anak panah dari tempatnya. Paras cantik serta raut wajahnya yang serius menatap bidikan, seolah dapat menebak pesona kaum adam jikalau melihatnya. Ia terlihat anggun dan tangguh jika seperti itu.
1...2...3... Anak panah mulai dilesatkan.

Hasilnya... Sempurna. Bidikan sang putri tepat pada titik sasaran, spontan aku speachless melihatnya. Sang Putri itu tersenyum puas.

"Ayoo... Rara, Sekarang giliranmu" ucap raja muda itu.

Aku kebingungan sambil menggaruk-garuk kepala,
"Eh... Akuu tidak bisa" kataku sambil meringis.

Hayam wuruk dan Nertaja pun gemas melihat gerak-gerik dan ekspresiku seperti ini.

"Baiklah, tidak apa-apa. Mari kuajari" ucap hayam wuruk.

"Hehe boleh.." kataku.

Tangan kekar itu mulai melatih jemariku untuk memegang busur dan anak panah dengan benar. Tubuh hangatnya yang melekat pada tubuhku mampu membuat jantung ini semakin tidak karuan karenanya,

"Pegang busur dengan rapat lalu tarik anak panahnya dengan erat," ucapnya pelan tepat ditelingaku.

God, lelaki ini selalu membuatku salah tingkah. Bahkan tanganku saja sampai bergetar dingin,

"Fokuskan pandanganmu hanya pada titik sasaran," ucapnya sekali lagi dengan tangan menunjuk arah bidikan.

Aku mencoba tenang dan memfokuskan diriku hanya pada titik sasaran.
1...2...3... Kali ini anak panahku yang kulesatkan.

Hasilnya... Nyaris sempurna. Anak panahku tertancap hanya beberapa senti dari milik Nertaja, bahkan itu saja cukup membuatku senang setengah mati.

"Yeayy... Aku bisaa" kataku sumringah.

'ILY Since 600 Years Ago' [MAJAPAHIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang