[18] Wolu Welas

1.2K 146 9
                                    

Berminggu-minggu lamanya aku berkirim surat dengan lelaki itu, ini sudah dua bulan lamanya aku berada dinegeri ini. Hingga jantungku berdegup kencang kala mendengar kabar bahwa ia telah perjalanan pulang ke istana. Entah kenapa jiwaku merasa tak kuasa saat bertemu dengannya nanti.

"Rara... Nanti sore kanda Prabu akan sampai ke istana" kata nertaja yang tiba-tiba muncul begitu saja.

"I-iya, aku sudah dengar kabar itu.." jawabku canggung.

"Kau kenapa? Apa kau sedang tidak enak badan?" tanyanya.

"Tidak, aku tidak apa. Hanya kelelahan setelah aktivitas penuh kemarin" jawabku beralasan.

"Ehem, Aku tahu, kau pasti gugup bertemu dengannya kan?" tebaknya.

"T-tidak," jawabku mengelak.

"Mengaku saja, selama ini kau sudah banyak bicara romantis lewat surat. Pasti kau merasa gugup setelah sekian lama kan," katanya.

"Kau ini bicara apa, lagipula sebelumnya aku biasa saja bicara romantis kepadanya. aku kan hanya meledeknya saja," kataku.

"Apa? Berarti kau telah memberi harapan palsu pada kandaku? Tidak-tidak, aku tidak bisa membayangkan perasaannya jika mengetahui hal ini" ucapnya terkejut.

"Tentu saja. Itu hanya sarkas. Apa kau tidak tahu?" tanyaku.

"Tidak, kau berbohong. aku tahu dari tatapanmu. Mata mu mengisyaratkan bahwa kau mencintainya bukan?" tebak putri itu.

Aku sempat mematung sejenak, lalu tersenyun kekeh,
"Kau salah tuan putri. Mana mungkin aku mencintainya, ada ada saja. Aku hanya suka saja membuat lelaki itu tersenyum malu, rautnya sangat lucu".

Spontan Nertaja menepok bahuku,
"Kau ini, apa kau tidak berpikir bahwa itu bisa menyakitinya, Apa kau mau tanggung jawab jika kandaku mengetahui hal itu".

"Katakan saja bahwa kita kan hanya sahabat," jawabku berlagak santai.

"Ya dewa, tolong beri kekuatan pada kandaku. Heyy, kanda prabu sudah mencintaimu" kata putri itu.

"Aku tahu, ratu Tribhuwana yang menceritakannya" jawabku.

"Lalu?" tanyanya.

"Lalu apa? Kau tahu ibumu sudah berharap besar padaku kalau sampai aku menerima cintanya. Demi apapun aku tak mau terjebak disini seumur hidupku" jawabku.

"Ya ampun rara, yang punya wewenang besar disini kandaku, bukan ibuku. Masalah kau akan disini selamanya atau tidak itu tidak penting, kanda prabu itu bukan sosok yang egois. jadi kau tidak perlu khawatir, Kau hanya perlu mengatakan isi hatimu yang sesungguhnya" jelasnya.

Tiba-tiba aku terdiam beberapa saat.

"Jadii sekarang kau jujur padaku.. Apa kau mencintainya?," kata putri itu.

Aku terdiam sejenak dan mulai menoleh menatapnya,
"Kau ini mau tahu saja atau mau tahu sekali," jawabku tersenyum jahil.

"Heyy aku serius, katakan. Apa kau mencintainya?" tanyanya.

Aku mulai menghela napas sambil memandangi hamparan bunga ditaman,
"Aku tak tahu.. Tapi aku selalu merasa nyaman setiap bersamanya" kataku tersenyum sendiri.

Nertaja mulai menebak,
"Itu tandanya kau mulai tertarik kepadanya, kandaku juga merasa seperti itu padamu" ucap sang putri menyimpulkan.

Ekspresi wajahku seketika mendatar dan kemudian bergeming, Apakah benar aku mencintainya? Perasaan ini memang pernah aku rasakan sebelumnya. Tapi mengapa rasa ini muncul kembali setelah sekian lama aku menghapusnya.

'ILY Since 600 Years Ago' [MAJAPAHIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang