Author pov:
Seluruh anggota pemerintahan di Majapahit mulai berkumpul dibalai pertemuan untuk membicarakan masalah penting yang terjadi dikerajaan. Terlihat raut sedih dibalai itu terpampang jelas seolah tanpa aba-aba sebuah bencana melanda tanah air mereka.
Beberapa menit berlalu, suasana dibalai itu seketika menghening. Para pejabat mulai membungkukkan tubuh mereka pertanda hormat bahwa pemimpin mereka mulai memasuki ruangan itu serta diikuti beberapa anggota keluarga kerajaan. Saat sosok itu sudah menapakkan tubuhnya di singgasana, mereka kembali menduduki tempat dengan tenang. Salah seorang dari mereka berkata,
"Ampun gusti prabu, kami disini juga turut prihatin atas apa yang terjadi pada negeri wilwatikta nan masyhur ini.."
Sosok pemimpin itu mulai menghela napas, tangan kanannya mengepal sambil sesekali meremas-remas jarinya. Mereka yang terduduk dibalai itu hanya menunduk dengan ratapan duka menunggu respon dari Raja mereka.
"Bisa kau ceritakan bagaimana kronologinya, rakryan mantri pa kira-kiran?" ucap Raja itu dengan pandangan ke lutut.
Rakryan itu mulai menegakkan pandangannya pada sang Raja,
"Setahu hamba, air disungai selatan itu masih baik-baik saja dari kemarin. Bahkan, setiap hari para warga sering melakukan aktivitas dikawasan itu. Namun, tiba-tiba saja hamba mendapat kabar bahwa ikan-ikan disungai tersebut banyak yang mati dan rakyat banyak yang keracunan akibat memakan ikan itu. Setelah hamba selidiki, ternyata air sungai itu telah teracuni dan sangat berbahaya apabila digunakan Yang mulia".Raja itu terdiam sejenak, ia tampak sedang berpikir keras.
"Apa solusi yang tepat untuk memulihkan air sungai itu, rakryan?" tanya sang Raja."Sampai saat ini hamba masih belum mempunyai ide untuk masalah itu Yang mulia," jawab rakryan itu.
"Bagaimana dharmadyaksa? Apa pendapatmu?" tanya Raja itu yang langsung memandang salahsatu pejabatnya.
Dharmadhyaksa itu hanya menunduk,
"Ampun Baginda Rajasanagara, hamba juga belum mempunyai jalan keluar.." ucap dharmadhyaksa itu."Tapi jika hamba boleh mengemukakan penyebabnya secara rinci, air disungai itu telah tercemari oleh bangkai dan kotoran hewan, Baginda. Ditambah majapahit saat ini sedang mengalami musim kemarau, sehingga air disungai itu tidak bisa mengalir dengan lancar dan berujung tercemar" lanjut dharmadhyaksa.
Raja itu menatap intens,
"Kalau begitu, jika kotoran dan bangkai hewan itu disingkirkan. Apa sungainya bisa pulih kembali?" tanya sang raja."Itu hanya akan memperkecil pencemaran, Baginda. Sedangkan air sungai masih tercemari dan belum seutuhnya kembali seperti semula" Jawab dharmadhyaksa lagi.
Sang Raja itu mulai menegakkan posisi duduknya dan berkata,
"Jika itu bisa memperkecil, apa salahnya jika hal itu dilakukan. Kita akan lihat perkembangan selanjutnya, untuk setelahnya tinggal mencari jalan lanjutan dari masalah itu"."Hamba setuju akan hal itu, tapi bagaimana dengan nasib para warga yang sudah terkena racun itu Yang mulia. Karna dengar-dengar, racun itu sudah menjadi wabah menular dimasyarakat" ucap seorang rakryan.
"Kita mempunyai banyak tabib dikerajaan ini, kirim saja para tabib itu untuk turun langsung menangani mereka," kata Raja itu.
"Ampun Baginda, bukankah hal itu akan berbahaya. Para tabib itu tinggal dilingkungan kerajaan, jika mereka turut menangani rakyat maka wabah itu bukan hanya menular dimasyarakat saja tapi juga lingkungan istana. Hal itu bisa mengancam kesehatan anggota kerajaan pula" ucap dharmadhyaksa.
Sosok pemimpin terbesar dinusantara itu mulai mengarahkan pandangannya lurus kedepan,
"Buatkan mereka tempat tinggal sementara diluar istana, sampai wabah itu selesai. Baru setelahnya jemput mereka kembali kesini" Ucapnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
'ILY Since 600 Years Ago' [MAJAPAHIT]
Historical FictionRara Ayu Putri Anastasya, seorang gadis kelahiran Jakarta yang menetap di Surabaya mengalami peristiwa aneh yang membuatnya terjebak dimensi waktu 600 tahun yang lalu. Saat itu Jawa Timur masih berupa kerajaan yang dipimpin oleh wangsa Rajasa dari k...