Hari ini cuaca cerah sekali, Aku dan Zaky melakukan perjalanan pukul 10.00 wib. Jam seperti ini terik matahari sudah sangat menyengat hingga ke pori-pori kulitku. Beruntung jalanan tidak terlalu macet, jadi aku dan Zaky bisa sampai kesana lebih cepat. Selama perjalanan Zaky terus-terusan meledekku dengan sesuatu apapun yang kami lewati. Aku sendiri sampai malu ketika dilampu merah para pengendara disisi kami menahan tawa mendengar lontaran dari mulut Zaky. Dasar cowok caper.
Sesampainya disana, aku dan Zaky menuju museum trowulan. Ia sibuk mempersiapkan berkas-berkas dari tasnya. Tak lama kemudian, ada seorang seperti pemandu museum menghampiri kami,
"Selamat datang mas zaky, mbak" ucapnya dengan tersenyum sambil memanggutkan kepala kepada Zaky dan aku.
Aku juga membalasnya dengan tersenyum pula.
"Oh ya pak, boleh minta waktunya sebentar untuk tanya-tanya perihal peninggalan -peninggalan yang ada di museum ini.." kata Zaky.
"Silahkan. Mau bertanya apa saja saya siap jelaskan. Marii kita sambil lihat kedalam.." jawab pemandu itu dengan ramah.
Kemudian Zaky mulai memasuki bangunan itu dengan pak pemandu. Aku yang saat itu membuntutinya juga turut mengamati benda-benda peninggalan dan beberapa arca yang terpajang rapi dalam museum,
"Ternyata gak berubah.." ucapku mengenang 8 tahun lalu saat berkunjung kesini.
Satu hal yang membuatku susah move on dari tempat ini adalah kenangan bersama teman-teman kecilku saat kami melakukan study tour disini.
Sambil melintasi benda-benda kuno ditempat itu, tiba-tiba sebuah cincin emas berhias permata biru yang terpampang dalam box kaca itu bersinar hingga membuat mataku tak kuasa membuka jelas karna kesilauannya. Aku langsung bergegas menyingkir dari tempat itu dan menghampiri pak pemandu,
"Pak, itu kenapa cincinnya bersinar gitu ya. Silau banget" kataku.
Kemudian pak pemandu beserta zaky menoleh kearah cincin itu dan malah kebingungan dengan tuturanku,
"Tidak ada apa-apa kok mbak. Saya sudah bekerja disini bertahun-tahun tidak ada kejadian aneh apalagi cincin yang bersinar" ucap pemandu itu.
"Lo gak papa kan raa?" tanya Zaky.
"Saya yakin, tadi saya lihat dengan mata kepala saya sendiri kalau cincin itu bersinar kayak ngeluarin cahaya gitu." ucapku meyakinkan.
Kemudian zaky semakin menatapku keheranan, sedangkan pak pemandu itu terdiam setelah mendengarkan penjelasanku.
"Keluarga mbak apakah mempunyai kaitan dengan majapahit?" tanya pak pemandu.
"Saya kira tidak." jawabku
"Memangnya kenapa pak?" tanya Zaky.
"Cincin bermata biru itu hanya dimiliki oleh orang-orang keraton majapahit saja. Termasuk para pejabat dan orang-orang yang dekat dengan raja." jelas pak pemandu.
Aku sedikit terkejut mendengar penjelasan dari pemandu itu. Apa benar aku ada kaitannya, bagaimana bisa. Ah tidak mungkin. Jauh sekali jika memikirkan hal itu.
"Yasudah pak. Tidak usah diungkit, lanjut saja" kataku mengalihkan.
Dan mereka kembali melanjutkan kegiatan sedangkan aku hanya mengikuti dari belakang. Setelah habis mengelilingi museum beserta seluruh isinya, kami melanjutkan perjalanan ke situs lain. Yakni candi bajang ratu.
Disana terik matahari sangat menyengat karna sudah tengah hari. Aku yang sudah tidak kuat hanya duduk-duduk dibawah pohon sambil menikmati es doger yang sudah kubeli sebelum memasuki situs ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
'ILY Since 600 Years Ago' [MAJAPAHIT]
Historical FictionRara Ayu Putri Anastasya, seorang gadis kelahiran Jakarta yang menetap di Surabaya mengalami peristiwa aneh yang membuatnya terjebak dimensi waktu 600 tahun yang lalu. Saat itu Jawa Timur masih berupa kerajaan yang dipimpin oleh wangsa Rajasa dari k...