57

699 86 37
                                    

"Ax, ini benar-benar kau? Roh menyebalkan yang selalu membuatku darah tinggi?!" Aku berseru tak percaya.

Axlizus bangkit berdiri. Kakinya tak menapak pada lantai, jadinya dia melayang. Pakaiannya sih seperti anak-anak milenial Klan Bumi, tapi aku tak tau pakaiannya berwarna apa. Taulah, 'kan dia tembus pandang. Warnanya putih semua, aku bahkan tak tau warna asli matanya hitam, sapphire, emerald, amentys, onyx, atau ruby.

Axlizus memutarkan bola matanya. "Ya, Nona. Ini saya Axlizus. Roh tampan penjaga Tongkat Axlizus, sekaligus teman Anda."

Mataku melotot tak percaya. Beberapa waktu yang lalu, aku berdoa Axlizus datang menemuiku walau yang terdengar hanyalah suaranya. Tapi sekarang, dia berdiri di depanku. Mana wajahnya sangat tampan, pula.

"Bagaimana mungkin?"

"Tentu saja mungkin. Seperti yang saya katakan, jika tugas saya sudah selesai, maka roh saya akan terlepas dari tongkat. Dan tongkat laknat itu susah sekali diajak kerja sama padahal sayalah yang menjaganya selama ini," katanya dengan kalimat terakhir yang tak terlalu jelas karena dia berguman.

"Eengghh." Aku mendesah tertahan saat merasakan tubuhku yang seperti habis mandi air hangat. Enak sekali.

Tiba-tiba aku teringat kalau leherku luka parah sampai membuatku sekarat. Kuraba-raba leherku, kembali terkejut karena leherku sangat mulus tanpa ada luka sayatan. Kurasa bagian belakangnya, tak ada lubang. Lebih parahnya lagi tak ada bekas lukanya sama sekali. Tunggu, apakah ini teknik penyembuhan?

Kutatap Axlizus yang mengernyitkan dahinya. Apa jangan-jangan dia bisa menggunakan teknik penyembuhan?

Tidak mungkin. Dia ini roh atau makhluk halus, bukan manusia, apalagi petarung.

"Ah, saya tau apa yang Anda ingin tanyakan. Leher Anda sebelumnya memang terluka parah dan Anda sekarat." Dia mengangkat bahu, seolah mengatakan 'sekarat' semudah mengupil.

"Dan parahnya, selain terinfeksi, racun menyebar ke seluruh tubuh Anda. Racun itu sangat mematikan, bisa menurunkan fungsi jantung, melumpuhkan anggota badan, membuat kejang-kejang, hingga lima detik kemudian Anda ... meninggal." Axlizus membuat gerakan dramatis memegang leher; seperti orang mau meninggal.

"Tapi entah bagaimana, Anda bisa bertahan lebih dari lima detik. Saya tidak mengerti kenapa, tapi ada sesuatu di dalam tubuh Anda yang memblokir racun. Tapi pemblokiran ini dibuat secara pelan-pelan, tidak langsung mengeluarkan racun besar-besaran dan menyembuhkan luka-luka Anda. Lebih seperti ... sengaja dibuat begitu supaya tidak membuat kecurigaan."

Axlizus memperhatikanku dari atas sampai bawah. Aku memandangnya tak mengerti. Pemblokiran racun? Ada sesuatu di dalam tubuhku? Perasaan aku tak melakukan apapun pada tubuhku sampai punya perlindungan.

"Jadi maksudmu, dari luar aku memang kelihatan seperti orang mau meninggal, tapi dari dalam 'sesuatu' berusaha memblokir racun lantas mengeluarkannya pelan-pelan bersamaan dengan darahku?"

Axlizus mengangguk. Ngomong-ngomong, kalau begini dia belum kelihatan sifat jahil bin absurd nya. Aku tak tau apakah Ax ini absurd atau tidak, tapi sepertinya dia begitu. Roh cowok modelan dia tidak pantas jadi kalem. Lebih pantas bar-bar.

"Benar. Anda memang sekarat, tapi 'sesuatu' tengah menyembuhkan Anda diam-diam dari dalam. Tidak ada yang menyadarinya, bahkan para Siren. Tapi saya menyadari hal itu kalau ada sesuatu yang salah. Dan sayang sekali saya tak mengetahuinya," jelasnya.

Axlizus memandangku lekat-lekat. Aku menaikkan alis. Kemudian, dia tersenyum. Senyuman yang mampu para kaum hawa meleleh seketika. Ini bukan senyuman jahil, tapi senyum tulus.

A Story of Raib Seli AliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang