23

775 74 19
                                    

Kami – para anggota rapat – terdiam. Masing-masing dari kami terduduk lemas di kursinya, termasuk aku. Layar hologram itu sudah hilang, hanya menyisakan tumpukan dokumen yang tercecer di meja bundar besar.

Terdengar suara para Panglima Pasukan Bayangan yang mengerahkan seluruh pasukannya untuk berjaga-jaga. Pimpinan tiga klan, mereka mendiskusikan sesuatu yang tak kuketahui. Sisanya, hanya menyenderkan bahu di kursi sambil mengeluh resah.

Aku menelungkupkan wajah, lantas menyembunyikannya di balik meja. Napasku masih memburu cepat, kepalaku entah kenapa terasa sakit. Denyutnya tak bisa membuatku fokus, yang ada malah membuat ringisan. Kusembuhkan kepalaku dengan teknik penyembuhan, tapi entah kenapa tekniknya tak terlalu banyak bekerja. Teknik itu hanya berhasil menyembuhkan setengah saja.

Mungkin karena aku tidak fokus makanya teknik penyembuhan tak bisa dengan baik bekerja.

Ali di sebelah kananku mengucapkan sumpah serapahnya sejak tadi, membuat telingaku panas karena sumpahnya itu. Argh, mungkin kalau kepalaku tak sakit, akan kupukul bocah itu!

"Ra ... bagaimana ini?"

Mengintip, aku melihat Seli yang berwajah pucat. Mata Seli berkaca-kaca, bukan karena ingin menangis sedih, tapi menangis ketakutan. Tak pernah aku melihat Seli setakut ini, tapi ini bukan masalah yang gampang.

"Aku tak tau, Sel. Tapi tenanglah, semuanya akan baik-baik saja." Ya, dilihat dari manapun,aku berbohong tentang hal itu. Semuanya takkan baik-baik saja, Seli. Tapi aku tak mau membuatmu tambah cemas.

"Apakah itu benar-benar si Tanpa Mahkota? A ... aku tak percaya itu dia," gumannya.

"Ya, aku tak percaya. Tapi kemungkinan itu memang dia, si Tanpa Mahkota. Walaupun aku meragukan hal itu."

"Bagaimana caranya dia bisa lolos dari Bor-O-Bdur?" sahut Seli. Aku menggeleng lemah, dibalas helaan napas dari Seli.

Kekuatan si Tanpa Mahkota tersegel oleh si kembar, dia takkan bisa keluar darisana. Apa si kembar melepas segel itu? Tapi 'kan mereka takkan seceroboh itu. Si kembar memang baik pada lelaki itu, tapi mereka takkan melepas segelnya begitu saja.

Mustahil si Tanpa Mahkota bisa kabur. Hanya ada satu cara dia bisa melakukannya, dan itu adalah...

Menyelinap.

Hanya cara itulah satu-satunya kemungkinan, tapi bagaimana caranya? Si Tanpa Mahkota tak bisa melewati selaput transparan pelindung Bor-O-Bdur sendirian. Harus dengan bantuan seseorang, dan itupun harus si kembar.

"Argh!"

Aku memegangi kepala yang berdenyut menyakitkan. Memikirkan hal itu makin membuat kepalaku sakit. Semua terdengar mustahil, tapi ... bagaimana itu bisa terjadi?

Tidak, aku tak boleh percaya begitu saja kalau pria itu adalah si Tanpa Mahkota. Kemungkinan dia orang lain yang menyamar. Ya, aku harus berpikir begitu!

"Semuanya harap tenang."

Bariton suara berat khas lansia terdengar. Menoleh, ternyata itu adalah suara Faar. Semua anggota rapat pun kembali ke kursi masing-masing, walaupun mereka tak kunjung tenang.

Ketegangan kembali menguasai suasana. Av di ujung sana menghela napasnya sambil membuka beberapa dokumen. Matanya tertuju ke semua anggota rapat, tatapannya jelas menyiratkan kecemasan.

"Saya tidak tau semuanya akan jadi seperti ini. Tapi sekarang, yang terpenting adalah kita berwaspada selalu. Dunia paralel diambang kehancuran untuk yang kesekian kalinya dan kita harus melindunginya sebisa mungkin."

Aku mengangkat wajah, menatap Av cemas. Beban ini ... sampai kapan aku memikulnya? Sampai kapan aku menanggungnya? Aku lelah, sangat lelah. Aku memang orang yang pantang menyerah, tapi ada kalanya aku ingin mengakhiri semua ini di tengah jalan. Ada kalanya aku tak menginginkan semua ini.

A Story of Raib Seli AliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang