Aku berteleportasi di hadapan si Tanpa Mahkota. Pria itu menatapku dengan tatapan dinginnya, mata birunya tak menyiratkan kesakitan sama sekali. Tangannya yang memegang Panah Pavleur, kini menjadi semakin erat.
"Aku tau kau kesakitan, kalau kau mau, kami akan memberi pengampunan," kata Faar yang muncul di sampingku. Seli dan Miss Selena muncul sedetik kemudian. Panglima Tog telah pergi untuk membantu pasukannya, sementara Ali lebih tertarik melihat Fervoez yang berusaha melepaskan rantai di tubuh Axlizus dan Pavleur. Dia enggan sekali bertatap muka dengan kakeknya sendiri.
Si Tanpa Mahkota meludah. Walau punggungnya telah berlubang sekalipun, dia masih sanggup berdiri. Cukup mengejutkan. "Demi apapun aku takkan pernah meminta ampunan dari kalian," ucapnya keras kepala.
"Baiklah, kalau itu yang kau mau," balasku. Aku melesat, hendak merebut Panah Pavleur darinya. Dia menghantamkan pukulan berdentum dengan tombak, aku cekatan menciptakan temeng.
Miss Selena, Seli, dan Faar merangsek maju. Si Tanpa Mahkota tak terlalu bisa mengandalkan kekuatannya sendiri, alhasil dia lebih mengandalkan kekuatan tombak. Tapi kekuatan tombak sangat besar, sekalipun dia dalam kondisi sekarat, tombak tetap sulit dikalahkan.
Aku beberapa kali menggunakan tali bayangan untuk mengikat kaki dan tangannya, tapi dia cerdik dan mengeluarkan cahaya dari tombaknya.
Ketiga perempuan tangguh itu bahu-membahu menjatuhkan si Tanpa Mahkota, sementara disini aku berpikir untuk mencari celah diantara serangan mereka. Aku sempat melirik Ali dan Fervoez, Ali berjongkok di depan Axlizus dan Pavleur.
Bubuk yang dikatakan Fervoez ternyata memang bisa melepaskan rantai. Bubuk itu sewarna pasir pantai, tapi lebih lembut. Kedua roh itu masih pingsan, dan Ali tak bisa menyentuh mereka sama sekali padahal dia sepertinya ingin sekali menjitak kepala Axlizus.
Aku berteleportasi di belakang si Tanpa Mahkota. Kucoba untuk tidak menatap luka di punggungnya, tapi susah sekali mengabaikannya. Luka itu terus terbayang-bayang di pikiranku, lantas membuatku mual.
Belum sempat aku melepas pukulan berdentum, pukulan lain lebih dulu menghantam perutku. Ternyata ulah si Tanpa Mahkota, tidak heran. Tapi pukulannya dua kali lebih nyeri, dan aku menahan diri untuk tak merintih.
"Aku memberimu kesempatan, dan kau menolaknya. Ternyata harga dirimu jauh lebih penting," ucapku. Sekilas aku teringat Harex, sang Hippocampus (mantan) kesayangan Poseidon. Harex selalu mementingkan harga dirinya. Si Tanpa Mahkota kurang lebih juga seperti itu, tapi tak sampai seperti Harex.
Dia mengangkat alis. "Aku tak sudi membuat ampunan. Tidak sampai kapanpun.". Aku mengangguk takzim, memahami apa maksud ucapannya.
"Tapi kau sudah sekarat, apa kau mau membuat dirimu sendiri tambah menderita? Aku... barangkali bisa membantu." Aku tak benar-benar mengucapkannya, tapi jujur saja, aku iba dengan si Tanpa Mahkota – yang kuduga dia tidak suka saat orang lain mengasihaninya.
"Sudah kubilang, aku takkan memberi pengampunan dan aku takkan menerima bantunamu," tegasnya. Aku yang menyerah akhirnya menganggukkan kepala. Ya sudah, ini keputusannya.
"Kau sudah memutuskannya, artinya kau siap menerima akibatnya, Arsley." Dia tertegun untuk yang kedua kalinya karena aku menyebut nama aslinya. Tanpa sadar dia melonggarkan cengkeramannya pada Panah Pavleur.
Seli langsung maju. Dia berusaha merenggut Panah Pavleur, yang ditarik paksa oleh si Tanpa Mahkota. Dengan geram, si Tanpa Mahkota menghantamkan tombaknya ke tubuh Seli. Seketika Seli terlempar ke belakang dan mengejang-ngejang. Tapi itu tak bertahan lama, dia berhasil mengendalikan dirinya.
"Dapat."
Aku menoleh kaget. Sekitar lima meter dari tempatku, Ali menyeringai sambil memegang Panah Pavleur di tangannya. Satu tangannya berkacak pinggang, satu lainnya memutar-mutar panah seperti stik drum.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Story of Raib Seli Ali
FantasyINI ADALAH FANFIC DARI BUMI SERIES! JANGAN NGIRA MACAM-MACAM! KALAU NGGAK SUKA, PERGI AJA! SAYA TAKKAN MENGHALANGI KALIAN! Petualangan kami ternyata belum berakhir. Musuh besar berhasil keluar dari Bor-O-Bdur dan berhasil menyatukan ketiga potongan...