5

1.4K 134 12
                                    

"Terserah kalian deh."kata Ali setengah cemberut.

"Memangnya kamu ini kenapa sih Ali? Pengen banget kesana? Kau tau, datang kesana seperti menggali lubang kubur sendiri. Dia takkan membiarkan kita tenang disana."balasku.

Dia yang kumaksud adalah si Tanpa Mahkota. Ali menggeleng, dia tak setuju.

"Ada si kembar yang menjaga dia Ra, aku yakin mereka takkan membiarkan dia menyerang kita. Apapun yang terjadi."katanya menyakinkan.

"Apapun yang terjadi, heh? Kau tau seperti apa dia kan? Dia itu seperti singa garong, suka marah-marah. Nanti kita malah jadi sasaran amukannya."

"Bisakah kalian diam?"

Aku dan Ali menoleh, menatap Seli yang memandang kami dengan tatapan lelah. Seli menepuk jidatnya lantas menghembuskan napas kasar.

"Kita itu ada di sekolah, jangan sampai ada seseorang yang mendengar pembicaraan kita. Lagipula, kenapa sih kalian berdua itu berantem melulu? Capek tau denger ocehan bak burung beo kalian."rutuk Seli.

Aku seketika tersadar, benar juga, kami berada di sekolah. Bagaimana kami bisa membicarakan hal seperti ini di sekolah? Nanti kan kalau ada yang dengar pasti gawat. Tapi --

"Kenapa harus khawatir? Mereka tak tau apa yang kita bicarakan, lagipula aku tak menyebut nama mereka. Jadi, jangan khawatir."sahut Ali tiba-tiba.

"Baiklah, mungkin kita tidak menyebut namanya. Tapi kita juga harus berhati-hati."jawabku. Mereka berdua mengangguk setuju.

"Tapi Ali, apa kamu masih mau kesana?"beo Seli. 'Kesana' yang dimaksud adalah Bor-O-Bdur.

"Pengen sih, tapi kalau kalian nggak mau ikut aku jadi ragu mau kesana apa nggak."

"Kusarankan kau tidak kesana Ali, itu berbahaya."aku mengingatkan.

Ali hanya mengangguk tipis. Kami melanjutkan perjalanan sampai di halaman sekolah, sekarang tinggal menunggu mobil jemputan. Sambil menunggu, kami bersandar pada pagar depan sekolah sambil memperhatikan murid-murid yang berlalu lalang. Ada yang naik angkot, ojek, atau dijemput. Sisanya menunggu.

Tak lama kemudian, datanglah mobil berwarna hitam dari arah utara,mobil itu berhenti tepat di depan kami. Aku berasumsi itu mobil Ali.

Dan benar saja, itu memang mobil Ali. Terlihat ketika Ali mendekati mobil itu lantas membuka pintunya. Tapi sebelum Ali masuk mobil, dia menoleh ke arahku dan Seli. Kami berdua berkedip heran, kenapa Ali tidak segera masuk mobil? Apa ada yang ketinggalan?

Bukan.

"Tapi kalau aku akan kesana sendirian kalian jangan kaget ya?"

Langsung setelah itu, Ali masuk ke mobil. Kami saling pandang, masih belum mengerti.

Satu detik...

Dua detik.....

Tiga detik.....

"APA?!"seru kami bersamaan.

Terlambat, mobil Ali sudah melaju lebih dulu. Kami melotot pada mobil itu, syok dengan apa yang barusan Ali bilang.

"Tapi nanti kalau aku kesana sendirian jangan kaget ya?"

Itu berarti, Ali akan ke Bor-O-Bdur jika dia sangat ingin. Dia tak peduli apakah kami akan bersamanya atau tidak, jika dia mau kesana, maka dia akan kesana. Toh, dia bisa keluar-masuk Bor-O-Bdur seenaknya.

Jadi, itu berarti, ada kemungkinan Ali akan nekat kesana sendirian. Tanpa kami.

Demi naga berkepala tujuh, apa yang dia pikirkan?!

A Story of Raib Seli AliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang