"Apapun itu, aku cuma mau berpesan pada kalian."
Ali meloncat dari ranjang, berdiri di hadapanku dan Seli. Dia menatap kami datar, tapi aku bisa melihat kilatan khawatir di balik matanya.
"Kita harus berhati-hati. Siapapun mereka, aku punya firasat buruk .... "
Ali menjeda kalimatnya.
"Kalau mereka mengincar kita."
Perkataan Ali terngiang-ngiang di pikiranku, membuatku tak tenang. Aku menutup buku dengan kasar, lalu menyenderkan punggung di kursi putar.
"Siapa mereka sebenarnya? Apa tujuan mereka menghancurkan Klan Bulan dan Klan Matahari?" Aku memijit kening, dibuat pusing dengan pikiranku sendiri.
Tidak mungkin kalau mereka bekerja di bawahan Tamus atau Fala. Dua orang itu sudah di penjara, begitu juga dengan pasukan mereka. Orang baru ya? Tapi siapa?
"Kupikir semua ini sudah selesai saat aku sudah mengalahkan si Tanpa Mahkota. Ternyata belum," gumanku. Aku menatap buku Fisika itu, lalu merapikan tumpukan buku yang berantakan di meja belajarku.
Tidak, aku sedang tak fokus sekarang. Mau belajar saja rasanya susah, otakku tak bisa berpikir jernih. Berdecak sebal, aku pun membanting tubuh di kasur. Bergelung disana sambil sesekali mendesis tajam.
"Tuhan, kenapa masalah ini tidak kelar-kelar sih? Buat bingung saja deh!" rutukku.
"Siapapun mereka, semoga mereka cepat tertangkap. Dan sepertinya aku, Seli, dan Ali akan ikut campur dalam masalah ini," gumanku.
Aku terdiam, menatap langit-langit kamar. Merenungi segala permasalahan, dan berharap semoga permasalahan cepat selesai.
∆∆∆
Dua hari kemudian...
"Jadi bagaimana kabarnya dengan Klan Bulan dan Klan Matahari?" tanya Seli setelah beberapa menit tidak ada yang mau membuka suara.
Ali menggigit bibir bawahnya, dia meletakkan sendok dan garpunya di atas mangkuk bakso. Aku hanya memperhatikan mereka, tidak berniat ikutan nimbrung karena perutku lebih penting. Ya, aku lapar sejak tadi.
Suara kantin yang ramai menjadi pengiring suasana. Walaupun aku juga sangat penasaran, tapi aku lebih memilih diam untuk saat ini.
"Makin buruk."
Seketika kepalaku mendongak, menatap Ali kaget. Sama halnya dengan Seli. "Apa keadaan disana makin buruk?"
"Hmm begitulah." Ali menjawab dengan malas, yang membuatku jadi kesal.
"Makin buruk apanya? Kau kalau ngasih informasi jangan setengah-setengah dong," sahutku. Ali nyengir lebar.
"Err, ya. Jadi kasus pencurian senjata militer makin banyak, begitu juga dengan hancurnya distrik-distrik.". Seli mengangguk paham, terlihat jelas dari wajahnya kalau dia tengah khawatir. " Apakah pelakunya masih tak meninggalkan jejak seperti dulu?" tanyanya.
"Ya, begitulah. Aku sudah mencari tahu lebih lanjut, tapi jejaknya susah sekali didapatkan. Sejauh ini yang kutahu hanyalah para pelaku mengincar lokasi-lokasi yang menyimpan senjata, kapsul terbang, atau sumber daya alam terbesar di klan tersebut."
"Dan sekarang, dengan berat hati, aku memberitahu pada kalian.". Ucapan Ali dijedanya. Ekspresi wajahnya terlihat serius, tidak seperti biasanya yang selalu santai.
Aku dengan cepat memutuskan kalau ada hal yang lebih buruk terjadi. Dan aku berdoa semoga kami tetap aman di Klan Bumi ini. Aku juga berdoa supaya penduduk Klan Bulan dan Klan Matahari tetap aman. Walaupun sekarang, kata 'aman' seperti tidak cocok lagi diucapkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Story of Raib Seli Ali
FantasyINI ADALAH FANFIC DARI BUMI SERIES! JANGAN NGIRA MACAM-MACAM! KALAU NGGAK SUKA, PERGI AJA! SAYA TAKKAN MENGHALANGI KALIAN! Petualangan kami ternyata belum berakhir. Musuh besar berhasil keluar dari Bor-O-Bdur dan berhasil menyatukan ketiga potongan...