Tiga Senjata...
Tongkat Axlizus, Panah Pavleur, dan Pedang Fervoez.
Hanya Tiga Senjata lah yang bisa mengalahkan kekuatan tombak. Mereka sama-sama diciptakan oleh Para Pemburu, lantas disembunyikan yang hanya merekalah yang tau. Kekuatan Tiga Senjata sama dengan kekuatan tombak.
Itu berarti... hanya Tiga Senjata lah harapan kami.
"Kalian memikirkan apa yang kupikirkan?" celutuk Ali tanpa melihat ke arahku dan Seli. Matanya menatap langit-langit kamar, dengan kedua tangan yang dilipat di belakang kepala – digunakan untuk menopang kepalanya.
"Kau gila? Kita tadi dimarahin habis-habisan oleh pimpinan klan dan kau malah memikirkan Tiga Senjata?" decak Seli sebal. Gadis itu menutup kepalanya dengan bantal lantas mengerang di balik sana.
"Tapi hanya itulah harapan kita. Tiga Senjata bisa mengalahkan tombak. Dan dengan itu, kita bisa membuat para pimpinan bangga dan tak kecewa lagi dengan kita," jelasnya panjang lebar.
Aku memutar bola mata malas. Memang benar ucapan Ali, tapi tindakan ini sangatlah beresiko. Tiga Senjata, dimanapun mereka berada, pastinya tak mudah mendapatkannya. Kami bahkan tak memiliki petunjuk pasti untuk kesana, yang ada kami akan tersesat di tengah jalan nanti.
Ditambah ... Paman Kay dan Bibi Nay sudah meninggal. Eh? Apakah informasi itu benar? Bukan hoax semata 'kan?
Pria itu bilang kalau dia membunuh semua Para Pemburu yang tersisa. Itu berarti Paman Kay dan Bibi Nay juga termasuk. Dan kalaupun dia melakukannya, apa jadinya Klan Komet Minor sekarang? Hancur leburkah?
"Itu sangat berbahaya Ali. Kau tidak punya otak atau bagaimana? Kita beberapa menit yang lalu dimarahi oleh pimpinan klan dan sekarang kau malah memikirkan Tiga Senjata? Kau pikir mendapatkan mereka itu seperti mendapatkan permen lolipop?" Seli berdecih malas.
Sepertinya emosi gadis itu sedang tidak stabil sekarang. Didengar dari gaya bicaranya pun, dia selalu berbicara sinis. Wajahnya sedari tadi tertekuk, masih terlihat pucatnya. Tatapan matanya seolah mengisyaratkan 'aku sedang malas bicara'.
Ya, dilihat dari manapun emosinya tidak stabil.
"Haruskah kau mengatakan kalau tak memiliki otak? Aku ini genius tau, bahkan mengalahkan ilmuwan dunia paralel. Seharusnya kau lihat dari sisi positif kalau kita berpetualang mencari Tiga Senjata. Jangan hanya dari sisi negatifnya saja."
Bruk!
Seketika satu bantal mendarat tepat di wajah Ali dengan kasar. Siapa lagi pelakunya kalau bukan Seli, gadis itu mendelik tajam. Ali menatapnya sebal. Dia balas mengangkat bantal itu, berniat melemparkannya balik
Aku yang melihat pertengkaran konyol itu pun mengerang. Aku sangat stress sekarang dan ditambah pertengkaran Seli dan Ali.
Demi hantu di siang bolong, bisakah mereka diam sebentar?!
Seli dan Ali sama-sama beradu tatapan tajam. Tak ada satupun dari mereka yang mengalah. Masing-masing dari mereka mengumpati satu sama lain, dalam hati pastinya.
"Kalau kalian bertengkar lagi, akan ku penggal kepala kalian," ucapku dengan nada ala psikopat.
Tentu saja aku tak berniat memenggal kepala mereka, aku hanya berusaha melerai. Lagipula, aku masih waras untuk tak melakukan hal bodoh seperti itu.
Seli dan Ali yang mendengar ancaman mengerikan dariku, akhirnya terdiam. Mereka tak sepenuhnya baikan, dan beralih ke perang dingin. Aku lagi-lagi memutar bola mata lantas menghela napas.
"Teman-teman, aku mohon jangan bertengkar untuk saat ini. Kita harus memikirkan cara untuk melawan pasukan Bearer of Death dan pimpinannya itu. Walaupun aku ragu Av akan mengizinkan, tapi kita harus membantu. Jangan malah bertengkar seperti ini," peringatku. Seli dan Ali mengangguk paham.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Story of Raib Seli Ali
FantasyINI ADALAH FANFIC DARI BUMI SERIES! JANGAN NGIRA MACAM-MACAM! KALAU NGGAK SUKA, PERGI AJA! SAYA TAKKAN MENGHALANGI KALIAN! Petualangan kami ternyata belum berakhir. Musuh besar berhasil keluar dari Bor-O-Bdur dan berhasil menyatukan ketiga potongan...