Bab 15 | Obat Nyamuk

15.4K 2K 216
                                    

Azkilla up~ Ada yang nunggu?

Warbiasah sih, berapa minggu sejak terakhir publish? Ini mayan panjang loh, hampir 1900 kata.

Mon maaf :,)

Gak tau kenapa, makin susah saya nulis. Nongol ke wattpad juga makin malas. Efek install terlalu banyak game baru kayaknya :)

Happy reading :3

"Hei,"

Cowok itu berhenti. Menoleh, dia mendapati seorang perempuan semapai mendekati. Sambil melopat kedua tangan di depan dada, berjalan dengan santai. Praktis sepasang tangan besar melingkar di pinggang gadisnya begitu mereka bersisian.

"Dari mana? Aku cariin di kantin gak ada?"

"Ketemu Syakilla." Dia kalem menjawab.

"Ah, I see..." Cantik dengan kesederhanaannya, cewek itu tersenyum manis. "Ngomongin apa?"

"Jadwal parenting. Yang udah aku kasih tau ke kamu."

"Yang ke Bali itu kan?"

Azka mengangguk. Dia semakin mengetatkan rangkulannya. Berjalan di koridor sepi karena sudah mulai waktu pembelajaran.

Jujur saja, kegiatan belajar mengajar jadi kurang efektif sejak program IFLF berjalan. Tapi mau bagaimana lagi? Lagipula, mereka belajar juga untuk masa depan, bukan? Apa artinya jika masa depan yang bersangkutan dengan keturunan pada akhirnya kacau.

"Kamu udah kasih tau Gio sama Andre?"

"Iya dong." Farah menjawab riang. Mulai menyadarkan kepala di dada kekasihnya. "Tapi, kamu jadi sibuk banget ya sekarang? Yang ditemuin dari kemarin Syakilla melulu."

Hela napas mengalun. Segala sesuatu yang harus diselesaikan telah menyita lebih banyak waktunya dari yang diperkirakan. Tak ada maksud dalam rencananya untuk mengabaikan sang pacar. "Maaf."

Namun, gelengan kecil di dada terasa. Gadisnya tertawa kecil "Gak apa-apa. Aku lebih dari sekedar paham. Gimana pun, pasti ada satu permasalahan di masa depan. Iya, kan? Kalau bisa diselesaiin sekarang..."

Farah berhenti melangkah. Membuat Azka mengikuti secara otomatis. Mereka bersitatap sesaat pasca rangkulan mesra tersebut terlepas. Mata hitam Farah, menyorot lembut penuh pengertian. Dia bertutur, "Kamu harus tuntasin urusan kamu sama Syakilla."

***

Sudah seminggu.

Syakilla cukup kagum dengan dirinya sendiri yang mampu menjalankan kewajibannya sebagai Ibu sampai sekarang ini. Sudah tujuh hari sejak Kiel kini diasuhnya. Rasanya cukup cepat dia beradaptasi dengan status asing sebagai Ibu sekaligus 'pasangan' seorang cowok.

Jika dihitung-hitung, berapa kali dia khilaf hampir lari ke pucuk monas lalu nekat ingin lompat dari sana? Ya, pada dasarnya masih ada waktu tertentu di mana dia merasa kuwalahan dengan kehidupannya. Jika saja tali rasionalnya tidak tebal, sudah pasti Kiel jadi anak piatu lebih awal.

Padahal bayi itu bahkan belum resmi terlahir.

Di waktu tertentu pun dia bisa lebih banyak menghabiskan waktu untuk merenung. Entahlah, ada hal tak masuk akal yang sulit dicerna logika. Hal yang membuat sekujur tubuhnya panas dan resah. Sangat asing dan tak lumrah. Sensasi yang bisa mempersempit saluran napasnya dalam sekejap. Tapi dia tak bisa memastikan.

Syakilla, tak bisa melihat ke masa depan. Tapi masa depan itu sendiri kini justru ada di pangkuannya. Tertidur pulas sambil memeluk lengan Ibunya.

Jika, hukum fisika bisa dilawan dengan portal waktu, berpindah dimensi untuk memperbaiki rangkaian benang takdir yang kusut, apa ada yang bisa memastikan...

90 Days, Education Of Being ParentsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang