Bab 49 | Rewel

17.6K 2K 444
                                    

Malam semua~

Wah ini bab jumlah wordnya sampai 3k lebih loh. Ini pengen aku bagi dua biar sok-sokan kayak double up gitu tapi takut malah kebanyakan bab serius, jadi udahlah gabung-gabung aja.

Semoga tidak mual bacanya :)

Typos

Sudah gelap total di luar. Syakilla bahkan tak mengingat waktu. Dia mendesah panjang merasa cukup lelah. Termometer kembali digenggam, sekali lagi memeriksa suhu tubuh seseorang.

39,4

Masih tinggi, tapi tidak semengerikan sebelumnya.

Syakilla tidak tahu sekuat apa tubuh Azka sampai kuat menahan demam di atas 40 derajat. Bahkan keras kepala menolak ke dokter. Tapi syukurlah demamnya terus menurun meski belum seberapa.

Punggung ikut bersandar ke kepala ranjang. Dia duduk di sisi Azka yang terlelap. Kepala si gadis melongok ke arah pintu. Mendapati anaknya merangkak dari arah luar masuk ke dalam.

Tak ingin ambil resiko menularkan penyakit jenis apapun ke bayinya yang baru sembuh, Syakilla pergi ke toilet sejenak. Membasuh tangan dan wajahnya. Baru setelah itu kembali dan menggendong Kiel.

Dia mengajak si kecil mendekat ke arah ayahnya, namun masih ada jarak di sana.

"Papa?" Langsung secuil panggilan dengan tanya terlontar.

Remaja yang bahkan belum menyalin seragamnya sampai sekarang menjawab lembut. "Papa sakit."

Mata besar Kiel mengedip dua kali. "Ngkit?"

"Hmh, sakit." Dicium sekali pipi tebal. "Jadi jangan terlalu deket dulu ke papa ya?"

Atensi Syakilla teralihkan oleh rintihan dari arah tempat tidur. Azka menggeliat sambil alisnya berkerut. Syakilla menyadari dia belum benar-benar bisa bernapas lega. Jadi dia kembali mengajak Kiel keluar. Kemudian meletakkan bayi itu di atas karpet yang sudah penuh dengan ceceran tisu.

Pantas saja sejak tadi anteng. Kiel telah merobek habis tisu dari kotaknya.

Jadi Syakilla hanya perlu mengambil tisu baru, mengisinya ke kotak dan menyerahkan hal tersebut ke Kiel. Artinya kini dia punya waktu beberapa menit untuk mengurus Azka sebelum Kiel 'menghabisi' mainannya.

Syakilla memilih mengganti kompres Azka dahulu. Sesekali mengelap keringat di dahi Azka.

Dia ingat pernah membaca di suatu waktu, bahwa mengompres dengan air dingin sebenarnya kurang efektif. Jadi telah disiapkannya satu baskom air hangat. Meski itu sebenarnya bukan baskom tapi mangkuk. Untuk alasan yang bisa dipahami, Azka tidak memiliki baskom di apartemennya.

Mengompres di bagian leher dipilihnya. Tempat itu terasa lebih panas dibandingkan bagian dahi. Mutiara cokelat berpendar remang. Darinya, menangkap figur pemudi yang telaten membilas kain.

Azka tiba-tiba kembali terlelap. Sadar akan satu gal, Killa bergegas ke dapur.

Cowok tersebut perlu minum obat. Tapi dia tidak yakin lambung Azka ada isinya. Jadilah dirinya kini berkeliling di dapur. Mengesankannya, kulkas empat pintu di apartemen megah ini tidak memiliki apapun kecuali beberapa botol air mineral, kaleng soda, dan jenis minuman lain.

Kepala si gadis sakit mendadak.

Beruntung ekor matanya menangkap tempat penyimpanan beras. Diintip isinya, nyaris masih penuh.

Entah sudah berapa lama beras ini disimpan. Paling tidak, disimpan dengan baik hingga masih layak konsumsi.

Masalah berikutnya adalah ketiadaan bahan pendamping nasi. Saat Syakilla berujar isi kulkas hanya sebatas minuman, artinya benar-benar hanya minuman.

90 Days, Education Of Being ParentsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang