Malam semuah~~~
Hm, lama nih ya gak up hehe.
Happy reading :)
Hari baru, semangat baru.
Bukan.
Masalah baru.
Di sinilah Syakilla berada. Berdiri tegang di sebuah halaman parkir. Lengkap dengan seragam dan tas sekolah. Di sambut sejuk pagi hari yang agak mendung.
Ini masih sangat awal. Pindah ke rumah baru membuat Syakilla kesulitan tidur sampai memilih bangun saja sekalian sejak pukul empat pagi. Langsung bersiap dan tiba jauh lebih awal di sekolah.
Namun bahkan jika masih bisa disebut awal, ini hari senin. Beberapa siswa, terutama yang ikut keorganisasian, sudah tiba juga. Senin pagi hidup lebih cepat dari hari biasa. Mengerikan.
Dia sudah cukup bingung dan tercenung saat mobil Azka tetap melaju lurus tanpa mampir menjemput Farah. Membuat beberapa jenis perasaan tak menyenangkan ikut menggelitik. Semua jadi semakin mengherankan, begitu tiba-tiba Azka menggenggam tangannya keluar area parkir.
Memang Azka sudah pernah menggandengnya sebelumnya, tapi kali ini, entah untuk alasan apa rasanya agak berbeda.
Sesuatu yang juga dirasakan orang-orang di sekeliling.
Syakilla menundukkan wajah malu ketika dia melewati sekumpulan kakak kelas yang diam-diam mengintip dari ekor mata mereka. Azka yang menggendong Kiel, dan satu tangannya masih kokoh memegang tangan Syakilla.
Di lantai tiga kelas sebelas juga sudah ada beberapa siswa walau masih lumayan sepi. Setidaknya tidak seramai di parkiran atau pun lapangan utama tempat mereka akan upacara nanti.
Jadi Syakilla mendesah lega begitu sampai di kelasnya. Yakin akhirnya dia mencapai tempat aman yang tak terlalu ramai orang.
Itu pikirnya
Bukan pikir semesta.
Manik legam bulat semakin melotot lebar begitu dia tiba di ruang belajar.
Tepat di bangkunya, seorang cewek lain berambut pendek tengah menyilangkan tangan. Kedua kakinya juga tersilang naik di atas meja. Begitu mata mereka bertemu, Syakilla bersumpah dia melihat kobaran api membara.
Mia tetsenyum bengis.
"Hai."
Suaranya sedingis es. Namun api di mata tak bisa padam.
Dua remaja yang baru datang sempat berhenti di ambang pintu. Kelas XI IPS 3 baru diisi satu orang itu saja. Hal yang aneh mengingat Mia aslinya adalah penduduk sekolah yang hadir di detik-detik akhir sebelum gerbang ditutup. Tiba-tiba berubah jadi si paling teladan yang sudah stand by jauh sebelum waktu masuk.
Firasat Syakilla tak enak.
Namun tubuhnya tertarik pelan menuju meja tersebut, dan Azka sudah membuatnya duduk nyaman dikursi.
Ralat, kursi ini tidak ada nyaman-nyamannya dengan tatapan pedang yang menghunus dari samping.
Mungkin Azka akan segera berbalik kembali menuju kelasnya sendiri. Seperti sebelum-sebelumnya. Dan memang benar, cowok itu sudah berbalik dan menghilang di balik pintu putih.
Tapi bukan itu masalahnya.
Syakilla masih merasakan sedikit basah di dahinya tepat sebelum Azka meninggalkan kelas. Pandangannya kaku ke depan, terkejut. Lebih dari itu, sesuatu yang mampu membekukan seluruh sarafnya hadir dari samping.
Mia melebarkan mata dengan senyum bengis.
"Cha..." ujarnya rendah. "Apa tadi yang gue liat..?"
Berdoa, dimulai.
KAMU SEDANG MEMBACA
90 Days, Education Of Being Parents
Fiksi Remaja"Aku dan Kamu, punya seorang bayi untuk 90 hari ke depan." *** Syakilla Rahayu si siswi SMA sederhana, seketika berubah kelimpungan saat mendapati alat aneh di kamarnya. Sebuah benda asing yang ternyata menghubungkannya dengan seorang Kakak kelas me...