Uhuy selamat malam minggu~
Malam penuh suka cita...
Walau sendirian berteman cerita...
Berharap memeluk pelita...
Yang hancur diterpa fakta...
Eaak~
Sedikit coretan ada dalam bukunya. Tabel untuk tugas hampir selesai diisi saat bel istirahat mengetuk jendela. Membuat instruksi oleh guru bahwa semua muridnya dapat melanjutkan tugas di rumah. Syakilla sebenarnya berniat menyelesaikannya saja sekalian, toh tanggung tinggal sedikit lagi. Namun Kiel berteriak tiba-tiba di sampingnya.
Biasanya, anaknya akan duduk dipangkuan selama jam pelajaran, meski melelahkan. Namun sesekali juga akan duduk di lantai bermain apapun yang Syakilla bawakan. Umumnya buku dan pensil. Satu halaman akan penuh dengan coretan benang kusut.
Tapi sekarang, Kiel duduk tepat di kursi sampingnya. Badannya diikat dengan dasi syakilla ke kursi supaya tidak jatuh, dan alasan terbesarnya adalah karena kursi itu sedang kosong.
Mia tidak masuk sekolah---tanpa keterangan.
Ini membuat Syakilla bertanya-tanya kemana perginya sahabat karibnya itu. Pesan yang dikirim bahkan tidak dibaca apalagi dibalas. Killa tak akan bohong dia cukup khawatir.
Saat benaknya membayangkan Mia mungkin punya urusan keluarga mendadak, sakit parah sampai lupa membuat surat ijin, atau mungkin suatu alasan lain yang membuatnya tak datang sekolah, cewek yang dimaksud tiba-tiba muncul dari arah pintu.
Seluruh seragamnya sudah lepek dengan keringat, pun rambutnya. Wajah Mia kusam dan ada lingkaran hitam di area mata. Berjalam sempoyongan ke arah meja sambil menyeret tasnya di lantai.
Syakilla menganga.
Mia langsung melempar tasnya ke kolong, dan tidur telungkup di atas meja. Lengan-lengannya jatuh menggantung di sisi kiri dan kanan.
Bukan hanya Syakilla, beberapa murid lain juga tercengang dengan kehadiran Mia di jam istirahat ini.
Begitu pulih dari keterpanaan, Killa memanggil pelan. "Mi..?"
"Hnnnggghhh..."
"Kamu... gak apa-apa?"
Mia tak menjawab. Seolah tubuhnya begitu lemas tak bertenaga. Syakilla hendak mengambil inisiatif untuk menepuk punggung sahabatnya, khawatir kondisi Mia memang seburuk itu. Lalu dia kembali menempel kuat ke kursi, tersentak.
"HAH BANGST LAH! BENCI BANGET GUE SAMA TUH COWOK!"
Syakilla sampai mengelus dadanya yang berdegup kencang. Untung kelas sudah kosong.
Bang! Bang! Bang!
"HAH! GUE SUMPAHIN LO DITAKSIR BANCI! SIALAN!"
"Mi..."
Gadis yang masih telungkup di atas meja langsung menutupi wajahnya. Raut frustasi terlalu pekat.
"Gara-gara dia... gara-gara dia gue telat sekolah. Dijemur ampe kering gini. Gue--- UKKHHH!"
Mia mengambil tasnya dan meninju benda malang itu sampai tak berbentuk. Pelan-pelan, Syakilla mencoba menenangkan.
"Mi... Mia... Sabar..."
"LO NGGAK TAU CHA! LO NGGAK TAU SEDENGKI APA GUE SAMA DIA! HUKH!"
Garis wajah Syakilla kebingungan. "Siapa?"
Dilempar lagi tas itu, dan Mia berkacak pinggang. "Sumpah demi segalanya, sampe gue ketemu lagi sama Firaun satu itu, gue congkel tulang ekornya."
***
KAMU SEDANG MEMBACA
90 Days, Education Of Being Parents
Novela Juvenil"Aku dan Kamu, punya seorang bayi untuk 90 hari ke depan." *** Syakilla Rahayu si siswi SMA sederhana, seketika berubah kelimpungan saat mendapati alat aneh di kamarnya. Sebuah benda asing yang ternyata menghubungkannya dengan seorang Kakak kelas me...