Bab 28 | Fatamorgana

12.1K 1.6K 110
                                    

Halo lagi~

Pendek ini tapi mayanlah buat nemenin malem minggu kelabu kalian. Hahaha~ Kuy lah gas dibaca~

Hujan tak putus.

Syakilla terduduk di ranjang dengan mata setengah terbuka, menggaruk tengkuk sesaat sambil lalu melirik Kiel. Si bayi yang lelap dalam tempat tidur bayinya. Lalu maniknya berpindah ke jam digital di nakas, menunjukkan waktu tepat tengah malam lebih lima menit. Dia menggeser kakinya menggantung ke bawah.

Diamati Kiel sejenak, dengkuran halusnya sangat manis. Tersenyum, Syakilla memutuskan keluar kamar. Dia haus, padahal suhu sedang lumayan dingin.

Menuruni tangga sambil meregangkan sedikit otot tubuh. Keadaan rumah sepi total saat hanya dirinya, Kiel, dan Azka saja yang menempati. Sebagian besar lampu dalam kondisi mati. Hanya beberapa yang dibiarkan menyala, membuat rumah bernuansa cokelat klasik itu remang-remang.

Dentingan gelas yang diambil Syakilla, lalu kucuran air mengalir memecah kesunyian tersebut. Disusul tegukan panjang dari sang gadis dan desah lega. Dia sudah haus, semakin haus karena harus berjalan jauh hanya untuk menuntaskan dahaga.

Rumah luas nan kosong ini, mewah. Seperti hunian yang kerap dilihatnya di serial televisi. Hanya saja, dalam bentuk nyata. Bukan properti palsu belaka.

Bukankah saat pertama kali mengatakan soal jadwal parenting, Azka sempat bilang mereka akan menginap di hotel? Kenapa ujung-ujungnya justru melipir ke rumah si cowok?

Azka dan Syakilla belum menikah. Jika tetangga sebelah tahu mereka sendirian hanya dengan seorang bayi mungil di malam hari, apa tidak akan digerebek?

Syakilla duduk di kursi, mengetukkan jarinya di atas meja. Mulai merenungkan peristiwa yang sudah dilewatinya beberapa minggu ini.

Dia ingat saat dia masih gadis SMA biasa yang belum berinteraksi dengan lawan jenis secara intens. Tak pernah, malah. Gadis SMA biasa yang tak mengerti apapun soal tetek bengek bayi. Lalu perubahan itu terjadi sangat cepat. Semuanya jungkir balik dalam satu kedipan mata. Dia harus berperan sebagai Ibu, berperan seolah-olah dirinya adalah Istri dari seorang cowok.

Ah, tidak juga. Selain yang bersangkutan dengan Kiel, tidak ada interaksi berarti antara dirinya dan Azka.

Tetap saja semua terasa berbeda. Diakuinya bahwa ini merupakan suatu pengalaman tak terduga yang dialaminya dalam waktu seawal ini. Meski kenyataannya dia tetaplah siswa SMA biasa dan pada akhirya semua akan kembali normal setelah Kiel pergi dari masa sekarang.

Tunggu...

Apa benar semuanya, akan kembali normal?

Syakilla mengulum bibir bawah. Debuman aneh itu berbunyi lagi hingga sergapan haus datang. Satu tegukan panjang menandaskan gelasnya.

"Alkohol?"

"HAH?!"

Tubuh si gadis berbalik super cepat. Di sudut remang sana, satu figur tinggi menyender di konter sambil melipat kedua tangan. Mutiara cokelatnya berkilau tertimpa secercah cahaya lampu. Punggung Syakilla menegak seketika.

"K-kakak, dari kapan di sana?"

Diam. Cowok itu tak membalas, membuat Syakilla bergerak gelisah di kursinya. Si gadis mencengkram gelas lebih erat. Pandangannya ke kaki.

Bunyi telapak kaki Azka yang berbenturan dengan ubin membunyikan alarm di kepala Killa. Mengangkat muka, jarak antara keduanya terkikis perlahan.

Gerakan kasar kerongkongan menelan saliva tak sadar dilakukan si gadis.

90 Days, Education Of Being ParentsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang