Bab 73 | Asing

10.8K 1.2K 250
                                    

Lagi bad mood gak? Kalau iya mungkin jangan baca ini. Gak tau kenapa aku nulis bab ini juga langsung bad mood. Gak suka.

Tapi kalau kamu gak mau baca terlalu teliti alias santai-santai aja, kayaknya aman sih. Intinya jangan terlalu memikirkan diksinya atau kamu jadi bad mood setelah tau faktanya ;,)

P.s. lupa nambahin playlist. Ini lagu cocok buat bab ini. Lagu yang aku paje di spoiler :D

Madison Beer - Reckless

Setelah berjam-jam lamanya hujan sejak dini hari, baru sekitar waktu subuh tadi berhenti. Meninggalkan sepanjang jalan basah, bahkan ada yang tergenang air. Syakilla melangkah pelan-pelan khawatir tak sengaja terpeleset.

Akibat lain yang terjadi adalah anaknya terdengar sedikit berat saat bernapas. Seperti terdengar suara dahak. Syakilla awalnya hendak meninggalkan Kiel di rumah orang tuanya sementara dia sekolah. Sayang sekali ditolak mentah-mentah oleh si bayi yang tantrum mendadak.

Dia juga memastikan tubuh anaknya hangat. Apalagi langit masih begitu mendung dan sepertinya akan segera hujan lagi. Terlihat hampir seluruh lampu sekolah masih menyala saking gelapnya.

"Mmnn... mama..." Sejak tadi Kiel memakan biskuit. Mulut dan tangannya belepotan saat dia menyodorkan biskuit setengah dimakan ke ibunya. Mungkin telah kekenyangan. Diambil makanan itu, dan Syakilla menghampiri sambil sedikit berjinjit untuk mengelap wajah anaknya yang begitu tinggi di gendongan ayahnya.

Kemudian mereka sampai persimpangan. Blok kelas kedua orang tua Kiel berbeda.

"Udah, sini Kiel turun." Dua tangan Killa sudah siap mengambil anaknya. Azka juga sedikit menunduk agar adik kelasnya bisa menggapai dengan lebih mudah. Namun keduanya kaget saat Kiel menolak dengan cara menendang satu tangan ibunya.

Syakilla mendesah. Drama episode ke sekian siap tayang segera. "Kiel, sini turun."

Dua mata kecil mengedip dan bibirnya mengerut maju. "Nyo."

Berpegangan kuat di pundak lebar ayahnya, bayi itu menatap sang ibu dari atas. Membuat Syakilla menggeleng.

"Ya udah sama papa." Putus si gadis.

"Hm. Sama papa" Disetujui papa Kiel.

Kemudian mereka berpisah.

"Mama~!"

Benar saja. Memang sudah setelannya begitu. Bilangnya apa tapi maunya apa. Berbeda. Jadi kedua orang tua si gembil sama-sama berbalik dan Killa berujar gemas.

"Kiel mau sama mama atau sama papa?"

"Mama..."

Jadi kembali diulurkan tangan untuk meraih seonggok daging hidup berkaki-tangan pendek.

"Gak usah ganggu orang nanti." Peringat Azka. "Jangan berak di kelas. Nyusahin."

"Kak." Tegur mama Kiel.

"Gue anter sampai kelas."

"Gak perlu." Potong Killa. Dia sedang tak ingin ada tensi tambahan antara Azka dan Mia. "Lagian tinggal naik tangga doang."

Usulan sang gadis menimbulkan skeptis. Dua alis Azka bertaut tak yakin.

"Ya udah, kakak balik aja ke kelas kakak. Bye~"

"Babai papa."

Lambaian tangan terburu-buru menyisakan Azka yang berdiri sendiri melihat beranjaknya adik kelasnya. Tapi masih sempat orang itu bicara sedikit keras.

90 Days, Education Of Being ParentsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang