Bab 44 | Rindu

12K 1.6K 166
                                    

Twice in a row~ baru minggu kemaren loh kita ketemuan

Hehe met baca. Mayanlah 1500 kata buat jadi femen malmingan.

Genta Dharma. Nama itu tertulis jelas di layar. Bersama dengan sebuah jabatan mencolok di bawahnya.

Ketua Umum Partai Komitmen Pergerakan Nasional.

Tubuh Syakilla menegak kaget.

Orang itu adalah ketua umum partai dari Presiden yang menjabat saat ini. Syakilla tidak terlalu sering menyimak berita berat namun sesekali, dia juga akan melihat ketika ayahnya menonton.

Dilihat dari sudut manapun, mereka sama. Hanya saja yang dilihat Syakilla di layar televisi saat ini adalah versi lebih berumur dari yang ada di potret. Tidak mungkin dia salah.

Belum selesai roda di atas kepala berputar, berita sudah beralih ke informasi santai soal keberhasilan salah satu Kartini Indonesia di ajang kecantikan dunia. Seorang desainer yang memenangkan kategori kostum nasional terbaik. Berita itu berjalan cepat sebagai penutup dari rangkaian acara. Syakilla tak sempat benar-benar memperhatikan sosoknya.

Kecuali sekelebat mata cokelat yang sangat cantik dengan sanggul berhelai senada.

Gadis di atas karpet tercenung. Pantas saja rasanya dia pernah melihat dua orang dalam potret tersebut. Namun ini belum bisa dipastikan. Jika memang benar, maka mereka dalam berita tadi adalah...

Klik!

Layar lebar tersebut menghitam.

Syakilla menoleh ke sebelahnya. Baru menyadari remot yang tadi digenggam sudah lenyap di tangan lain. Dia yang mengambil, terduduk dengan rambut berantakan sehabis tidur. Kepalanya menunduk hingga wajah tampan tak terlihat.

Begitu dia mengangkat wajah, tak ada ekspresi di sana.

Azka melempar begitu saja remot. Dia merangkak mendekati si gadis sambil melepas satu kancing kemejanya. Itu gerakan berbahaya hingga Syakilla mundur perlahan. Usahanya terhalang benturan sofa di punggung.

Begitu si cowok meraih tubuh kecil tersebut, Killa memalingkan muka. Entah, dia sudah lelah dicium terus.

Tindakan itu membuat Azka berhenti, lalu menjauh.

Berhasil membuat Syakilla tertegun.

Biasanya Azka tidak mau mengalah. Dia akan terus keras kepala mencari apa yang diinginkannya. Harus sampai dapat bahkan jika harus memaksa.

Tapi kali ini, cowok itu menjauh. Raut wajah angkuh dan sombong berubah kosong.

Berhantu.

"Gue anter lo pulang."

***

Mereka bilang de javu bisa terjadi berkali-kali. Lucu, sebab ini adalah hal lumrah sebelumnya. Menjadi seorang siswi SMA biasa. Datang ke kelas, mengeluarkan sekumpulan buku dan fokus ke papan tulis. Tanpa tangisan bayi, tanpa celotehan bayi.

Sekarang terasa berbeda. Jadi seperti sekarang, hanya membuatnya merasa de javu seolah-olah dia bukan siswi SMA lagi.

Ketika dia duduk di kursi kelas tanpa Kiel di pangkuannya.

Tadi pagi berawal seperti biasa. Kecuali fakta Azka tidak menjemputnya saja. Dia pergi bersama Radit ke sekolah. Di saat si gadis telah berpikir Azka mungkin tidak masuk, cowok itu tiba-tiba datang ke kelasnya mengatakan ingin mengambil Kiel. Syakilla tak menolak sama sekali sejak bayinya tampak setuju bersama sang ayah.

Namun bahkan ketika jarum jam terus bergerak, tidak ada tanda kemunculan cowok itu sama sekali. Syakilla mulai gelisah. Dia menimang-nimang ponselnya, berpikir apa perlu menghubungi Azka atau tidak.

90 Days, Education Of Being ParentsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang